Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Kemajuan suatu organisasi apakah itu organisasi pemerintahan, pendidikan, bisnis dll itu dikarenakan oleh banyak faktor misalkan leadership atau kepemimpinan dalam organisasi itu, produktivitas, manajemen yang professional, keahlian atau skill stakeholdernya dsb, juga salah satunya disebabkan karena adanya budaya organisasi yang baik.
Dunia pendidikan seperti Universitas akan halnya dunia pemerintaahan atau bisnis memerlukan budaya yang baik termasuk didalamnya budaya akademiknya dimana seluruh civitas akademikanya memiliki karakter kuat melaksanakan budaya akademik itu misalnya menilis jurnal, membuat paper, penelitian, serta mengemukakan pendapat akademiknya atas berbagai isu strategis yang muncul di masyarakat.
Budaya organisasi atau organizational culture itu harus ditaati oleh semua stakeholder dimana seseorang bekerja. Secara umum budaya organisasi itu dijelaskan sebagai “The informal values and norms that control how individuals and groups in an organization interact with each other and with people outside organization” (Jennifer M. George, Gareth R. Jones), yaitu nilai-nilai dan aturan-aturan yang mengatur para individu dan kelompok berinteraksi satusama lain di organisasi itu dan dengan pihak lain di luar organisasi.
Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa ada dua nilai penting dalam sebuah organisasi yaitu Terminal Value: “A desired goal that an organization seeks to achieve”. (Excellence, Stability, Profitability, Innovation). Yaitu tujuan lembaga atau organisasi yang harus dicapai, misalnya kinerja yang terbaik atau excellence, stabilitas organisasi, kemampuan mencapai keuntungan, dan inovasi. Ada lagi nilai yang disebut Instrumental Value: “A desired mode of behavior that an organization wants its members to observe”. (Working hard, Respecting traditions, Being creative), yaitu perilaku yang baik dimana perusahaan meminta para anggota organisasi melaksanakannya, misalnya bekerja keras, menghormati tradisi, menjadi kreatif, dsb.
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya atau UNUSA yang memiliki status sebagai perguruan tinggi swasta tercepat yang mendapatkan predikat UNGGUL dari pemerintah, nampaknya menerapkan organizational culture dilingkungan kampusnya dengan selalu mensosialisasikan dua nilai dalam budaya organisasinya diatas yaitu Terminal Value yaitu tujuan UNUSA yang harus dicapai misalnya menjadi excellence diberbagai bidang, membudayakan inovasi dan kreativitas dsb; serta Instrumental Value perilaku tertentu yang diinginan UNUSA kepada seluruh civitas akademikanya misalnya selalu tepat waktu, bekerja keras, menghormati sesama, kreative, berrtanggung jawab dsb.
UNUSA memang tidak mudah mengetrapkan kedua nilai budaya organisasi tadi dikarenakan berbagai obstacles atau kendala baik ekstern maupun internnya, namun selalu mendorong dosen untuk meneliti dan menulis jurnal internasional, memiliki mindset global, bekerja tidak menunda-nunda waktu, selalu tepat waktu dalam berbagai function atau kegiatan dsb. Dengan komitmen yang tinggi dari semua pemangku kepentingan (stakeholder) mulai dari Ketua Yayasan, Rektor, Para Wakil Rektor, Dekan, Ketua Prodi, Direktur, para mahasiswa dsb sedikit demi sedikit semua civitas akademika akhirnya mampu manampilkan kekuatan berbagai talenta akademiknya demi teerwujudnya budaya organisasi di kampus.
UNUSA juga secara gradual menumbuhkan rasa malu bagi siapapun yang tidak melaksanakan nilai-nilai budaya organisasi, misalnya malu apabila melaksanakan kegiatan – kegiatan kampus yang tidak tepat waktu, malu tidak pernah melakukan penelitian dan menulis karya ilmiah yang dipublikasikan baik didalam maupun diluar negeri, malu kalau tidak menghasilkan sesuatu yang produktif, malu kalau punya karakter introvert dsb.
Apakah UNUSA di tahun-tahun hadapan akan mampu mempertahankan keberhasilannya memilki budaya organisasinya yang baik itu sehingga mampu menjadi perguruan tinggi yang bermutu ditingkat nasional maupun global?. Itu tergantung pada semua kesadaran dan komitmen civitas akademika UNUSA dan nanti waktu atau sejarah yang menjawabnya.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Komisi Reformasi Polri Dan Bayang-Bayang Listyo Syndrome

Dusta Yang Ingin Dimediasi

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (4): Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional Yang Menyelamatkan Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%




No Responses