Oleh: Hersubeno Arif & Agi Beta (Aga)
Baru-baru ini, publik di Indonesia dikejutkan oleh terbongkarnya jaringan Yahudi yang diduga telah menyusup ke berbagai lembaga keagamaan dan sosial, termasuk Masjid Istiqlal dan Nahdlatul Ulama (NU). Kejadian ini terungkap setelah adanya rencana seminar di Masjid Istiqlal yang akhirnya dibatalkan akibat protes keras dari berbagai pihak.
Kronologi Kejadian
Pada tanggal 17 Juli 2024, sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Voice of Istiqlal rencananya akan digelar di Masjid Istiqlal. Seminar ini menghadirkan Dr. Ari Gordon, Direktur Hubungan Muslim-Yahudi dari American Jewish Community (AJC), sebuah organisasi pro-Zionis yang berbasis di Amerika Serikat. Acara tersebut bertujuan untuk membahas hubungan antara Islam dan Yahudi, namun mendapat penolakan keras dari masyarakat.
Reaksi dan Penolakan
Berita tentang seminar ini cepat menyebar dan menimbulkan reaksi negatif dari tokoh-tokoh agama dan aktivis media sosial. Ustaz Hilmi Firdausi, Dr. Berlian Idris, dan Ustaz Fahmi Salim termasuk di antara mereka yang vokal menyuarakan keberatan mereka. Mereka menuduh adanya upaya infiltrasi oleh agen-agen Yahudi dalam program kaderisasi ulama di Masjid Istiqlal.
Yahya Staquf, Ketua Umum PBNU, menyampaikan permohonan maaf kepada publik dan menegaskan bahwa tindakan ini dilakukan oleh oknum dan tidak mencerminkan sikap resmi PBNU. Staquf juga mengumumkan bahwa investigasi internal sedang dilakukan dan sanksi akan dijatuhkan kepada mereka yang terlibat.
Jaringan yang Lebih Luas
Penelusuran lebih lanjut mengungkap bahwa Voice of Istiqlal bukan satu-satunya organisasi yang diduga terlibat. Rahim, sebuah NGO yang dikenal memiliki hubungan dengan komunitas Yahudi, juga disebut-sebut dalam konteks ini. Presiden Direktur Rahim, K.H. Mukti Ali Husairi, yang juga merupakan intelektual muda NU, diduga memiliki peran dalam menyebarkan pengaruh Yahudi di Indonesia. Selain itu, Elisa Destros, seorang keturunan Yahudi Belanda yang bekerja sebagai Direktur Operasional di perusahaan Inggris-Israel, dan Leo Agustinus Yono, kepala delegasi yang berpengalaman di bidang supply chain, juga terlibat dalam jaringan ini.
Dampak dan Tindakan Lanjutan
Pembatalan seminar di Masjid Istiqlal dianggap sebagai kemenangan sementara bagi mereka yang menentang infiltrasi Yahudi di Indonesia. Namun, kejadian ini juga menimbulkan pertanyaan besar tentang sejauh mana jaringan ini telah menyusup ke berbagai lembaga dan organisasi di Indonesia. Masyarakat dan tokoh-tokoh agama mendesak adanya langkah-langkah lebih lanjut untuk mengungkap dan menghentikan infiltrasi ini.
Ke depan, diharapkan bahwa lembaga-lembaga keagamaan dan sosial di Indonesia dapat lebih waspada dan melakukan langkah-langkah preventif untuk menjaga integritas dan kemurnian ajaran serta kegiatan mereka. Kolaborasi antara masyarakat, tokoh agama, dan pemerintah sangat penting untuk memastikan bahwa infiltrasi serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang.
Penyusupan yang Terorganisir dan Berkedok Nasionalisme
Selain mengorganisir acara-acara yang bertujuan untuk mempengaruhi pemikiran masyarakat, para agen zionis ini sering kali menyamarkan aktivitas mereka dengan berteriak paling lantang tentang Pancasila, anti-terorisme, dan berkedok sebagai pendukung setia NKRI. Strategi ini digunakan untuk meraih kepercayaan dan dukungan dari masyarakat yang patriotik dan nasionalis.
Banyak dari agen ini yang dikenal sebagai aktivis yang gencar mengkampanyekan toleransi, perdamaian, dan anti-kekerasan. Mereka seringkali tampil sebagai pembela nilai-nilai Pancasila, dengan retorika yang menekankan pentingnya kesatuan dan keutuhan NKRI. Dengan cara ini, mereka berhasil menyusup ke dalam jaringan lembaga-lembaga penting tanpa menimbulkan kecurigaan.
Ironi Nasionalisme Palsu
Ironisnya, mereka yang sering berteriak paling lantang tentang Pancasila dan NKRI ini ternyata memiliki agenda tersembunyi yang bertentangan dengan kepentingan nasional. Dengan berlindung di balik jargon-jargon nasionalisme dan anti-terorisme, mereka justru memanfaatkan posisi mereka untuk menyusupkan ideologi dan pengaruh asing yang dapat merusak tatanan sosial dan budaya Indonesia.
Para tokoh seperti K.H. Mukti Ali Husairi dan Elisa Destros, misalnya, dikenal sebagai intelektual yang aktif menyuarakan pentingnya pluralisme dan toleransi. Namun, di balik itu semua, mereka memiliki keterkaitan dengan jaringan Zionis yang memiliki agenda terselubung. Mereka sering mengadakan seminar, diskusi, dan program-program yang tampak mengedepankan nilai-nilai kebangsaan, padahal sebenarnya bertujuan untuk menanamkan pengaruh Zionis di Indonesia.
Ancaman Terhadap Integritas Nasional
Kehadiran agen-agen Zionis yang berkedok nasionalisme ini merupakan ancaman serius terhadap integritas dan kedaulatan Indonesia. Mereka tidak hanya mencoba mempengaruhi opini publik, tetapi juga berusaha menyusup ke dalam lembaga-lembaga strategis, termasuk lembaga pendidikan, keagamaan, dan sosial.
Dengan semakin terungkapnya jaringan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada terhadap individu dan kelompok yang menggunakan kedok nasionalisme untuk agenda-agenda yang tidak sejalan dengan kepentingan nasional. Pemerintah dan lembaga-lembaga terkait perlu mengambil tindakan tegas untuk mengawasi dan menghentikan infiltrasi ini, memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila dan keutuhan NKRI tetap terjaga dan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (4): Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional Yang Menyelamatkan Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Novel “Imperium Tiga Samudra” (13) – Perang Senyap Mata Uang

Mencermati Komisi Reformasi Polri


No Responses