Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Ketika para anggota DPR berusaha mengubah keputusan Mahkamah Agung soal batas ambang dan batas usia di Pilkada banyak masyarakat curiga begitu cepatnya para anggota Dewan Yang Terhormat itu ingin membuat Undang-Undang yang merevisi Keputusan MK tadi. Padahal seringkali masyarakat mendengar dan membaca berita DPR itu dalam membuat suatu Undang-Undang prosesnya “njlimet” dan panjang, kadang memakan waktu berbulan-bulan. Lha sementara keinginan untuk membuat Undang-Undang yang akan membatalkan keputusan MK itu kok prosesnya hanya hitungan jam atau hari. Tentu semua masyarakat memiliki dugaan kuat bahwa keinginan kuat untuk membuat Undang-Undang yang membatalkan keputusan MK itu pasti karena “pesanan” pihak – pihak yang memiliki kekuatan.
Namun, para anggota DPR itu tidak menyadari bahwa gerakan arus bawah yang dipelopori para mahasiswa dan Guru Besar Universitas juga memiliki kecepatan keputusan yang tinggi untuk bergerak pada hari Kamis 22 Agustus 2024, untuk memprotes keinginan DPR itu. Tidak bisa dibayangkan begitu cepatnya gerakan masa itu tidak hanya di Jakarta tapi gemanya sampai keseluruh negeri. Akibatnya gerakan-gerakan itu juga terjadi di kota-kota besar. Tagar “Peringatan Darurat Indonesia” beredar cepat dan mampu menandingi kecepatan berfikir para anggota DPR tadi.
Hal itu semua bisa terjadi karena kemajuan teknologi terutama di aplikasi sosial media yang begitu cepat diterima jutaan orang yang juga bisa melihat suatu kejadian secara “real time”. Coba lihat tayangan yang viral putra presiden dan istrinya yang sedang berpiknik di Amerika Serikat ketika para mahasiswa sedang berunjuk rasa demi kepentingan bangsa. Putra presiden dan istrinya itu terlihat menyewa pesawat pribadi yang biayanya milyaran dan istrinya yang makan roti seharga Rp 400.000 – bisa ditonton jutaan orang secara cepat.
Kita masih ingat pergolakan politik di Tunisia dan Mesir yang disebut “the Arab Spring” yang menyebabkan tumbangnya pemimpin negara dimana ratusan ribu – jutaan demonstran turun kejalan secara bersama diseluruh negeri berkat adanya kemajuan teknologi informasi itu.
Zeynep Tufekci seorang asisten profesor di University of North Carolina menulis di MIT Technology Review pendapatnya berdasarkan pengamatannya langsung dilapangan tentang dampak kemajuan teknologi informasi itu pada gerakan masa di Tunisia dan Mesir tahun 2011
Sang professor ketika Musim Semi Arab (the Arab Spring) mengguncang Timur Tengah pada tahun 2011 yang menggulingkan satu demi satu pemimpinnya yang otoriter dia berkeliling wilayah yang sedang bergejolak itu untuk mencoba memahami peran yang dimainkan teknologi. Dia mengobrol dengan pengunjuk rasa di kafe-kafe dekat Lapangan Tahrir di Kairo, dan banyak yang menegaskan bahwa selama mereka memiliki internet dan smartphone, mereka akan menang. Di Tunisia, para aktivis yang berani menunjukkan kepadanya bagaimana mereka telah menggunakan alat sumber terbuka (open source) untuk melacak perjalanan belanja ke Paris yang dibawa oleh istri presiden otokratis mereka dengan pesawat pemerintah. Bahkan orang Suriah yang dia temui di Beirut Lebanon masih optimis; negara mereka belum jatuh ke dalam perang yang brutal. Orang-orang muda memiliki energi, kecerdasan, humor, dan smartphone, dan bisa menggerakkan jutaan orang untuk menyampaikan aspirasinya.
Para pengampu negara dari pusat sampai daerah di Indonesia ini harus menyadari bahwa rakyat sekarang ini memonitor perilaku para pejabat beserta keluarganya atau perilaku politik mereka secara cepat berkat kemajuan teknologi informasi. Tidak ada yang bisa ditutup-tupi.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (4): Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional Yang Menyelamatkan Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Novel “Imperium Tiga Samudra” (13) – Perang Senyap Mata Uang

Mencermati Komisi Reformasi Polri



No Responses