Palestina: Penderitaan Tanpa Akhir

Palestina: Penderitaan Tanpa Akhir

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Setiap kali saya melihat berita-berita internasional di berbagai media dunia, banyak muncul berita terkini yang terjadi di negara-negara baik itu soal perang dagang, perang di Ukraina, larangan Presiden AS Donald Trump kepada Universitas Harvard menerima mahasiswa asing, konflik politik di negara-negara Eropa dan Afrika dsb – saya cenderung untuk tidak melihat berita-berita terkini tentang situasi di Gaza dan Tepi Barat Palestina akibat serbuan, bombardir tentara Israel – bukannya berita di Palestina itu tidak menarik, namun saya tidak tahan melihat penderitaan warga Palestina yang nampaknya tidak akhir nya, saya selalu meneteskan airmata melihat korban anak-anak kecil yang terbunuh, menjerit kesakitan karena terbakar hidup-hidup, terkubur direruntuhan bangunan, mati karena kelaparan dsb. Saya tidak tahan melihat gambar-gambar yang menyedihkan itu karena saya ingat cucu-cucu saya.

Diberitakan bahwa per tanggal 14 Mei 2025, lebih dari 55.000 orang (53.528 warga Palestina dan 1.706 orang Israel) telah dilaporkan tewas dalam perang Gaza menurut angka resmi Kementerian Kesehatan Gaza, serta 166 jurnalis dan pekerja media, 120 akademisi, dan lebih dari 224 pekerja bantuan kemanusiaan, jumlah yang mencakup 179 karyawan. Sebagian besar yang terbunuh itu adalah anak-anak kecil, bayi, orang tua dan wanita.

Banyak pihak didunia ini menuduh Israel sebenarnya tidak hanya mentargetkan menghancurkan pasukan perlawanan Hamas dan faksi-faksi lainnya, namun Israel sengaja membunuh siapapun teremasuk anak-anak. Bahkan ada pejabat Israel yang mengaku terus terang bahwa tentara Israel IDF memang sengaja membunuh anak-anak kecil Palestina, membunuh semuanya dengan tujuan menduduki Gaza. Secara resmi banyak pejabat pemerintahan dan militer yang menyebut warga Palestina itu adalah “sub-human” karena itu wajar kalau dibunuh.

Seorang menteri pemerintah Israel telah bersumpah bahwa “Gaza akan dihancurkan sepenuhnya” sebagai akibat dari kemenangan militer Israel, dan bahwa penduduk Palestina akan “pergi dalam jumlah besar ke negara-negara ketiga”, meningkatkan kekhawatiran akan pembersihan etnis di wilayah pendudukan. Kabinet keamanan Israel menyetujui rencana untuk Operasi Gideon’s Chariots, yang menurut seorang pejabat Israel akan memerlukan “penaklukan Jalur Gaza dan penguasaan wilayah”.
Ancaman Israel untuk merebut kendali wilayah itu secara permanen telah menimbulkan kemarahan global.

Tentara Israel selalu beralasan bahwa pemboman mereka ke Rumah=Rumah sakit seperti Rumah Sakit Indonesia, Rumah Sakit Gaza Eropa di wilayah Khan Younis adalah menghancurkan kantong-kantong Hamas. Alasan ini tidak dapat diterima dunia karena banyak bukti menunjukkan bahwa yang mati akibat serbuan itu adalah anak-anak kecil, wanita, orang tua – bukan pasukan Hamas. Tentara Israel selalu memberi peringatan kepada warga Gaza agar segera meninggalkan area yang ditempati seperti kamp-kamp pengungsia dan di perintahkan agar menyingkir kedaerah lain; namun setelah mereka menyingkir ke wilayah lain itu, tentara Israel tetap saja mengebom mereka.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan “tidak mungkin” Israel akan menghentikan perangnya di Gaza bahkan jika kesepakatan tercapai untuk membebaskan lebih banyak tawanan yang ditahan di wilayah yang terkepung dan dibombardir. Dia telah mengancam serangan militer habis-habisan dalam beberapa hari mendatang.

Para pemimpin dunia diam saja menghadapi sikap Israel yang terang-terangan membunuh warga sipil dan akan menguasai seluruh wilayah Palestina untuk dijadikan wilayah negaranya dengan cara apapun seperti pembunuhan dan pengusiran besar-besaran warga Palestina keluar negaranya. Memang ada beberapa negara Eropa sekarang ini yang mengecam kebijaksanaan genosida Israel itu dengan mengancam pemberian sanksi kepada Israel, namun nampaknya keprihatinan negara-negara Eropa itu hanya sebatas “omon-omon saja” karena Israel tidak memperdulikan apapun kecaman negara-negara lain dan terus melakukan pembunihan terhadap warga Palestina.

Pemerintah dan bangsa Indonesia harus terus menyuarakan dengan keras pembelaannya kepada bangsa Palestia, tidak hanya lewat pernyataan-pernyataan diplomatik tapi harus lewat tindakan nyata.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K