Oleh : Salamuddin Daeng
Kualitas udara Jakarta belakangan ini sangat buruk. Sumber polusi utama adalah Pm2.5 yang membahayakan. Tenggorokan rasanya tercekik, membuat udara semakin panas. Menurut pengukuran IQAir udara Jakarta tidak sehat dan menuju membahayakan terutama bagi kelompok sensitif.
Belakangan ini memang isue isue lingkungan lepas dari perhatian. Kebanyakan orang berbicara soal politik, ijazah palsu dan lain sebagainya. Walaupun saban hari hidup di Jakarta orang orang menghirup udara palsu yang sudah tercampur dengan logam berat. Banyak orang akan bengek atau menderita penyakit paru paru dengan berbagai tingkatan. Masalah masalah lingkungan dianggap sepele dan tidak terlalu menarik perhatian.
Sepertinya isue lingkungan tidak akan menjadi perhatian utama di masa mendatang. Mengingat isue perubahan iklim sepertinya telah ditolak untuk masuk ke dalam program prioritas pemerintah. Banyak yang menilai bahwa perubahan iklim adalah konspirasi belaka. Ini juga mendorong para pengambil keputusan membuat kebijakan yang cenderung ugal ugalan dan menolak mengarus utamakan masalah masalah lingkungan hidup.
Di masa kampanye Pilpres 2024 lalu isue perubahan iklim menjadi perdebatan yang heboh. Ada dua pertanyaan yang keduanya datang dari cawapres Gibran Raka yang menanyakan Mahfud MD tanggapannya tentang carbon storage dan greenflation. Sayangnya Mahfud MD tidak tau apa apa soal ini. Pertanyaan berikutnya datang dari Prabowo Subianto soal udara Jakarta yang buruk lalu dijawab oleh Anis Baswedan kalau udara buruk karena angin bertiup. Suasana publik pun jadi heboh. Orang menduga bahwa agenda perubahan iklim akan menjadi arus utama dalam kebijakan. Namun faktanya setelah Pilpres isue perubahan iklim tidak lagi menarik perhatian.
Apa yang akan Presiden Marcon tanyakan kepada Presiden Prabowo ketika Marcon berjalan jalan di Jakarta, disekitar Thamrin, Jalan Jaksa, lalu tenggorokannya tercekik akibat udara yang sangat kotor. Apalah Marcon akan bertanya soal greenflation, atau bertanya soal CCS? Perancis memang memasang komitmen yang lebih besar dan lebih awal dalam usaha mencapai Net Zero Emission (NZE). Namun kelihatanya Indonesia akan ikut Genk Amerika Serikat yang enggan melakukan transisi energi. Jadi bagaimana kita bisa selamat dari udara kotor Jakarta ini?
EDITOR: REYNA
Related Posts

Sikap Arogan Ketua Tim Reformasi Polri Justru Tak Hendak Mendengarkan Suara Rakyar

Sutoyo Abadi: Memusingkan

Tantangan Transformasi Prabowo

Kementerian PKP Tertinggi Prestasi Penyerapan Anggaran dari Seluruh Mitra Komisi V

Kejati Sumut Sita Rp150 Miliar dari Kasus Korupsi Penjualan Aset PTPN I: Babak Baru Pengungkapan Skandal Pertanahan 8.077 Hektare

Dipimpin Pramono Anung Jakarta Makin Aman dan Nyaman, Ketua Umum APKLI-P: Grand Opening WARKOBI Januari 2026 Diresmikan Gubernur DKI

Refly Harun Dan RRT Walkout saat Audiensi Dengan Komisi Percepatan Reformasi Polri

Subuh, Kolaborasi, Kepedulian, dan Keberkahan

Dukung Revisi PP 50/2022, Ketua Umum APKLI-P: Praktek Tax Planing PPH 0,5% UMKM Puluhan Tahun Dibiarkan

LPG, LNG, CNG dan Kompor Induksi, Solusi Emak Emak Swasembada Energi Di Dapur


No Responses