Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Saya menulis artikel ini pas Presiden Perancis Emanuel Macron pada tanggal 29 Mei 2025 sore selesai melakukan kunjungan ke candi Borobudur di Magelang dimana dia akan meneruskan perjalanan kunjungan kenegaraannya ke negara Singapura (sebelumnya Presiden Macron berkunjung ke negara Vietnam). Sambutan Presiden Prabowo memang sangat mengesankan bagi Presiden Macron mulai dari penyambutan, makan malam, pertemuan bilateral, kunjungan ke Akademi Militer dan candi Borobudur di Magelang sangatlah mengesankan bagi Presiden Macron dan rombongannya; apalagi dalam beberapa pembicaraan Presiden Prabowo menggucapkan kata-kata dalam bahasa Perancis yang membuat sang tamu dan delegasinya senang.
Beberapa pengamat hubungan internasional di TV nasional yang diminta pendapatnya tentang makna kunjungan Presiden Perancis dari tanggal 27-29 Mei 2025 ini umumnya berpendapat bahwa kunjungan ini sangat penting dan strategis mengingat Perancis adalah negara anggota Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto, yang mensupply alutsista yang canggih kepada TNI dan tentunya sudah lama memiliki hubungan dagang, investasi yang baik. Seperti diketahui Indonesia menyelesaikan pesanan untuk 42 jet tempur Dassault Rafale Prancis pada Januari 2024, dengan pengiriman pertama diharapkan pada awal 2026. Indonesia juga mengumumkan pembelian dua kapal selam Scorpene Evolved Prancis dan 13 radar intersepsi kontrol darat Thales.
Diluar pembicaraan sopan santun diplomatik yang saling memuji, kunjungan Presiden Perancis Macron saat ini memang merupakan keharusan bagi Perancis mengingat perubahan geopolitik dan geoekonomi global. Sampai saat ini Perancis dituduh oleh Rusia sebagai war monger – atau provokator kepada Ukraina untuk terus berperang melawawan Rusia. Negara Perancis bersama negara-negara Eropa lainnya utamanya Jerman dan Inggris selalu mensupply Ukraina dengan dana dan persenjataan modern agar bisa menang melawan Rusia. Padahal secara militer Ukraina sudah kolap, kalah, hancur dimana jumlah tentaranya yang mati sekitar 600.000 sampai 1 juta orang.
Dalam hal isu konflik Israel-Palestina, meskipun dalam pernyataan bersama dengan Presiden Prabowo, Perancis sepakat atas solusi dua negara atau Two-States Soluti0n untuk Israel dan Palestina, tapi pada kenyataanya Perancis sudah lama menjual persenjataan modern kepada Israel untuk digunakan dalam melakukan pembunuhan massal atau genosida atas bangsa Palestina.
Di benua Afrika saat ini mulai ada gerakan yang melawan praktek-praktek kolonialisme antara lain kepada Perancis, misalnya di negara Burkina Faso, Mali dan Niger dimana para pemimpin dan rakyatnya terang-terangan mengkritik Perancis yang hanya mencuri sumber daya alam seperti emas, uranium dsb. Bahkan Duta Besar Perancis di negara-negara itu diusir bersama dengan pasukan Perancis yang membuka markasnya dengan alasan untuk menjaga perdamaian. Kapten Ibrahim Traore Presiden Burkina Faso malah dengan berani menghentikan investasi Perancis di pengelolaan sumber daya alam karena dianggap diexploitasi saja tanpa memperdulikan kepentingan bangsa Burkina Faso.
Perancis nampaknya sadar bahwa dunia sudah berubah dimana dulu dunia dominasi oleh hegemoni barat utamanya Amerika Serikat dan Eropa, sekarang mulai muncul kekuatan ekonomi dan militer yang baru seperti negara-negara yang tergabung di BRICS (dimana Indonesia sudah menjadi anggotanya), kekuatan negara-negara selatan atau the Global South, munculnya kekuatan Cina, India dan Rusia, apalagi Amerika Serikat dibawah Donald Trump sudah tidak bisa diandalkan lagi sebagai sahabat oleh negara-negara Eropa, maka mau tidak mau negara Perancis harus mendekat kepada negara-negara Asia Tenggara yang terhimpun dalam ASEAN. Perancis tidak bisa meninggalkan ASEAN karena memiliki potensi ekonomi yang besar dan jumlah penduduknya yang lebih dari 600 juta jiwa merupakan pasar yang besar dan strategis bagi Perancis.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Novel “Imperium Tiga Samudra” (13) – Perang Senyap Mata Uang

Mencermati Komisi Reformasi Polri

Cinta, Kuasa, dan Kejatuhan: Kisah Gelap Yang Menyapu Ponorogo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (12) – Meja Baru Asia


No Responses