Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Almarhumah ibu saya (yang wafat diusia 94 th di tahun 2007) pernah menceritakan kepada saya bahwa ada beberapa mata-mata Belanda yang dieksekusi oleh para pejuang kemerdekaan pada masa perjuangan kemerdekaan dulu. Mata-mata yang dimaksud almarhumah ibu saya adalah orang pribumi yang dibayar penjajah Belanda untuk memata-matai para pejuang RI. Itulah cara Belanda melakukan taktik pecah belah ditubuh bangsa dengan membayar mereka yang bersedia untuk melawan baangsanya sendiri.
Taktik pecah belah dalam cerita almarhumah ibu saya itu dipakai oleh Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel dan malahan dia mengakui secara resmi.
Mantan Menteri Pertahanan Israel dan anggota parlemen oposisi Avigdor Liberman pada hari Kamis tanggal 5 Juni 2025 menuduh Benjamin Netanyahu mengizinkan transfer senjata ke geng kriminal di Gaza yang dia ibaratkan dengan kelompok teroris ISIS. Netanyahu muncul kemudian pada hari itu untuk mengkonfirmasi operasi itu, menunjukkan bahwa kebijakannya itu akan menyelamatkan nyawa pasukan Israel yang memerangi Hamas di wilayah Palestina.
“Mereka menerima senjata dari negara Israel. Ini benar-benar kegilaan,” kata Liberman dalam sebuah wawancara radio. “Tidak jelas bagi saya siapa yang menyetujuinya.”
Liberman mengatakan kepala badan intelijen domestik utama Israel, Shin Bet, mengetahui transfer senjata, “tetapi saya tidak yakin [Pasukan Pertahanan Israel] tahu. Kita berbicara tentang setara dengan ISIS di Gaza. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa senjata-senjata ini tidak akan diarahkan ke Israel. Kami tidak memiliki cara untuk memantau atau mengikuti.”
Liberman tampaknya mengacu pada milisi yang disebut Pasukan Populer Palestina, yang dipimpin oleh Yasser Abu Shabab. Kelompok itu menentang Hamas, kelompok teroris yang ditunjuk Israel dan AS yang telah berperang dengan Israel selama lebih dari satu setengah tahun.
Pasukan Populer diyakini sebagai kelompok bersenjata yang relatif kecil yang berbasis di kota Rafah, Gaza selatan. Itu telah dituduh menjarah truk yang mencoba mengirimkan bantuan kepada penduduk Gaza yang kelaparan, yang dilaporkan dibantah oleh pemimpinnya.
Ada laporan bahwa Shabab, pemimpin kelompok itu, sebelumnya dipenjara oleh Hamas karena menyelundupkan narkoba, serta laporan bahwa saudaranya dibunuh oleh Hamas ketika kelompok itu menindak serangan terhadap konvoi bantuan PBB
Pada hari Kamis malam mengakui secara resmi bahwa: “on the advice of security officials, we activated clans in Gaza that oppose Hamas. What’s wrong with that? It’s only good. It only saves the lives of IDF soldiers.” (“atas saran pejabat keamanan, kami mengaktifkan klan di Gaza yang menentang Hamas. Ada salahnya dengan hal itu? Itu adalah keputusan yang bagus. Itu hanya menyelamatkan nyawa tentara IDF.”
Abu Shabab membantah menerima senjata dari Israel dalam sebuah pernyataan yang diposting di media sosial. “Kami dengan tegas menolak tuduhan ini dan menganggapnya sebagai upaya terang-terangan untuk mendistorsi citra kekuatan akar rumput yang lahir dari penderitaan – yang melawan ketidakadilan, penjarahan, dan korupsi,” kata kelompok itu. “Upaya putus asa untuk menghubungkan kita dengan pendudukan, pada kenyataannya, adalah pengakuan implisit bahwa kita telah menjadi kekuatan yang kuat dan berpengaruh.”
Hamas yang memimpin serangan 7 Oktober 2023 di Israel selatan yang memulai perang di Gaza – setelah pernyataan Netanyahu mengatakan bahwa “setiap individu yang terlibat dalam geng-geng tentara bayaran ini [yang diduga didukung Israel] dipertimbangkan oleh kami menjadi tentara Israel. Kami akan menangani mereka dengan kekuatan penuh.”
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid menanggapi klaim bahwa Israel mempersenjatai Abu Shabab dengan peringatan bahwa mereka dapat melihat pengulangan sejarah suram bagi negara itu.
Selama beberapa dekade, termasuk beberapa masa jabatan nya Netanyahu, Israel membiarkan Hamas tumbuh dan memperkuat kendalinya di Gaza, dengan jutaan dolar dukungan dari Arab akan mengalir. Itu dipandang sebagai upaya sinis untuk mencegah kepemimpinan Palestina yang bersatu menguasai Gaza dan wilayah yang jauh lebih besar di Tepi Barat.
“Setelah Netanyahu selesai memberikan jutaan dolar kepada Hamas, dia beralih untuk memberikan senjata kepada organisasi yang dekat dengan ISIS di Gaza, semuanya tanpa perencanaan strategis, semuanya mengarah ke lebih banyak bencana,” kata Lapid di media sosial. “Senjata yang memasuki Gaza pada akhirnya akan dialihkan ke tentara IDF dan warga Israel,” katanya.
Dalam setiap perjuangan merebut kemerdekaan melawan penjajah ada saja warga yang bersedia mengkhianati bangsa nya sendiri demi mendapatkan imbalan uang yang tidak seberapa. Kejadian seperti ini harus menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia untuk tidak mudah dipecah-belah kekuatan asing demi memperoleh imbalan materi.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Sikap Arogan Ketua Tim Reformasi Polri Justru Tak Hendak Mendengarkan Suara Rakyar

Sutoyo Abadi: Memusingkan

Tantangan Transformasi Prabowo

Kementerian PKP Tertinggi Prestasi Penyerapan Anggaran dari Seluruh Mitra Komisi V

Kejati Sumut Sita Rp150 Miliar dari Kasus Korupsi Penjualan Aset PTPN I: Babak Baru Pengungkapan Skandal Pertanahan 8.077 Hektare

Dipimpin Pramono Anung Jakarta Makin Aman dan Nyaman, Ketua Umum APKLI-P: Grand Opening WARKOBI Januari 2026 Diresmikan Gubernur DKI

Refly Harun Dan RRT Walkout saat Audiensi Dengan Komisi Percepatan Reformasi Polri

Subuh, Kolaborasi, Kepedulian, dan Keberkahan

Dukung Revisi PP 50/2022, Ketua Umum APKLI-P: Praktek Tax Planing PPH 0,5% UMKM Puluhan Tahun Dibiarkan

LPG, LNG, CNG dan Kompor Induksi, Solusi Emak Emak Swasembada Energi Di Dapur


No Responses