Oleh: Muhammad Chirzin
Apa itu persatuan, demokrasi, dan gotong royong?
Persatuan adalah kesatuan atau kebersamaan dalam tujuan, kepentingan, atau identitas. Dalam konteks sosial dan politik, persatuan sering diartikan sebagai kesepakatan dan kerja sama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan berada di tangan rakyat, baik secara langsung maupun melalui perwakilan yang dipilih dalam pemilihan bebas dan adil. Prinsip dasar demokrasi meliputi partisipasi rakyat, perlindungan hak asasi manusia, dan supremasi hukum.
Gotong royong adalah konsep kerja sama dan saling membantu dalam masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Inilah nilai yang sangat penting dalam budaya Indonesia dan bagian dari identitas nasional.
Adagium “dari kita, dengan kita, untuk kita” mengandung makna, pertama, dari kita, berarti bahwa pemerintahan atau kebijakan berasal dari aspirasi dan kebutuhan rakyat.
Kedua, dengan kita, berarti bahwa rakyat terlibat dalam proses pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui perwakilan.
Ketiga, untuk kita, berarti bahwa tujuan akhir dari pemerintahan atau kebijakan adalah untuk kesejahteraan dan kepentingan rakyat.
Adagium ini mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi, di mana kekuasaan dan kebijakan pemerintahan harus berasal dari rakyat, dijalankan dengan partisipasi rakyat, dan untuk kepentingan rakyat. Ini sejalan dengan konsep demokrasi yang menekankan kedaulatan rakyat dan pemerintahan yang bertanggung jawab kepada rakyat.
Indah di bibir sakit di hati. Katanya sih “dari kita, dengan kita, untuk kita,” mengapa kini Indonesia dikuasai mereka?
Adagium tersebut niscaya menjadi prinsip dasar dalam sistem demokrasi. Dalam praktiknya, masih banyak tantangan yang dihadapi.
Indonesia masih dikuasai oleh segelintir orang atau kelompok tertentu, meskipun memiliki sistem demokrasi, karena beberapa faktor.
Pertama, kesenjangan ekonomi. Ketimpangan ekonomi yang besar menyebabkan segelintir orang atau kelompok tertentu memiliki pengaruh besar dalam politik dan ekonomi.
Kedua, korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan menjadikan segelintir orang atau kelompok tertentu menguasai sumber daya dan kekuasaan.
Ketiga, kurangnya partisipasi rakyat. Karena rakyat tidak terlibat secara aktif dalam proses politik dan pembuatan keputusan, maka kekuasaan jatuh ke tangan segelintir orang atau kelompok tertentu.
Keempat, sistem politik yang tidak sempurna, menjadikan segelintir orang atau kelompok tertentu menguasai kekuasaan dan sumber daya.
Demokrasi adalah sistem yang dinamis dan dapat diperbaiki. Dengan meningkatkan kesadaran politik, partisipasi rakyat, dan akuntabilitas pemerintahan, kita dapat menciptakan sistem yang lebih adil dan merata.
Pemilihan nama “Negara Kesatuan Republik Indonesia” (NKRI), bukan “Negara Persatuan Republik Indonesia” (NPRI) memiliki latar belakang historis dan filosofis yang penting.
Kesatuan dalam NKRI menekankan bahwa Indonesia adalah satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dibagi-bagi, dengan satu konstitusi, satu pemerintahan, dan satu bangsa. Istilah “kesatuan” ini mencerminkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang beragam, dengan tujuan untuk menciptakan satu negara yang kuat dan stabil.
Sementara itu, istilah “persatuan” lebih menekankan pada kerja sama dan kesepakatan antara berbagai kelompok atau entitas yang berbeda. Jika digunakan dalam nama negara, “Negara Persatuan Republik Indonesia” mungkin memberikan kesan bahwa negara ini adalah hasil dari kerja sama antara berbagai entitas yang berbeda, yang mungkin memiliki otonomi yang lebih besar.
Dalam konteks sejarah Indonesia, penggunaan istilah “kesatuan” dalam NKRI juga mencerminkan semangat untuk menciptakan satu negara yang kuat dan stabil setelah kemerdekaan, serta untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat itu.
Masih tentang kesatuan, bahwa manusia diciptakan oleh satu Tuhan. Allah swt berfirman (artinya): Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu, dan mereka semua sebelum kamu, supaya kamu bertakwa; sanggup melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. (QS Al-Baqarah 21)
Ayat ini menekankan pentingnya menyembah dan bertakwa kepada Allah SWT sebagai pencipta manusia dan alam semesta.
Ayat ini juga mengingatkan manusia tentang tanggung jawab mereka kepada Allah SWT dan pentingnya menjalankan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.
Dalam konteks kesatuan, ayat ini juga menekankan bahwa semua manusia memiliki asal-usul yang sama, yaitu diciptakan oleh Allah SWT, sehingga kita semua memiliki hubungan yang erat sebagai sesama manusia.
Karena manusia diciptakan oleh satu Tuhan, maka kesatuan manusia Indonesia meniscayakan hidup bersama berkeadilan dan berkeadaban.
Jika kita percaya bahwa manusia diciptakan oleh satu Tuhan, maka kita seharusnya memahami bahwa kita semua memiliki martabat dan hak yang sama sebagai manusia.
Dalam konteks kesatuan manusia Indonesia, keyakinan ini harus mendorong kita untuk hidup bersama dengan penuh keadilan dan keadaban. Kita harus berusaha untuk menciptakan masyarakat yang adil, di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan hidup dengan martabat.
Keadilan dan keadaban ini juga berarti bahwa kita niscaya menghormati dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di antara kita, serta berusaha untuk menyelesaikan konflik dan perbedaan dengan cara yang damai dan bijaksana.
Dengan demikian, kesatuan manusia Indonesia dapat menjadi kekuatan yang positif dan konstruktif, membawa kita menuju masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan beradab.
Tuhan juga berfirman: Wahai manusia, sungguh kami ciptakan engkau dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan engkau bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, supaya saling mengenal, bulan saling membenci. Sungguh siapa yang paling bertakwa di antara kalian, dialalah yang paling mulia di hadapan Allah. (QS Al-Hujurat 13)
.
Ayat ini menekankan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dari satu laki-laki dan satu perempuan, dan menjadikan mereka bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka dapat saling mengenal dan memahami satu sama lain.
Ayat ini juga menekankan bahwa kemuliaan di hadapan Allah SWT tidak ditentukan oleh suku, bangsa, atau status sosial, tetapi oleh ketakwaan dan keimanan seseorang. Artinya, siapa yang paling bertakwa dan beriman kepada Allah SWT, dialah yang paling mulia di hadapan-Nya.
Ayat ini sangat penting dalam menekankan keragaman dan kesetaraan di antara manusia, serta mengingatkan kita bahwa yang membedakan kita di hadapan Allah SWT adalah ketakwaan dan keimanan.
Satu ayat lagi, bahwa Tuhan berfirman pada penutup ayat 2 surat Al-Maidah: tolong-menolonglah kalian dalam melakukan kebajikan dan ketakwaan, dan jangan tolong-menolong untuk melakukan keburukan dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat dahsyat hukumannya.
Ayat ini menekankan pentingnya kerja sama dan tolong-menolong dalam melakukan kebajikan dan ketakwaan, serta larangan untuk bekerja sama dalam melakukan keburukan dan permusuhan.
Ayat ini memberikan beberapa pesan penting.
Pertama, kerja sama dalam kebajikan. Kita dianjurkan untuk membantu orang lain, berbuat baik kepada sesama, dan lain-lain.
Kedua, larangan kerja sama dalam keburukan. Kita dilarang melakukan kejahatan, menindas orang lain, dan lain-lain.
Ketiga, ayat ini juga mengingatkan kita untuk bertakwa kepada Allah SWT dan takut akan hukuman-Nya.
Pesan-pesan persatuan dalam ayat ini sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, dan dapat menjadi pedoman untuk hidup dengan baik dan berakhlak mulia. Dengan bekerja sama dalam kebajikan dan menjauhi keburukan, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih baik dan harmonis, adil makmur, sentosa, dan bahagia.
Harus diakui bahwa biang karut-marut dan silang-sengkarut negeri ini ialah amandemen UUD 1945 yang kebablasan. Oleh karena itu kita berpesan kepada Bapak Prabowo Subiyanto untuk segera mengeluarkan Dekrit Presiden Kembali ke UUD 1945 ASLI, sesegera beliau mengembalikan empat pulau ke wilayah Aceh, agar peristiwa people power reformasi 1998 tidak terulang lagi.
Ikan sepat ikan gabus, lebih cepat lebih bagus!
EDITOR: REYNA
Related Posts

Teguran Presiden di Ruang Tertutup: Mahfud MD Ungkap Instruksi Keras kepada Kapolri dan Panglima TNI

Orang Jawa Sebagai “Bani Jawi” Adalah Keturunan Nabi Ismail: Perspektif Prof. Menachem Ali

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (4): Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional Yang Menyelamatkan Indonesia

Novel “Imperium Tiga Samudara” (15) – Operation Floodgate

Habib Umar Alhamid: Prabowo Sebaiknya Dukung Habis Gerakan Purbaya, Biarkan Beliau Bekerja!

Keberpihakan Komisi Reformasi POLRI

RRT Tolak Usul Mediasi Dengan Jokowi di Kasus Tuduhan Ijazah Palsu

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Pertemuan “Rahasia” di PTIK (Bagian 2): Guncangan di Ruang Reformasi dan Bayang-Bayang Operasi Garis Dalam

Pertemuan “Rahasia” di PTIK (Bagian 1) : Walkout, Ketegangan, dan Polemik Komisi Reformasi Polri



No Responses