Motivasi Membangun Impian: Nasib Sebutir Kerikil

Motivasi Membangun Impian: Nasib Sebutir Kerikil
Hamka Suyana, motivator Sasyuik (Sabar,Syukur, Ikhlas)

Oleh: Hamka Suyana
Motivator

 

Kerikil alias bebatuan kecil gampang ditemukan di semua daratan. Yang menarik tentang dunia kerikil adalah nasibnya yang berbeda-beda.

Ada kerikil yang ditenggelamkan dan ditekan ke tanah sebagai bahan urukan atau campuran adukan semen fondasi bangunan.

Ada kerikil yang dipakai untuk menguruk jalan sehingga setiap saat diinjak dan dilindas kendaraan yang melintas.

Tapi ada juga sebagian kecil dunia kerikil yang bernasib mujur menjadi mozaik lukisan dinding atau sovenir berbahan kerikil.

Mengapa dunia kerikil yang berasal dari satu rumpun yakni jenis bebatuan bisa bernasib beda?

Oooo, ternyata yang membedakan garis nasib mereka adalah soal impian kemanfaatan.

Kerikil yang bernasib menjadi bahan urukan dan tenggelam adalah para kerikil yang bingung menghadapi alam.

Kerikil yang dijadikan lapisan pengerasan jalan adalah para kerikil yang ingin bermanfaat pada alam tapi tidak punya impian.

Kerikil yang bernasib mujur menjadi mozaik taman yang sedap dipandang adalah para kerikil yang punya mimpi tinggi ingin menaikkan martabat diri.

Lho, memangnya kerikil yang benda mati masih punya mimpi?

Hehehe…. Kerikil dianggap mati, itu kan menurut pandangan manusia. Tapi di dalam Al Quran banyak ayat yang menyebutkan bahwa semua benda di langit dan di bumi selalu bertasbih kepada Allah. Itu artinya, benda mati, termasuk kerikil bisa berkomunikasi dengan Allah.

Oke, ini kesimpulannya

Perbedaan nasib kerikil karena masalah perbedaan impian.

Hikmah yang bisa dijadikan pembelajaran antara lain demikian.

Garis nasib seseorang dipengaruhi oleh impian orang yang bersangkutan. Dunia hanya bisa digenggam oleh pribadi para pemimpi.
Nasib adalah pilihan manusia, kemudian Allah menetapkan nasib yang dipilih manusia menjadi takdir mualaq.

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu masyarakat, sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (QS Ar-Ra’d : 11)
Dalam hadits qudsi, Allah berfirman, “Aku mengikuti prasangka hamba-Ku kepada-Ku.”

Berprasangka kepada Allah adalah aktivasi perasaan manusia. Nasib yang akan terjadi dalam kehidupan seseorang adalah, apa yang paling sering DIRASAKAN di hati ketika sedang memikirkan sesuatu.

Berikut proses terwujudnya garis nasib:

Muncul dari PERASAAN.

Kemudian masuk ke dalam PIKIRAN.

Terwujud dalam TINDAKAN.

Terukir menjadi KEBIASAAN.

Mengkristal jadi KARAKTER.

Akhirnya ditakdirkan jadi NASIB.

Tiga tingkatan

1. Yang terendah keinginan

2. Kemudian cita-cita

3. Yang tertinggi impian

Semua orang memiliki keinginan, namun hanya sedikit keingiannya dikembangkan menjadi impian. Apabila impian sudah tertanam pada alam bawah sadar, suatu saat akan diwujudkan Allah menjadi kenyataan di luar perencanaan

Mumpung masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk menggapai cita-cita, lebih baik punya mimpi tinggi tentang kemanfaatan kehidupan. Jika tercapai, akan menjadi tambahan amal kebaikan sebelum meninggalkan alam.

Selamat mewujudkan impian dalam mengarungi kehidupan ini.

Pekalongan, 19 Juni 2025

EDITOR: REYNA

 

Last Day Views: 26,55 K