Oleh: Budi Puryanto
Pemimpin Redaksi
Pengamat Ekonomi dan Geopolitik, Dr Anton Permana, SIP, MH, dalam podcast OnedNet memberikan pandangan tentang Strategi Presiden Prabowo Menghadapi Geopolitik Internasional.
Anton Permana mengatakan, Presiden Prabowo sangat paham dengan peta global saat ini. Presiden sedang melakukan re-balancing. Kalau Pak Prabowo bisa berjualan di G-20, dia juga bisa berjualan di BRICS. Ingat politik luar negeri kita itu Bebas Aktif.
“Kita tidak boleh dikooptasi dengan satu kekuatan. Itu juga menegaskan bahwa Indonesia itu tidak terikat dengan poros-aliansi. Kita adalah poros kemitraan strategis. Saya melihatnya disitu,” ungkap Anton.
Yang kedua,dia menambahkan, dunia saat ini sedang mengalami pergeseran dari unipolar, bipolar ke multipolar. Duapuluh tahun lalu hanya ada kekuatan tunggal unipolar (AS). Sekarang sudha muncul kekuatan baru seperti Rusia dan China.
“Saya juga melihat Pak Prabowo juga sedang memainkan Indonesai sebagai ‘global playing, Contohnya, Pak Prabowo sedang melakukan kemitraan strategis dengan negara Rusia dan Perancis. Mengapa yang saya sorot Rusia dan Perancis? Kita tahu, Rusia punya hubungan kultural dan ideologis dengan China. Perancis punya hubungan kultural dan ideologis dengan Amerika (Barat),” jelasnya.
Dua kekuatan ini kalau kita meminjam istilah Samuel Huntington Indonesia sedang bermain dengan kekuatan ini, supaya kalau terjadi benturan kepentingan ada kekuatan penyeimbang atau jembatan komunikasi. Misalnya, kalau kita ada benturan kepentingan dengan China, ada Rusia yang bisa menjadi jembatan komunikasi. Demikian juga kalau terjadi benturan dengan Amerika, maka ada Perancis yang bisa menjadi jembatan komunikasi itu.
Yang ketiga, menurut Anton, saat terjadi perang tarif dengan AS saat ini, siapa yang didatangi duluan oleh Prabowo? Ternyata adalah kawasan-kawasan yang menjadi mitra strategis regional.
Duni ini ibarat hutan belantara, kita tidak bisa hidup sendiri, tetapi suatu saat kita harus bisa berdiri sendiri secara mandiri. Untuk saat ini memang belum bisa, karena itu Pak Prabowo meragkul teman-teman regionalnya seperti Malaysia, Brunei, Singapura. Karena Indonesia ini adalah ‘big brothersnya” negera-negara Asia Tenggara (ASEAN).
Indonesia memiliki posisi strategis, dan Pak Prabowo, menurut Anton, lagi mengukuhkan dirinya sebagai salah satu pemimpin kawasan regional Asia Tenggara. Ujungnya apa?
Dalam dinamika peta politik global, kalau memposisikan sebagai pemimpin kawasan regional, istilahnya “kepala premannya”, baru dia bisa melakukan bergaining power dalam dinamika politik global.
“Itulah menurut saya yang sedang dimainkan oleh Pak Prabowo, tidak hanya aktif di peta hubungan politik bilateral tetapi juga di regional. Ini yang saya sebut dengan istilah “rebalancing”. Sampai pada suatu titik tertentu, dimana kita sudah menjadi negara yang kuat kedepan,” tegas Anton Permana.
EDITOR: REYNA
Baca juga artikel terkait:
Catatan Permana (1): Dalam 10 Tahun Kedepan Akan Terjadi Krisis Pangan, Energi, dan Air
Catatan Permana (2): Revisi UU TNI Tidak Akan Mengembalikan DWI Fungsi ABRI
Related Posts

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Novel “Imperium Tiga Samudra” (13) – Perang Senyap Mata Uang

Mencermati Komisi Reformasi Polri

Cinta, Kuasa, dan Kejatuhan: Kisah Gelap Yang Menyapu Ponorogo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (12) – Meja Baru Asia



No Responses