Oleh: Shamsi Ali Al-New Yorki
Saat kita menjalani kompleksitas hidup, kita diingatkan bahwa segala sesuatu terjadi dengan hikmah, baik yang diketahui maupun tidak. Ayat Al-Qur’an, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu; dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (2:216) menjadi pengingat yang menyentuh hati akan kebenaran ini. Realitas seringkali bertolak belakang dengan apa yang tampak, karena segala sesuatu yang terjadi merupakan bagian dari rencana Allah yang maha agung.
Hari ini, saya ingin berbagi dua renungan untuk mengingatkan kita pada hari Jumat ini: beban tanggung jawab di pundak kita sangatlah berat. Tak seorang pun dari kita akan terbebas dari tanggung jawab atas penderitaan orang-orang di sekitar kita, baik yang dekat maupun yang jauh.
Penderitaan Gaza
Umat Muslim saat ini sedang menghadapi masa suram, dengan krisis yang berkelanjutan di Gaza yang telah berlangsung selama lebih dari 58 tahun, sejak 1967. Eskalasi terbaru telah mengakibatkan sekitar 70.000 kematian, lebih dari 200.000 luka-luka, dan penghancuran semua infrastruktur. Gambaran pemboman, kelaparan, dan penderitaan manusia sangat menyayat hati, dan setiap manusia yang sehat akan merasakan kepedihan dan penderitaan saudara-saudari kita di Gaza.
Yang lebih menyedihkan adalah ketidakmampuan dunia untuk membantu. Dari negara-bangsa hingga organisasi internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan kelompok-kelompok hak asasi manusia, semuanya tampak tak berdaya untuk menghentikan pembantaian manusia dan genosida di Gaza. Dunia Muslim, dengan sumber dayanya yang melimpah, juga tampak tidak efektif, terbatas pada konferensi, seminar, dan kecaman di media. Beberapa pemimpin Muslim bahkan merangkul para pelaku secara diam-diam.
Di momen yang sangat menyedihkan ini, sembari menyadari rasa sakit dan penderitaan, kita harus terus mengangkat kepala dengan penuh harapan. Islam mengajarkan kita untuk tetap optimis, bahkan dalam menghadapi kesulitan. Kita harus percaya pada janji Allah bahwa di balik kesulitan ada kemudahan (94:5-6). Sebagai Muslim Amerika, kita harus bertindak, memanfaatkan nilai-nilai dan hak konstitusional kita untuk meningkatkan kesadaran dan mengadvokasi perubahan. Kita tidak boleh tinggal diam.
Penghormatan untuk Petugas Didarul Islam
Dalam rangkaian peristiwa yang tragis, beberapa hari yang lalu, Kota New York menyaksikan penembakan yang merenggut empat nyawa, termasuk seorang petugas polisi, Didarul Islam. Seorang saudara Muslim yang datang ke Amerika dari Bangladesh dengan impian untuk kehidupan yang lebih baik, bergabung dengan NYPD, dan mengabdi kepada komunitasnya dengan cinta, dedikasi, dan pengorbanan. Warisannya merupakan bukti nilai-nilai cinta, keluarga, dan komunitas. Kita berterima kasih kepadanya karena telah menjadi duta yang baik bagi agama dan komunitas kita.
Saat kita merenungkan peristiwa ini, kita diingatkan bahwa kita semua adalah duta bagi agama kita di negara ini. Kita harus berusaha menjadi perwakilan yang baik, mendorong pemahaman, dan memperjuangkan keadilan. Mari terus bersuara, memanfaatkan hak konstitusional kita, dan memohon pertolongan Allah.
Semoga Allah membimbing kita, memberi kita kebijaksanaan, dan memberikan kelegaan bagi mereka yang menderita di Gaza dan sekitarnya. Amin.
*Catatan singkat tentang Gaza dan Petugas Didarul Islam (Shamsi Ali Al-New Yorki).
EDITOR: REYNA
Related Posts

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Novel “Imperium Tiga Samudra” (13) – Perang Senyap Mata Uang

Mencermati Komisi Reformasi Polri

Cinta, Kuasa, dan Kejatuhan: Kisah Gelap Yang Menyapu Ponorogo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (12) – Meja Baru Asia



No Responses