WASHINGTON – Sangat jarang bagi seorang presiden AS untuk secara terbuka menentang komunitas intelijen negara itu, dengan para kritikus menuduh Trump secara terang-terangan mengabaikan bukti untuk membenarkan potensi keterlibatan langsung AS dalam pertempuran tersebut, menurut analis politik senior Al Jazeera, Marwan Bishara.
“Ini bukan hanya satu orang, satu tim yang mengatakan sesuatu,” kata Bishara. “Ini adalah seluruh komunitas intelijen di Amerika Serikat. Bahwa dia akan mengabaikan mereka … sungguh mengejutkan.”
Berbicara pada hari Jumat, Trump juga tampak meremehkan prospek AS menjadi perantara perjanjian gencatan senjata antara Iran dan Israel, dengan mengatakan bahwa dia “mungkin” mendukung kesepakatan semacam itu, sambil menambahkan, “Israel melakukannya dengan baik dalam hal perang, dan saya pikir Anda akan mengatakan bahwa Iran melakukannya dengan kurang baik.”
“Sulit untuk mengajukan permintaan itu sekarang. Ketika seseorang menang, itu lebih sulit daripada ketika mereka kalah,” tambahnya.
Dilaporkan dari Washington, DC, Heidi Zhou Castro dari Al Jazeera mencatat bahwa Trump “benar-benar menegaskan bahwa dia tidak akan berusaha meminta Israel untuk mengurangi pemboman udara terhadap target-target Iran”.
“Tampaknya Trump sangat berpihak pada Israel karena berbagai hal terus berkembang, dan … tampaknya dia tidak condong ke jalur diplomasi, meskipun, sekali lagi, dia memberi dirinya waktu dua minggu untuk membuat keputusan akhir,” katanya.
Trump pada hari Kamis mengatakan bahwa dia akan membutuhkan waktu dua minggu untuk memutuskan tanggapan AS terhadap konflik tersebut. Para ahli mengatakan keputusan itu kemungkinan akan bersifat transformatif.
AS dipandang sebagai salah satu dari sedikit negara yang memiliki pengaruh untuk menekan Israel agar mundur dari ambang perang regional berskala lebih luas.
Pada saat yang sama, keterlibatan militer AS dipandang sebagai kunci bagi misi Israel yang dinyatakan untuk membongkar sepenuhnya program nuklir Iran, yang bergantung pada penghancuran pabrik pengayaan bawah tanah Fordow.
Serangan yang berhasil terhadap fasilitas tersebut akan membutuhkan GBU-57 Massive Ordnance Penetrator seberat 30.000 pon (13.000 kg) milik Washington dan pesawat pengebom B-2 yang dibutuhkan untuk mengirimkannya.
Berbicara kepada wartawan pada hari Jumat, Trump juga meremehkan potensi peran negara-negara Eropa dalam meredakan situasi. Itu terjadi beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi bertemu dengan para diplomat tinggi dari Prancis, Inggris, Jerman, dan Uni Eropa di Jenewa.
“Eropa tidak akan dapat membantu,” kata presiden AS.
SUMBER: AL JAZEERA
EDITOR: REYNA
Related Posts

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Pertemuan “Rahasia” di PTIK (Bagian 2): Guncangan di Ruang Reformasi dan Bayang-Bayang Operasi Garis Dalam

Pertemuan “Rahasia” di PTIK (Bagian 1) : Walkout, Ketegangan, dan Polemik Komisi Reformasi Polri

Sikap Arogan Ketua Tim Reformasi Polri Justru Tak Hendak Mendengarkan Suara Rakyar

Sutoyo Abadi: Memusingkan

Tantangan Transformasi Prabowo

Kementerian PKP Tertinggi Prestasi Penyerapan Anggaran dari Seluruh Mitra Komisi V

Kejati Sumut Sita Rp150 Miliar dari Kasus Korupsi Penjualan Aset PTPN I: Babak Baru Pengungkapan Skandal Pertanahan 8.077 Hektare

Dipimpin Pramono Anung Jakarta Makin Aman dan Nyaman, Ketua Umum APKLI-P: Grand Opening WARKOBI Januari 2026 Diresmikan Gubernur DKI

Refly Harun Dan RRT Walkout saat Audiensi Dengan Komisi Percepatan Reformasi Polri



No Responses