Oleh : Agus Mualif Rohadi
IX. Nabi Muhammad
Namun Abu Jahl tidak mau menerima alasan Hakim bin Hizam, sehingga terjadi perkelahian yang mengakibatkan Abu Jahl terluka kena pukul rahang unta dan diinjak injak Abu Al Bakhtari. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa boikot tersebut masih dapat di tembus oleh hubungan kekerabatan kaum Qurays yang saling terjalin berkelindan antar bani, meskipun harus dilakukan secara sembunyi sembunyi agar tidak menimbulkan pertengkaran fisik antar anggota bani yang dapat berakibat luas pada hukum kekerabatan di Makkah.
Pada suatu kesempatan, Abu Jahl bertemu nabi Muhammad, kemudian berkata : “ Wahai Muhammad, hendaknya engkau berhenti mencemooh tuhan tuhan kami ! Jika tidak maka kami akan menghina Tuhan yang engkau sembah “. Atas perkataan Abu Jahl kemudian turun wahyu yang tertulis pada Qs al – An’am 108 yaitu ; “ Dan janganlah kamu memaki sesembahan sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampau batas tanpa pengetahuan “. Dengan adanya wahyu tersebut Nabi Muhammad berhenti mengolok olok sesembahan mereka dan sebagai gantinya beliau mengajak kepada Allah, menyeru untuk kembali pada Allah ta’ala, mengingatkan hukuman balasan Allah baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Selama masa boikot terhadap kaum muslim banyak turun ayat ayat antara lain ayat ayat yang tertulis dalam Qs Al – Furqan, al Qalam, ash – Jatsyiah, ash – shafat, al – anbiya’, az – Zukruf, Yaasiin, ad – Dhukan, dll.
Dalam situasi pemboikotan, kaum muslim diluar bani Hasyim dan bani Abdul Muthalib juga banyak menerima tekanan dengan berbagai macam cara yang intinya mempersempit ruang gerak kaum muslim dari hubungan kekerabatan dan kegiatan perdagangan.
Abu Bakar juga tidak luput menerima tekanan serupa. Suatu saat Abu Bakar hendak berniat pergi dari Makkah. Tujuan utamanya adalah bertemu dengan sekutu perdagangannya, sehingga pada akhirnya bertemu dengan sahabatnya dari suku Ahabsyi atau Ahbasyi, yaitu seorang yang bernama Ibnu ad-Dughunah atau juga dipanggil Ibnu ad-Dughainah. Sahabatnya bertanya kesulitan yang dialami oleh Abu Bakar dari kaum Qurays Mekkah, yang dijawab Abu bakar bahwa dirinya disakiti, dipersempit ruang geraknya bahkan ada yang mengusirnya dari Makkah. Mendapat penjelasan dari Abu Bakar tersebut kemudian AdDugunah mengajak Abu Bakar masuk ke kota Makkah, kemudian di Ka’bah dia membuat pengumuman bahwa Abu Bakar dalam perlindungannya.
Dengan perlindungan tersebut, kaum Qurays menghentikan tekanannya pada Abu Bakar, sehingga Abu Bakar dapat melakukan aktifitas perdagangan maupun kesehariannya dalam berdakwah menjadi lebih bebas. Abu Bakar menjadikan sebagian rumahnya menjadi tempat untuk beribadah dan melakukan dakwah pada orang orang yang datang ke rumahnya. Abu Bakar juga cukup leluasa mengirim bantuan makanan ke tempat berkumpulnya bani Hasyim dan bani Abdul Muthalib di sekitar rumah Abu Thalib. Sangat mungkin apa yang dilakukan Abu Bakar juga dilakukan oleh sahabat sahabat lainnya.
Akibat dari solidaritas yang kuat dari kaum muslim dan ketaatannya terhadap nabi Muhammad, hubungan kekerabatan yang laus dan erat, dan masih leluasanya sebagian sahabat dalam berdagang sehingga bisa membantu kaum muslim yang terkena boikot, membuat boikot berjalan cukup lama namun tidak dapat menghentikan kegiatan dakwah.
Boikot telah berjalan dua tahun tanpa hasil. Sebagian pendukung boikot terhadap bani Hasyim dan bani Abdul Muthalib malah mulai meragukan keberhasilan boikot, dan mengambil langkah keluar dari dukungan pemboikotan.
Ibnu Ishaq dan ibnu Hisyam mengkisahkan, beberapa orang Qurays secara sepihak membatalkan keikut sertaan dalah shahifah. Rombongan pertama orang orang yang keluar dari shahifah dipimpin oleh Hisyam bin Amr Rabi’ah bin Al Harits bin Habib bin Nasr bin Malik bin Hisl bin Amr bin Luay yang merupakan saudara seibu dengan Nadlah bin Hasyim bin Abdu Manaf yang memiliki hubungan kuat dengan bani Hasyim.
Baca Juga:
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Ser-195)
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-196)
Suatu malam, Hisyam bin Amr Rabi’ah mendatangi perkemahan bani Hasyim dan bani Abdul Muthalib membawa unta penuh dengan makanan, pada hari lainnya untuknya mengangkut gandum. Ketika perbuatannya tidak mendapatkan halangan, kemudian mengajak tokoh tokoh lainnya antara lain Zuhair bin Abu Umayyah, Al – Muth’im bin Adi, Abu Al – Bakhtari bin Hisyam, Zam’ah bin Al – Aswad melakukan pembicaraan kembali tentang shahifah yang telah berjalan lebih dari dua tahun. Pembicaraab tersebut akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa shahifah tersebut tidak mampu melumpuhkan dakwah nabi Muhammad dan tidak ada gunanya dilanjutkan.
Mereka kemudian bersepakat melakukan thawaf, setelah itu menemui orang orang Qurays di pelataran Ka’bah untuk mengumumkan kesepakatan mereka untuk membatalkan shahifah. Kehadiran dan thawaf para tokoh di pelataran Ka’bah tersebut tentu menarik perhatian kaum qurays sehingga mereka berkumpul menunggu apakah akan ada peristiwa penting bagi kaumnya.
Usai thawaf, Zuhair kemudian mengumumkan pembatalan para tokoh terhadap shahifah dan akan menyobek shahifah yang masih menempel di dinding Ka’bah. Abu Jahl melarang penyobekan tersebut. Akibatnya mulai terjadi perdebatan keras. Saat itu Abu Thalib menyaksikan peristiwa tersebut. Kemudian Al-Muth’im bin Adi bangkit dan berjalan mendekati shahifah berniat menyobeknya. Namun dilihatnya, Shahifah telah habis dimakan rayap kecuali tulisan bismikallahumma, dengan nama-Mu ya Allah.
Dalam keadaan ribut tersebut, Abu Thalib mendekati mereka kemudian berkata : “ Wahai orang-orang Qurays, sesungguhnya keponakanku telah memberi tahuku tentang shahifah yang telah dimakan rayap kecuali sebuah tulisan. Jika shahifah tersebut persis yang dikatakan keponakanku, maka berhentilah memboikot kami, jika keponakanku berdusta maka dia aku serahkan kepada kalian “. Mereka sepakat dengan tawaran Abu Thalib, kemudian bersama sama mereka melihat Shahifah. Saat mendekati sahifah mereka menjadi tercengang dengan keadaan Shahifah yang tertempel di Ka’bah yang hampir habis tinggal bagian kecil yang bertuliskan bismikallahumma.
Mereka melihat bahwa yang terjadi pada shahifah bukan bekas sobekan, tetapi pinggirnya jelas dimakan rayap. Ternyata kondisi shahifah persis seperti yang dikatakan Rasulullah. Saat semuanya terdiam, tidak seorangpun mempunyai argumen atas apa yang terjadi pada sahifah yang tidak lagi bisa dijadikan bukti adanya perjanjian diantara mereke, beberapa orang tokoh kaum Qurays lainnya menyatakan ikut keluar dari shahifah tersebut.
(bersambung ……………….)
Related Posts

Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??

Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??

Allah Tahu Yang Terbaik Untukmu

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-276 TAMAT)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-273)

Agus: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-270)





ประวัติมวยไทยDecember 3, 2024 at 6:37 am
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-197/ […]
disocuntsJanuary 11, 2025 at 11:33 am
… [Trackback]
[…] Read More Information here on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-197/ […]
สมัคร pg slotFebruary 3, 2025 at 11:25 am
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-197/ […]