Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Setelah melalui pergulatan debat di internal partai Demokrat Amerika Serikat ditambah dengan masih ngototnya istrinya agar suaminya tetap mencalonkan dirinya menjadi capres AS pada pilpres November 2024 mendatang, akhirnya presiden Joe Biden mengumumkan pada hari Minggu tanggal 21 Juli 2024 bahwa dia akan mengakhiri kampanye pemilihan ulang presidennya.
Biden, 81, tidak dapat membalikkan sentimen yang berkembang di dalam partainya bahwa dia terlalu lemah untuk mengabdi kepada negara dan ditakdirkan untuk kalah dari Donald Trump pada bulan November. Dia mendukung Wakil Presiden Kamala Harris untuk menggantikannya sebagai calon Demokrat.
“While it has been my intention to seek reelection, I believe it is in the best interest of my party and the country for me to stand down and to focus solely on fulfilling my duties as President for the remainder of my term,” Biden wrote in a letter posted on X. “I will speak to the Nation later this week in more detail about my decision.”(“Meskipun niat saya untuk bisa dipilih kembai, saya yakinitu adalah kepentingan terbaik partai dan negara saya bagi saya untuk mundur dan fokus semata-mata pada memenuhi tugas saya sebagai Presiden selama sisa masa jabatan saya,” tulis Biden dalam sebuah surat yang diposting di X. “Saya akan berbicara kepada Nation akhir pekan ini secara lebih rinci tentang keputusan saya.”
Seluruh media Amerika Serikat dan dunia melaporkan pengumuman Joe Biden mundur dari pencalonan kembali sebagai presiden. Pengumuman itu sebenarnya tidak mengejutkan mengingat performa Joe Biden pada debat dengan Donald Trump dan terus mundurnya kondisi kesehatan fisik dan mentalnya – sudah diketahui publik di negeri Paman Sam dan dunia.
Selain itu kondisi negara Amerika Serikat dibawah pemerintahan “Sleepy Joe” – atau “Joe yang mengantuk – begitu Trump memanggilnya – amburadul, misalkan tingkat inflasi naik drastis dari 2% menjadi 9%, kekacauan di bidang imigrasi dimana ada sektar 10 juta imigran gelap dari berbagai negara masuk Amerika Serikat lewat perbatasan. Kekacauan ini dikhawatirkan akan menimbulkan naiknya tingkat kriminal atau masuknya teroris dan mata-mata asing misalnya Cina.
Dibawah pemerintahan Joe Biden juga negara Ukraina porak poranda melawan Rusia. Amerika Serikat menjadikan negara Ukraina menjadi proxy untuk melemahkan kekuatan Rusia dengan memberikan bantuan dana dan senjata milyaran dolar, dan memberikan sanksi ekonomi pada Rusia. Tapi kenyataannya Ukraina kalah perang, sekitar 500.000 tentaranya mati dan ratusan ribu lainnya luka-luka berat. Perekonomian Rusia yang diharapkan hancur malah naik pesat dan mampu menggalang kekuatan negara-negara lain untuk melawan hegemoni AS di dunia.
Di Timur Tengah, pemerintahan Biden juga menimbulkan kekacauan yang berkepanjangan dimana sekutunya yang abadi Israel melakukan genosida besar-besaran di Palestina. Seluruh dunia mengecam kebiadaban Israel, namun Joe Biden terus membela mati-matian dengan mengirimkan dana serta senjata untuk menghancurkan Palestina. Perang di Gaza saat ini dikhawatirkan menjadi perang kawasan di Timur Tengah yang akan melibatkan Yaman, Hisbullah di Libanon, Iran dsb.
Sekarang partai Demokrat masih berfikir serius siapa yang akan menggantikan Joe Biden melawan Donald Trump pada piplres mendatang. Kamala Haris wakil presiden yang digadang-gadang Joe Biden masih diragukan kemampuannya.
Editor : Reyna
Related Posts

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (4): Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional Yang Menyelamatkan Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Novel “Imperium Tiga Samudra” (13) – Perang Senyap Mata Uang

Mencermati Komisi Reformasi Polri



No Responses