Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.
Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera
Kondisi beriman dan amal saleh, seperti shalat, puasa, zakat dan lain sebagainya Adalah ibadah yang bersifat Zahir. Mengutamakan amalan hati dengan menatanya adalah penting, namun perbuatan nyata berupa amalan merupakan satu yang lain yang juga penting, salah-salah dalam pengabaian terhadapnya dapat melahirkan sikap penyakit, yaitu tidak konsistensi antara hati, perkataan dan perbuatan dengan kebenaran.
Penataan hari berupa penyucian jiwa (“tazkiah an-nafs”), penajaman intuisi, serta hal berkaitan dengan spiritual lainnya ternyata tidak hanya terdapat di kalangan Agamawan, ahli spiritual yang condong berlebihan kepada dimensi ini dengan mengabaikan amalan Zahir terbukti melahirkan persoalan berupa ketidak seimbangan juga. Zindiq, adalah di antara akibat negatif yang ditimbulkan bahkan dapat menyebabkan kekafiran.
Termasuk dari hal yang perlu juga diwaspadai, adalah kondisi berlebihan dari keduanya. Terdapat ungkapan yang dinisbahkan kepada Al-Ghazali, seorang Ahli Fiqh, Tasawwuf, juga pemikir, yaitu orang yang berfiqih tanpa tasawwuf adalah fasik, dan bertasawwuf tanpa fiqh adalah zindiq. Sikap zindiq maupun fasiq sama tidak terpujinya. Maka unsur kejiwaan atau yang dikenal dengan disiplin tasawwuf dengan menghadirkan jiwa dalam ibadah juga penting sebagai keseluruhan ibadah.
Berdua-duaan dengan Tuhan” adalah suatu ungkapan dari seorang ustadz yang populer di sosial media terutama Youtube. Dalam menggambarkan keintiman seseorang dengan Tuhannya dalam suatu waktu yang diperkhususkan untuk keintiman tersebut, Ustadz yang sering kali menyelenggarakan kajian dengan video streaming tersebut menggambarkan pemanfaatan waktu bagi seseorang terutama saat beribadah seperti pada waktu malam dan/atau saat i’tikad untuk mendekatkan diri dengan Tuhan merupakan di antara langkah yang dapat ditempuh.
Beramal adalah sesuatu yang baik terlebih amal tersebut memiliki keutamaan-keutamaan dan berkesesuaian dengan kondisi diri. Selain sebagai cara mengundang rahmat atau kebaikan yang di tangannyalah segala kebaikan selama hidup di dunia, amalan juga menjadi teman di alam kubur di saat segala amal atau perbuatan terhenti (terputus), terutama pada saat hari perhitungan (“Yaum al-Hisab”) menuju kehidupan abadi di akhirat kelak, apakah kembali ke surga sebagai tempat kembali sesungguhnya yang terpuji ataukah tidak.
Amal baik banyak bentuknya. Selain sebagaimana oleh para ulama’ dihukumi wajib, Sunnah atau lainnya sebagaimana yang sering ditemukan dalam berkehidupan sehari-hari dan memiliki keutamaan besar di antaranya berupa diperintahkan oleh Allah langsung sebagaimana perintah untuk membersihkan rumah Allah (Ka’bah) terhadap nabi Ibrahim ‘Alaihissalam dan Ismail ‘Alaihissalaam untuk membersihkan masjid sebagai tempat menjalani berbagai ritual ibadah.
Seruan untuk membersihkan masjid di antaranya terhadap Nabi Ibrahim, untuk diteladani umat Islam tanpa mewajibkan kepada pihak tertentu seperti marboth/bagian ta’mir sebagai petugas kebersihan masjid dapat berupa bantuan-bantuan yang ringan. Berikut ayatnya sekaligus sebagai penutup ulasan artikel kali ini, “Shadaqallah!”
وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمْنًاۗ وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang i’tikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!” (QS Al-Baqarah ayat 125).
EDITOR: REYNA
Related Posts

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (5) : Pelopor Swasembada Pangan Yang Diakui Dunia

Komisi Reformasi Polri Dan Bayang-Bayang Listyo Syndrome

Dusta Yang Ingin Dimediasi

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (4): Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional Yang Menyelamatkan Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya



No Responses