Oleh: Andrianto Andri
Pengamat Politik
Israel dan Iran contoh sebuah negara yang berlandaskan ideologi yang kuat. Israel pemganut Yahudi dengan doktrin Zionisme bentukan figur terkenal Theodore Herzl, seorang konglomerat pada masanya.
Ideologi Zionisme ini radikalis Yahudi yang impikan wilayah eks Palestina semuanya. Termasuk Tepi barat dan Gaza. Namun niatan ini terbentur putusan UN tahun 1948 yang membagi Israel dan Palestina. Namun Israel tidak akan berhenti sampai impian Zionisme terwujud.
Sedangkan Iran negeri yang 99 % beragama Islam yang kuat berlandaskan Revolusi tahun 1979 yang menyingkirkan Rezim Shah Pahlevi yang pro Barat.
Doktrin Iran bertumpu pada teologi Islam aliran Syiah, dimana ada struktur ulama sebagai pemegang kendali pemerintahan. Ideologi teologi Islam yang kuat ini menjadikan Iran selama 4 dekade bertahan dari embargo barat.
Jadi kedua negara Israel dan Iran adalah Ideologis.
Meski Israel di topang Barat belum tentu bisa kalahkan Iran, apalagi bila perang berlarut.
Iran pernah punya pengalaman perang panjang dengan Irak selama 8 tahun.
Patut di catat Iran bersama Thailand negara Asia yang tidak pernah alami penjajahan modern.
Zaman ketika era Persia hanya ada Macedonia dengan Alexander the Great dan Mongol era Jengis Khan yang pernah singgah menaklukan.
Jadi tradisi Iran yang kokoh warisan sejarahnya yang panjang saat Persia dulu adalah imperium terbesar yang di akui sejarah. Sehingga ada rasa tinggi di rakyat Iran kebanggan akan kebudayaan kuno yang maju.
Perang Iran vs Israel ini akan sulit di prediksi berakhir cepat. Sikond global juga berubah cepat.
Kekuatan Barat tidak sekuat dulu lagi menopang Israel. Apalagi rezim Israel sedang jadi cibiran dunia gegara Genocida di Gaza.
Sedang China dan Rusia pasti akan di belakang Iran dengan sejumlah alasan.
Rusia sedang berperang di Ukraina yang di bela Barat. Sedang China sedang menunggu saja berhadapan sama Barat, karna China pastinya akan rebut Taiwan.
Amerika serikat sedang di landa shock Trump, yakni barulah setelah era Vietnam War kini rakyat Amerika kembali antagonis terhadap pemerintahnya.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Pertemuan “Rahasia” di PTIK (Bagian 2): Guncangan di Ruang Reformasi dan Bayang-Bayang Operasi Garis Dalam

Pertemuan “Rahasia” di PTIK (Bagian 1) : Walkout, Ketegangan, dan Polemik Komisi Reformasi Polri

Sikap Arogan Ketua Tim Reformasi Polri Justru Tak Hendak Mendengarkan Suara Rakyar

Sutoyo Abadi: Memusingkan

Tantangan Transformasi Prabowo

Kementerian PKP Tertinggi Prestasi Penyerapan Anggaran dari Seluruh Mitra Komisi V

Kejati Sumut Sita Rp150 Miliar dari Kasus Korupsi Penjualan Aset PTPN I: Babak Baru Pengungkapan Skandal Pertanahan 8.077 Hektare

Dipimpin Pramono Anung Jakarta Makin Aman dan Nyaman, Ketua Umum APKLI-P: Grand Opening WARKOBI Januari 2026 Diresmikan Gubernur DKI

Refly Harun Dan RRT Walkout saat Audiensi Dengan Komisi Percepatan Reformasi Polri



No Responses