Antara Dakwah Dan Politik

Antara Dakwah Dan Politik

Oleh: Sulung Nof

Antara dakwah dan politik memiliki dimensi yang berbeda dalam prakteknya. Dalam dakwah, kita setara di hadapan Maha Pencipta. Tapi dalam politik ada sistem kelas elit dan alit.

Dakwah yang orisinal adalah dakwah tanpa mahar. Pakem ini jadi pegangan para rasul sejak dulu, seperti yang diucap oleh Nabi Nuh AS dalam Al-Qur’an surat As-Syu’ara [26] ayat 109:

“Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.”

Jadi kalau ada pendakwah yang menetapkan tarif dan akomodasi, maka bisa disebut bukan dakwah orisinal. Parahnya lagi, sudah dibayar masih pula tarik dana dari jamaah (sunduq).

Sementara dalam politik, umumnya ada syarat mahar. Calon anggota dewan, kepala daerah, hingga pemimpin negara yang maju melalui parpol biasanya ada uang mahar.

Meskipun misalnya ada yang mendaku sebagai partai dakwah, mekanisme mahar agaknya sulit lagi ditutupi. Kenyataan ini seakan sudah menjadi rahasia umum dan konsumsi publik.

Bagaimana dengan partai politik yang punya jargon “Politik Tanpa Mahar”? Sampai saat ini saya ‘terpaksa’ percaya karena belum/tidak mendapati fakta yang bertentangan.

Setidaknya hal itu diucap langsung oleh para petingginya sebagai garansi. Dan itu dibuktikan (kembali) dengan meminang Anies Baswedan, Ph.D. sebagai Calon Presiden RI 2024.

Faktanya, peraih gelar Ph.D dari Northern Illionis University, Department of Political Science, DeKalb Illionis, Amerika Serikat itu tidak sedang mengasong dirinya seperti para tokoh lainnya.

Pendakwah yang orisinal adalah pendakwah yang bicaranya lurus dan sesuai antara latar depan dengan latar belakang. Sebab apa? Karena yang dipercakapkan selalunya kebaikan.

Pendakwah tidak akan bergeming dan plin-plan dalam menyampaikan petuah kebenaran dan meluruskan kebengkokan. Sekalipun hal itu diucapkan kepada kawan maupun lawan.

Perjalanan dakwah sudah diuji oleh waktu. Dulu Al-Quran mengkritik para pembesar musyrik Mekah, maka Baginda Nabi SAW dan para shahabat menyampaikannya dengan gagah.

Sementara, percakapan politisi yang abal-abal kadang berbeda antara panggung depan dengan panggung belakang, tergantung mana yang diuntungkan. Apakah itu strategi? Belum tentu.

Politik adalah siasat. Tapi politik yang diwarnai siasat kebohongan dan sekadar mengincar keuntungan, maka akan semakin membenarkan persepsi publik bahwa politik itu kotor.

Maka kalau ada pihak yang terjun ke politik, lalu bicaranya di depan “A” dan di belakang “B” maka itulah politisi abal-abal. Baginya kalah-menang bukan urusan asal tetap dapat cuan/jabatan.

Fenomena itu bisa kita saksikan berdasarkan realitas Pemilu sebelumnya. Lalu apakah akan terjadi hal yang sama pada Pemilu mendatang? Semoga tidak bakal terjadi gejala yang serupa.

Sebagai simpulan, kita bisa tarik benang merahnya bahwa siapapun —baik pendakwah maupun politisi yang fokusnya keuntungan bukan kebaikan, maka sebaiknya ditinggalkan.

Bandung, 05/01/2023

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

6 Responses

  1. sagameOctober 22, 2024 at 2:13 pm

    … [Trackback]

    […] Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/antara-dakwah-dan-politik/ […]

  2. top camsDecember 6, 2024 at 8:37 am

    … [Trackback]

    […] Read More on to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/antara-dakwah-dan-politik/ […]

  3. Food Recipe VideoDecember 27, 2024 at 10:36 pm

    … [Trackback]

    […] Info to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/antara-dakwah-dan-politik/ […]

  4. cinemakickJanuary 4, 2025 at 10:09 am

    cinemakick

  5. pgslotJanuary 6, 2025 at 1:50 am

    … [Trackback]

    […] Read More on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/antara-dakwah-dan-politik/ […]

  6. เว็บไซต์แทงบอลออนไลน์ ที่ดีที่สุด ต้อง LSM99January 19, 2025 at 11:02 am

    … [Trackback]

    […] Info to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/antara-dakwah-dan-politik/ […]

Leave a Reply