Antara Politisi, Diplomat, dan Sastrawan

Antara Politisi, Diplomat, dan Sastrawan
Sampul buku novel karya Dubes Muhammad Najib berjudul "Di Beranda Istana Al Hambra". Buku tersebut (dan 3 buku lainnya karya Dubes Najib) diberikan kepada MUI saat berkunjung ke Wisma Duta RI Madrid

MADRID – Duta Besar RI untuk Spanyol dan UNWTO (UN Tourism) Dr Muhammad Najib memberikan cinderamata kepada MUI saat berkunjung di Wisma Duta RI di Madrid Cinderamata yang diberikan oleh Dubes Najib merupakan barang berharga yang tidak biasa. Karena cnderamata itu adalah berupa buku karya Dubes Najib sendiri.

Ada 4 buku karyanya yang diberukan kepada MUI yaitu : Novel berjudul “Di Beranda Istana Al Hambra”, Novel berjudul “Bersujud Diatas Bara”, Novel berjudul “Safari”, dan buku yang diambil dari disertasi doktor (politik) berjudul “Jalan Demokrasi”.

Dubes Najib menceritakan, ada satu novelnya lagi yang belum dicetak menjadi buku, dan itu agak lebih berat, namun sudah selesai dan pernah dimuat dalam media ini sebagai ceruta bersambung. Nvvel ini bercerita entang perang salib dan jalur rempah. Judul novel ini “Rempah-Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat”.

Ada satu cerita menarik, kata Dubes Najib, salah seorang pembaca Novel “Bersujud Diatas Bara” yang latar belakang ceritanya terorisme “Bom Bali”. Pembaca itu mengatakan, saya curiga Pak Dubes sendiri pelakunya.

Menanggapi hal itu, sambil tertawa, Dubes Najib menjelaskan bahwa cerita itu sama sekali tidak ada kaitannya dengannya. Salah satu negara yang belum pernah dikunjungi adalah Afghanista. Untuk menulis novel tersebut Dubes Najib mengaku melakukan riset secara medalam, menemui para pelakunya secara langsung, dan tentu saja diperdalam dengan studi literatur.

Sementara dalam buku “Safari”, mengisahkan perjalanan Dubes Najib ke berbagai negara, saat masih menjabat sebagai Sekjen Pemuda Muhammadiyah. Dari bahan tersebut kemudian dilakukan updating dan menjadi novel menarik.

“Sementara dalam buku ini (Jalan Demokrasi) saya membandingkan praktek demokrasi antara Indonesia, Mesir, dan Turki. Karena mereka sama-sama mayoritas Islam, suni, sama-sama militer pernah berkuasa. Yang saya temukan dan sekarang masih relevan, secara politik Indonesia lebih bagus dibanding Mesir dan Turki. Secara ekonomi Turki lebih bagus dari Indonesia, tetapi secara politik Indonesia lebih bagus. Sementara dibanding Mesir, baik secara ekonomi maupun politik, Indonesia masih lebih bagus,” ujar Dubes Muhammad Najib, menutup keteranganya melalui akun Tiktok Wisma Duta RI Madrid.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K