Oleh: Abdul Muhaimin
Ketua Umum Ikatan Pondok Pesantren Indonesia (IPI)
Perjalanan ke negeri Trumph ini merupakan kunjungan saya kedua setelah 15 tahun lalu, tepatnya september 2003 atas undangan pemerintah AS guna mengikuti program Muslim Leader bersama 13 pengasuh pesantren se Indonesia.
Bulan September adalah musim yang sangat istimewa karena bertepatan dengan season Autum, menjelang musim gugur ketika daun pohon Mapple memerah, kemudian berubah berwarna kuning dan berguguran akibat pengaruh suhu udara menuju titik 0 C.
Namun rihlah (perjalanan mentadabburi alam) kali ini serasa sebuah moment first impression yang sangat mengesan, karena saya berangkat bersama istri untuk menghadiri wisuda puteri saya yang berhasil meraih prestasi akademik Ph.D dibidang Public Health dari John Hopkin University, Maryland USA sekaligus merasakan suasana puasa dan lebaran di negeri Donald Trumph.
Perjalanan adalah sekeping azab, Sabda Nabi Muhammad Saw karena kami berdua akan berpisah cukup lama dengan keluarga dan santri-santri Nurul Ummahat yang selama ini saya rengkuh seperti anak sendiri.
Oleh karena dengan persiapan yang matang , saya telah membereskan semua persyaratan administrasi sejak dari paspor, visa dan pelunasan tiket PP Indonesia – USA satu setengah bulan sebelum keberangkatan menuju AS.
Dua hari menjelang keberangkatan, 3 koper besar-besar telah terkemas rapi terkunci dengan angka kodenya berisi pakaian, alat-alat pribadi serta oleh-oleh khas Indonesia pesanan anak, menantu dan cucu yang telah 6 tahun bermukim disana. Berbagai makanan tradisional berupa sambel trasi, sambel pecel, sambel ijo, teri, belut goreng, kulit mlinjo matang serta bumbu-bumbu fabrikan menu Indonesia.
Sesuai jadwal penerbangan kami berdua berangkat hari Sabtu tgl 18 Mei 2019 pada pukul 17.55 dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Agar penerbangan terasa relax kami berangkat dari Bandara Adisucipto menuju Jakarta pk 10.5 menit sehingga tiba di Bandara Soeta masih ada waktu selama 3 jam sebelum counter Emirates dengan route Indonesia – Abu Dhabi – Washington DC dalam masa tempuh 36 jam.
Setelah ceck in melewati petugas Imigrasi yang memeriksa kelengkapan dokumen dengan ramah, tak lama kemudia anouncer bandara memberi tahukan agar seluruh penumpang memasuki pesawat Emirates melalui gate 7. Dengan petunjuk pramugari kami berdua memperoleh tempat duduk berjajar 4 yang kebetulan bersisihan dengan pelajar Indonesia yang telah lama tinggal di Kuwait. Setelah mendapat tempat duduk sesuai dengan nomor seat, segera kami pasang savety belt seraya berdoa panjang dengan bacaan ayat-ayat Qur’an, doa hingga bacaan hizb, semacam mantra, yang diwiridkan tiap malam bareng santri-santri agar memperoleh keselamatan dalam perjalanan panjang melintasi samudra Atlantis menembus belahan bumi.
Suasana Romadhon di AS sangat jauh berbeda dengan kesemarakan syiar Romadhon dan pernak pernik kemeriahannya di tanah air. Bahkan denyut Romadhon tidak terasakan sama sekali dalam kehidupan sehari hari.
Rentang waktu puasa yang lebih panjang berkisar 16 jam, seringkali menghadirkan trauma home sick, rindu rumah menunggu waktu datangnya waktu berbuka puasa dengan aneka jajanan yang tersaji lengkap dengan minuman segar dan buah buahannya.
Sementara itu zonasi perumahan yang saya tinggali tidak ada satupun warung yang menjual makanan dan kesempatan berbelanja sayur-mayur belum tentu tiap hari bisa dilakukan sebagaimana di Jogjakarta
Kegiatan yang sangat mencolok justru terlihat setiap hari Sabtu/sabath, hari suci dan peribadatan umat Yahudi, karena tempat tinggal anak saya merupakan kawasan konsentrasi pemeluk yahudi ortodox yang ditandai keberadaan 3 sinagog dan 1 shul, semacam surau kecil serta 2 buah lembaga pendidikan setara SD sampai SMA.
Pada hari sabath itu mereka berbondong-bondong berjalan kaki menuju sinagog karena larangan berkendara maupun mendengarkan suara sintetis dari radio atau televisi. Komunitas mereka sangat mudah dikenali dari kostum hitam putih dengan model potongan sederhana yang mereka kenakan.
Sebagian orang tua berpakaian jas lengkap dan tutup kepala /kipah kecil bertengger dikepalanya. Tidak ketinggalan anak-anak kecil dengan pakaian dan simbol yahudi ikut serta menuju sinagog 3 X sehari: pagi, siang dan sore menjelang magrib.
Konon solidaritas dan soliditas komunitas yahudi sangat kuat, sejak dari hal-hal yang kecil seperti memperbaiki taman dan pagar rumah hingga kebutuhan yang bersifat emergensi dikerjakan bersama sama. Tentu fenomena ini sangat menarik sebagai model kehidupan bersama ditengah tengah masyarakat Amerika yang dikenal sangat individualistik.
Meskipun demikian, situasi semacam itu tidak mengendorkan minoritas muslim Baltimore dalam mengisi syiar kemulyaan Romadhon dengan berbagai kegiatan keagamaan maupun aktifita sosial lainnya. Bahkan hampir setiap masjid menyelenggarakan buka puasa dan sholat tarawih bersama, baik harian maupun mingguan serta iktikaf 10 hari terakhir bulan Romadhin selalu dipenuhi jamaah meskipun mereka harus menempuh perjalanan yang memakan waktu hampir 1,5 jam menuju lokasi masjid terdekat.
Sejak kedatangan kami berdua di Baltimore, telah banyak cerita yang saya dengar dari anak dan menantu saya tentang kehidupan muslim di Baltimore saat memasuki bulan suci Romadhon terutama kemeriahan dan kehangatan acara buka bersama yang selalu ditunggu-tunggu oleh segenap keluarga pengajian muslim Baltimore.
Celoteh anak-anak yang sebagian besar sudah tidak mengenal bahasa ibu/Indonesia ditimpali dengan pembicaraan ngapak-ngapak logat Banyumasan dan diselingi dengan gaya bahasa Madura dengan intonasi sedikit menghentak serta bahasa Jawa maupun Sunda dengan notasi agak kalem bercampur baur menjadi pemandangan yang mengasyikkan.
Itulah pengalaman pertama buka bersama yang saya ikuti dirumah ibu Shofie, perempuan keturunan keluarga besar Pakualam yang bersuamikan pria Jerman yang telah memeluk agama Islam.
Di rumah yang cukup mewah dengan taman bunga tertata rapi dalam landscap terasering yang sangat mengagumkan, kedatangan kami disambut tuan rumah penuh keakraban.
Satu persatu menyusul hadir para anggota disertai putra-putrinya sambil menenteng nampan-nampan aneka hidangan persiapan buka bersama. Sambil menunggu saat buka bersama yang masih cukup lama, kami memperkenalkan diri satu persatu, sementara anak-anak asyik bersendau gurau merayakan perjumpaan mereka.
Sementara itu, beberapa anak mendemontrasikan kemampuan baca Al Qur’an dari surat-surat pendek Juz Amma kemudian diberi hadiah lembaran dollar yang telah disiapkan oleh tuan rumah disertai kegembiraan orang tua mereka sambil berseru, “Pokoknya kalau buka bersama dirumah ibu Shofie sudah kayak suasana lebaran.”
Menjelang 45 menit waktu buka pertemuanpun dimulai, tak pelak lagi saya kebagian menyampaikan hikmah puasa Romadhon. Puasa secara historis bukan hanya ritus umat Islam tetapi puasa telah dilakukan umat beragama terdahulu sebelum terutusnya nabi Muhammad SAW. Puasa juga dikenal dalam kehidupan spiritual kepercayaan lokal/indegenious bellieve seperti kejawen dengan puasa pati geni, puasa mutih dan lain lain.
Bahkan Imam Sya’roni dalam kitab Irsyadul ibad pernah meneliti komunitas semut yg kelihatan hanya mencari dan mengumpulkan makanan ternyata memiliki siklus puasa. Itulah yang dilakukan ulat, ular ketika bermatamorfosis dalam bentuk barunya.
Jadi, puasa bukan sekedar fenomena agama dan kepercayaan tetapi juga fenomena setiap mahluq hidup. Mengingkari puasa pada hakekatnya adalah mengingkari siklus kehidupan itu sendiri.
Itulah keunggulan ajaran Islam yang selaras dengan ekosistem kehidupan dan ber akselereasi dengan dinamika zaman.
Meski berada jauh dari tanah air, buka bersama kali ini penuh dengan nuansa ke Indonesia an. Aneka menu Nusantara tersedia lengkap berkat tangan tangan terampil ibu-ibu yang seharian penuh menyiapkan berbagai hidangan berupa gudeg lengkap dengan telur pindang dan sambel kreceknya dan tidak ketinggalan pula menu timur tengahnya antara lain nasi kebuli, kebab yang menambah selera makan.
Memang benar celotehan sebagian orang ada kecenderungan fenomena peningkatan konsumsi saat-saat bulan Romadhon. Hal itu wajar mengingat buka puasa itu memang kegembiraan yang dijanjikan Nabi Muhammad SAW disamping kegembiraan kelak ketika memanen kelipatan pahala besuk di akherat.
Temu komunitas muslim Baltimore yang dikomandani Pak Lurah Haris – sebutan akrab Mas Haris, seorang arsitek jebolan ITB yang sudah bermukim di USA lebih 20 tahun – benar benar menjadi obat rindu bagi ex patriat Indonesia di Baltimore.
Meski anggotanya hanya berkisar 20 KK namun terkesan sangat gayeng, guyub dan gembira karena keikutsertaan putra-putri mereka yang selalu merindukan arena perjumpaan.
Masing-masing terlihat asyik dalam kebersamaan yang sedemikian akrab saling berpelukan, saling bersalaman kemudian hanyut dalam perbincangan hangat bagaikan sesama saudara.
Sungguh sebuah pemandangan yang sangat mengharukan menyaksikan keutuhan persaudaraan sesama muslim di perantauan.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Novel “Imperium Tiga Samudra” (13) – Perang Senyap Mata Uang

Mencermati Komisi Reformasi Polri

Cinta, Kuasa, dan Kejatuhan: Kisah Gelap Yang Menyapu Ponorogo


온라인 카지노October 19, 2024 at 2:20 am
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/catatan-perjalanan-menikmati-sensasi-bukber-di-negeri-donald-trumph/ […]
zxz99November 11, 2024 at 7:05 am
… [Trackback]
[…] There you can find 33364 more Information to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/catatan-perjalanan-menikmati-sensasi-bukber-di-negeri-donald-trumph/ […]
lucabetNovember 23, 2024 at 4:59 am
… [Trackback]
[…] There you will find 44326 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/catatan-perjalanan-menikmati-sensasi-bukber-di-negeri-donald-trumph/ […]
หญ้าเทียมNovember 28, 2024 at 4:23 am
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/catatan-perjalanan-menikmati-sensasi-bukber-di-negeri-donald-trumph/ […]
try this siteFebruary 6, 2025 at 5:57 pm
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/catatan-perjalanan-menikmati-sensasi-bukber-di-negeri-donald-trumph/ […]