Oleh: Daniel Mohammad Rosyid
@Rosyid College of Arts
Pasca pencoblosan dan sambil menunggu proses Real Count oleh KPU dalam Pilpres 2024 yang penuh keganjilan ini, kini wacana berkembang membahas soal Sirekap dan kekeliruan perhitungan dan rekapitulasi suara yanng cukup banyak. Berkembang wacana soal kecurangan Terstruktur, Sistematis dan Masiv, bahkan muncul rencana hak angket di DPR. Namun Kita kurang mencermati kesulitan yang dihadapi semua pemilih untuk sekedar hadir di TPS, dan mencoblos 5 kertas suara yang membingungkan mayoritas pemilih. Kesulitan ini diabaikan dalam banyak analisis, sementara wacana kecurangan TSM justru lebih dominan mengisi ruang publik.
Begitu pemilih masuk ke bilik suara TPS, yang paling sederhana yang dihadapinya adalah kertas suara pilpres, sementara kertas suara lainnya masih 4 lembar dan juga sangat membingungkan. Tentu menentukan pilihan paslon pilpres adalah yang paling consequential. Memilih satu paslon di antara 3 paslon presiden dan wakilnya adalah sebuah proses memilih yang rumit, kompleks, sama sekali tidak mudah bagi banyak pemilih dengan informasi dan literasi yang terbatas. Akibatnya, 150 juta pemilih yang berpikir ambil duitnya pilih sak karepmu akan melakukan asal coblos massal. Ini adalah fitur massiveness yang sebenarnya terjadi dalam pilpres langsung ala UUD2002 ini.
Pilpres akan menjadi jauh lebih sederhana, murah, akuntabel dan tepat pilih jika dilakukan oleh sejumlah wakil-wakil rakyat di MPR melalui musyawarah bil hikmah sesuai UUD45. Kita membutuhkan lebih banyak negarawan sebagai wakil-wakil kita di MPR, bukan politisi yang banyak dilahirkan oleh Parpol yang sejak UUD2002 berlaku telah secara radikal memonopoli politik sebagai public goods.
Menurut antropolog senior Kartini Syahrir, popular wisdom telah mengalahkan kecongkakan intelektualisme. Jika parpol-parpol saja saya tidak akan heran, namun banyak cendekiawan, profesor bahkan ulama masih bersikeras dengan Pilpres ‘mbelgedhes’ ini ?
Gunung Anyar, 12 Maret 2024.
Related Posts

Komisi Reformasi Polri Dan Bayang-Bayang Listyo Syndrome

Dusta Yang Ingin Dimediasi

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (4): Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional Yang Menyelamatkan Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%



No Responses