Gedung Putih: Konflik Gaza tidak akan berakhir sampai Hamas membebaskan semua sandera

Gedung Putih: Konflik Gaza tidak akan berakhir sampai Hamas membebaskan semua sandera

“Pembebasan mereka dalam masa jeda kemanusiaan yang berkepanjangan juga penting untuk memberikan bantuan kritis kepada masyarakat Gaza yang tidak bersalah,” kata juru bicara tersebut

WASHINGTONGedung Putih pada hari Senin menegaskan kembali bahwa konflik di Gaza tidak akan berakhir sampai semua sandera di tangan kelompok Palestina Hamas dibebaskan.

“Krisis ini tidak akan bisa berakhir sampai Hamas membebaskan pria dan wanita yang mereka sandera, semuanya,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan, dikutip Anadolu Agency.

“Pembebasan mereka dalam masa jeda kemanusiaan yang berkepanjangan juga penting untuk memberikan bantuan kritis kepada masyarakat Gaza yang tidak bersalah, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan konflik yang mendasarinya. Ini tetap menjadi tujuan utama kami,” katanya.

Juru bicara tersebut mengatakan Gedung Putih telah melihat laporan bahwa warga sipil terbunuh pada akhir pekan di Rafah akibat operasi Israel namun dia mengatakan dia tidak dapat mengkonfirmasi laporan tersebut.

“Tetapi seperti yang telah kami katakan berkali-kali, jumlah korban sipil yang sebenarnya adalah nol. Kami tidak ingin melihat satu pun kematian warga sipil yang tidak bersalah, baik warga Israel atau Palestina,” tambahnya, bahkan ketika kematian di Gaza mendekati angka 29.000.

Kirby mengatakan Hamas tetap menjadi ancaman bagi rakyat Israel dan militer Israel akan terus melanjutkan operasi melawan kepemimpinan dan infrastruktur mereka.

“Kami percaya tidak disarankan untuk melakukan tindakan besar-besaran di Rafah tanpa rencana yang tepat, efektif, dan luar biasa yang dapat dilaksanakan demi keselamatan lebih dari satu juta warga Palestina yang mengungsi di Rafah,” jelasnya.

Warga sipil “meninggalkan wilayah utara dan mereka pasti pergi ke selatan Khan Younis untuk mencoba keluar dari pertempuran. Jadi Israel punya kewajiban untuk memastikan mereka bisa melindungi mereka,” tambahnya.

Kirby juga mengatakan AS mengetahui bahwa para pemimpin dan pejuang Hamas bermigrasi ke Gaza selatan setelah mereka mendapat tekanan di utara.

“Jadi mereka pergi ke Khan Younis, tentu saja, mereka sudah berada di Khan Younis tapi berkumpul di sana. Dan ketika Israel memberikan tekanan pada mereka… mereka condong lebih jauh ke selatan, sekarang menuju Rafah,” kata Kirby.

Dia mengatakan kehadiran dan operasi anggota Hamas “semakin membahayakan masyarakat Gaza yang sekarang menetap atau mencoba mencari perlindungan di Rafah. Jadi ada target militer yang sah yang ingin dituju Israel dan Rafah lagi, Kita imbau saja karena harus hati-hati,” imbuhnya.

Israel mengatakan pihaknya berencana melancarkan serangan darat di Rafah, rumah bagi lebih dari 1,4 juta penduduk yang mencari perlindungan dari perang, untuk mengalahkan apa yang disebut Tel Aviv sebagai “batalyon Hamas” yang tersisa.

Warga Palestina mencari perlindungan di Rafah ketika Israel menggempur sisa wilayah tersebut sejak 7 Oktober. Pemboman Israel yang terjadi kemudian telah menewaskan lebih dari 28.340 korban dan menyebabkan kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.

Perang Israel di Gaza menyebabkan 85% penduduk wilayah tersebut menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur, menurut PBB.

Dalam keputusan sementara pada bulan Januari, Mahkamah Internasional memerintahkan pemerintah Israel untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K