Oleh : Salamuddin Daeng
Ada apa dengan technologi ? Ini sedikit rahasianya. Dulu mereka datang ke negara kita dan negeri yang lain dengan technologi, lalu dinyatakan lah bahwa tehnologi adalah jumlah uang yang mereka investasikan. Clear ya, investasi adalah sejumlah technologi mahal yang mereka investasikan.
Lalu bagaimana dengan sumber daya alam? SDA itu dalam pandangan rezim technologi SDA itu bernilai NOL (0), bahkan SDA itu adalah beban (pajak, onkos lain lain dll), akan bernilai jika diolah, menjadi beban jika tidak ada investasi.
Sekarang semua berubah, sumber daya alam itu diikat dengan lingkungan sehingga akan menjadi aset, menjadi reserve, menjadi uang, nilainya dengan technologi yang dapat diterima, tecknologi ramah lingkungan adalah 1 banding 1.
Ke depan technologi lama itu menjadi beban, harus dimusnahkan karena tidak ramah lingkungan, kotor, menghasilkan emisi, merusak bumi, membawa kiamat lingkungan dan seterusnya. Misalnya pembangkitnya harus ditutup, pabriknya harus ditutup, atau produksinya harus ditekan karena emisi dan seterusnya.
Dulu ukuran nilai technologi itulah yang menjadi ukuran power. Tehnologi itu kemudian menjadi dasar menciptakan jangkar uang, dasar bagi mereka membuat uang. Lalu tiba tiba sekarang jangankan menjadi uang, menjadi asetpun tidak, malah menjadi beban yang dibiayai karena harus shutdown.
Emas sebagai jangkar keuangan berubah menjadi perhiasan semata. Lalu minyak sebagai jangkar dolar diubah sebagai bahan bakar semata yang seiring waktu dinyatakan membahayakan, beracun, padahal ini jangkar mata uang, darah yang mengalir dalam nadi ekonomi.
Tapi apa daya, alam tak lagi bersahabat dengan manusia, mahluk hidup diambang kepunahan, hidup dalam asap CO2 dan debu, manusia di kota kota besar bngek, manusia ingin pindah ke avatar. Dunia harus dihentikan senentara, pertumbuhan harus diakhiri, uang kotor hasil seluruh pekerjaan kotor harus disita dan dijadikan alat tukar dalam rezim bersih, kalau tidak maka perlu dimusnahkan, bahaya!.
Lalu sumber daya alam yang melekat pada lingkungan, berubah secara tiba tiba menjadi aset. Yang punya lahan, yang memiliki SDA berarti yang punya lingkungan berarti yang punya pohon bararti yang punya carbon reserve, maka merekalah yang punya kekuasaan. Power is money. Makanya saya mengusulkan Jakarta membuat lima Piramida raksasa untuk menjadi sumber oksigen bagi penduduk dimasa datang dan mengangkat air dari dalam tanah ke langit agar tidak banjir. Ngono mas e.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (5) : Pelopor Swasembada Pangan Yang Diakui Dunia

Komisi Reformasi Polri Dan Bayang-Bayang Listyo Syndrome

Dusta Yang Ingin Dimediasi

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (4): Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional Yang Menyelamatkan Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya



No Responses