Oleh: Soegianto
Belakangan ini semakin sulit mencari pekerjaan, terutama bagi generasi Z. Data menunjukkan ada 9,9 juta generasi Z yang menganggur, baik karena tidak memiliki pekerjaan maupun tidak mengejar pendidikan atau pelatihan tertentu. Salah satu isu yang signifikan adalah bagaimana kita bisa mencapai Indonesia Emas 2045 jika masalah ini tidak segera diatasi. Banyak orang khawatir tentang masa depan mereka, dan survei dari Bank Indonesia menunjukkan penurunan ketersediaan lapangan kerja dalam enam bulan ke depan. Selain itu, Sekjen Kemendikbud menyatakan bahwa Pendidikan tinggi adalah tersier atau opsional, yang menambah kekhawatiran akan masa depan Indonesia.
Masalah besar lain adalah kenaikan UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang sangat tinggi. Banyak perguruan tinggi di Indonesia mengalami kenaikan biaya kuliah yang signifikan, membuat akses pendidikan tinggi semakin sulit bagi banyak orang. Data menunjukkan hanya 10% penduduk Indonesia yang memiliki akses ke perguruan tinggi, jauh di bawah negara tetangga seperti Singapura dan Vietnam. Padahal, anggaran pendidikan dari APBN seharusnya cukup besar untuk menutupi kebutuhan ini. Tetapi masalahnya bukan hanya soal anggaran, melainkan juga kualitas dari alokasi dana pendidikan tersebut.
Terkait dengan kebutuhan tenaga kerja, Indonesia juga menghadapi tantangan besar. Penyerapan tenaga kerja di Indonesia buruk, terutama di sektor formal yang terus menurun dalam 15 tahun terakhir. Sektor formal membutuhkan pekerja dengan keterampilan tinggi, namun banyak generasi Z yang belum memenuhi kualifikasi tersebut. Ini diperparah oleh kenyataan bahwa banyak perusahaan global saat ini melakukan freeze hiring dan lebih memilih pekerja dari negara lain seperti Vietnam, India, dan China karena mereka memiliki tenaga kerja yang lebih terampil, terutama di bidang digital.
Masalah ketenagakerjaan ini juga disebabkan oleh preferensi generasi Z yang cenderung lebih suka bekerja di sektor informal. Mereka lebih memilih kebebasan dan fleksibilitas daripada pekerjaan tetap di sektor formal. Ini menciptakan tantangan tambahan bagi pemerintah dan perusahaan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan preferensi dan keterampilan generasi Z.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu ada perubahan signifikan dalam pendekatan kita terhadap pendidikan dan tenaga kerja. Pendidikan tinggi harus dipandang sebagai kebutuhan mendesak, bukan opsional, untuk memenuhi permintaan akan tenaga kerja berketerampilan tinggi di masa depan. Selain itu, perlu ada peningkatan dalam kualitas pendidikan dan pelatihan untuk memastikan bahwa lebih banyak orang dapat memasuki sektor-sektor yang membutuhkan keterampilan tinggi.
Di sisi lain, generasi Z juga perlu mengubah mindset mereka. Mereka harus lebih serius dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif dan membutuhkan keterampilan tinggi. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang situasi ini, diharapkan generasi Z dapat berkontribusi lebih efektif dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Ini adalah tantangan bersama yang membutuhkan kerja sama dari semua pihak, baik pemerintah, institusi pendidikan, perusahaan, maupun individu itu sendiri.
Dengan demikian, pendidikan tinggi menjadi elemen kunci dalam mengatasi tantangan ketenagakerjaan dan mempersiapkan tenaga kerja yang siap menghadapi tuntutan industri global. Hanya dengan komitmen kuat terhadap pendidikan tinggi, Indonesia dapat berharap mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045, di mana mayoritas penduduknya memiliki keterampilan tinggi dan mampu bersaing di tingkat internasional.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Komisi Reformasi Polri Dan Bayang-Bayang Listyo Syndrome

Dusta Yang Ingin Dimediasi

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (4): Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional Yang Menyelamatkan Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%



No Responses