Rihlah Peradaban, Perjalanan Penuh Makna Di Turki Dan Spanyol (Seri-12): Geliat Dakwah di Madrid dan Islam di Spanyol

Rihlah Peradaban, Perjalanan Penuh Makna Di Turki Dan Spanyol (Seri-12): Geliat Dakwah di Madrid dan Islam di Spanyol
Rombonan berada di Centro Cultural Islámico Mezquita de Madrid.Spanyol

Tulisan berseri ini diambil dari buku menarik berjudul “Rihlah Peradaban, Perjalanan Penuh Makna di Turki dan Spanyol” yang ditulis oleh Biyanto, Syamsudin, dan Siti Agustini. Ketiganya adalah fungsionaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.

Buku ini mengisahkan perjalanan di Turki dan Spanyol, dua tempat yang penuh dengan memori kejayaan Islam dimasa lalu. Buku ini sangat menarik. Selamat mengikuti serial ini.

Cover buku Rihlah Peradaban, Di atas kapal, menyusuri Selat Bosporus 

SERI-12

Centro Cultural Islamico Mezquita de Madrid

Tonggak dakwah Islam Spanyol yang pertama kali disinggahi oleh rombongan rihlah peradaban PWM Jawa Timur adalah Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam Madrid, atau dalam bahasa spanyol disebut dengan Centro Cultural Islamico Mezquita de Madrid.

Lokasinya terletak di Calle Salvador de Madariaga, Madrid, Spanyol. Di masjid ini rombongan melaksanakan shalat dzuhur dan ashar dengan jamak qashar. Rombongan sempat berbincang sejenak dengan imam masjid, seorang hafiz Al-Qur’an asal Maroko.

Sebagaimana ditulis dalam literatur sejarah, pasca keruntuhan kekuasaan Islam di Andalusi, penguasa Katholik pada saat itu, memberikan dua pilihan kepada masyarakat Muslim yang masih selamat. Pilihannya adalah tetap tinggal di Andalusia namun harus bersedia dibaptis sebagai pemeluk agama Kristen, atau dibunuh atau diusir pergi meninggalkan negeri tersebut.

Itulah masa Inkuisisi atau Reconquista. Di mana segala hal yang berbau Islam harus dilenyapkan dari wilayah Spanyol. Mulai dari agama, bahasa Arab, madrasah, kitab-kitab, masjid, bahkan kuburan-kuburan. Masjid masjid yang tersisapun dialihfungsikan menjadi gereja. Di antara dampak dari 500 tahun Inkuisisi adalah jumlah masyarakat Muslim di Spanyol yang semula 85 persen, lenyap menjadi 0 persen.

Seiring berjalannya waktu, pada era Spanyol modern, umat Muslim terus bertambah. Dakwah Islam di Negeri Matador ini mulai menggeliat. Terutama berasal dari migran negara Islam di

Afrika Utara. Di kota Madrid, pusat dakwah dan kebudayaan Islam adalah masjid jamik Madrid. Masjid ini di bawah naungan Yayasan Centro Cultural Islamico y Mezquita de Madrid. Namun masjid ini lebih dikenal dengan nama Mezquita M-30, atau Masjid M-30.

Dinamakan demikian karena lokasinya yang berdekatan dengan jalur M-30 di pusat kota Madrid. Masjid M-30 ini juga termasuk salah satu masjid terbesar di Eropa saat ini.

Masjid ini merupakan bantuan dari Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia. Pembangunannya ditangani tiga orang arsitek asal Polandia, dengan arsitek kepala bernama Juan Mora. Masjid ini selanjutnya diresmikan pada tanggal 21 September 1992, dengan dihadiri oleh Raja Spanyol saat itu, Raja Juan Carlos I, dan Pangeran dari Kerajaan Saudi Arabia, Salman Bin Abdul Aziz.

Masjid M-30 ini menjadi yang pertama di ibu kota Spanyol, sejak berakhirnya pemerintahan Islam pada tahun 1085, yaitu setelah 907 tahun tidak ada masjid sama sekali di seluruh Madrid.

Keberadaan Masjid M-30 merupakan salah satu bentuk komitmen dari kedua negara tersebut, yaitu antara Kerajaa Spanyol dan Kerajaan Saudi Arabia dalam menjamin kebebasan beragama dan terpenuhinya hak-hak sipil semua warga negara.

Kerajaan Arab Saudi berkomitmen membantu seluruh umat Muslim di negara-negara non-Muslim, dengan menyediakan tempat peribadatan yang layak. Sedangkan komitmen dari Kerajaan Spanyol adalah memfasilitasi peribadatan bagi seluruh warganya tanpa terkecuali, sebagai manisfestasi dari prinsip kebebasan beragama. Kerja sama dua negara ini berjalan dengan baik, meskipun saat ini umat Muslim menjadi etnis minoritas di negara tersebut.

Masjid M-30 dibangun dengan gaya arsitektur modern bergaya universal, namun tetap dilengkapi dengan balkon dan menara. Masjid ini tidak bergaya spesifik seperti masjid-masjid pada umumnya. Bahkan sekilas seperti bangunan apartemen, namun terdapat menara menjulang tinggi disampingnya. Menara tersebut bertuliskan lafadz Allah di bagian atasnya. Hal itu bisa dijadikan sebagai tanda bahwa bangunan tersebut adalah sebuah masjid, tempat ibadat umat Islam.

Centro Cultural Islámico Mezquita de Madrid.Spanyol

Hampir keseluruhan bagian bangunan masjid dilapisi dengan batu pualam. Termasuk interiornya juga menggunakan bahan baku batu pualam. Sedangkan untuk jendela pada masjid ini menggunakan kaca patri warna warni, bergaya khas Arabic. Pilar-pilar yang terbuat dari batu pualam sebagai penyangga lengkungan besar juga mendominasi bagian dalam masjid. Mirip dengan masjid Cordoba dan Istana Alhambra, namun sedikit lebih simpel dari kedua bangunan tua tersebut.

Masjid ini hanya mempunyai satu kubah yang terdapat di puncak menara dengan hiasan lambang bulan sabit seperti kebanyakan masjid Muslim di negara-negara non-Muslim. Masjid ini juga mempunyai fasilitas lainnya seperti: gedung perkuliahan, kamar mandi, tempat wudhu, kafe, restoran halal, bahkan gymnasium yang bisa digunakan untuk berolahraga.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K