Iran: Gencatan Senjata Tak Berlaku Jika Gaza Masih Dibombardir

Iran: Gencatan Senjata Tak Berlaku Jika Gaza Masih Dibombardir
Tim pencarian dan penyelamatan Israel melakukan operasi di tengah reruntuhan bangunan yang hancur setelah serangan Iran menyusul peluncuran serangan besar-besaran Israel terhadap Iran, di Rishon LeZion, Israel, pada 14 Juni 2025 [Mostafa Alkharouf/Anadolu Agency]

Teheran menyatukan perlawanan: Gaza tak bisa ditinggalkan dalam kesepakatan

TEHERAN – Ketika dunia mengira gencatan senjata antara Iran dan Israel akan meredakan ketegangan kawasan, Iran justru menegaskan satu syarat penting yang tak bisa ditawar: Israel harus menghentikan agresi brutal terhadap Gaza.

Pernyataan ini datang langsung dari Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, yang dalam konferensi pers di Teheran mengatakan bahwa Iran tidak akan menganggap perjanjian gencatan senjata sah selama Gaza masih menjadi sasaran tembakan Israel.

“Kami tidak akan menerima gencatan jika Israel tetap membunuh warga sipil di Gaza. Kami berdiri bersama rakyat Palestina, titik,” tegasnya seperti dikutip Reuters.

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, turut memperkuat sikap ini. Dalam pidatonya yang disiarkan secara nasional, ia menyatakan bahwa skala dan intensitas balasan militer Iran bisa berubah jika Israel menghentikan operasi di Gaza.

“Jika mereka berhenti membantai rakyat tak berdosa, respons kami bisa ditinjau ulang,” ujarnya.

Israel: Fokus ke Gaza, Gencatan Iran Tidak Termasuk Palestina

Pemerintah Israel hingga saat ini belum menyetujui syarat Iran. Meskipun menerima usulan gencatan senjata dengan Iran yang dimediasi AS, Israel secara tegas menolak menjadikan konflik Gaza sebagai bagian dari perjanjian tersebut.

Pejabat senior Israel menyatakan bahwa operasi militer di Gaza “bersifat domestik dan strategis,” dan tidak berkaitan langsung dengan konflik terbuka dengan Iran.

“Kami akan menilai Gaza berdasarkan kebijakan keamanan nasional, bukan karena tekanan luar,” ujar Juru Bicara Pemerintah Israel, Nadav Shragai, dalam pernyataan resminya.

AS: Mendukung Gencatan Luas, Tapi Tak Paksa Israel

Di sisi lain, Amerika Serikat mendorong dimulainya dialog gencatan menyeluruh termasuk Gaza namun tidak memiliki otoritas untuk memaksakan keputusan terhadap Israel.

Presiden Donald Trump menyebut gencatan Iran–Israel sebagai “kemenangan taktis besar”, dan saat ini menginstruksikan tim diplomatnya untuk bekerja sama dengan Qatar dan Mesir dalam meredakan kekerasan di Gaza.

Namun Menlu AS Marco Rubio menegaskan:

“Kami hanya fasilitator, bukan pengarah. Keputusan ada di tangan pemerintah Israel.”

Strategi Diplomasi Iran: Palestina Harus Masuk Meja Perundingan

Langkah Iran menyatukan isu Gaza dengan perundingan gencatan senjata menciptakan tekanan baru terhadap Israel dan sekutunya. Ini adalah pesan politik yang kuat: Palestina bukan sekadar “isu pinggiran” dari konflik Timur Tengah.

“Kami takkan biarkan perdamaian diplomatis terjadi sambil membiarkan genosida terus berlangsung,” ujar Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran.

Kesimpulan: Dunia di Persimpangan

Dengan Gaza menjadi titik kritis dalam gencatan senjata Iran–Israel, posisi Iran mengubah lanskap diplomatik. Teheran kini bermain di dua medan: militer dan moral. Jika Israel tetap menolak dan AS tidak mampu menekan, maka eskalasi baru sangat mungkin muncul kembali — dengan Palestina kali ini di pusat panggung.

Referensi Berita:

Reuters – “Iran won’t agree to ceasefire unless Israel halts Gaza offensive”

The Guardian – “Iran ties ceasefire to end of Gaza attacks”

WSJ – “U.S. Makes New Push for Gaza Cease-Fire, Building on Iran Deal”

FT – “Donald Trump, Benjamin Netanyahu and the new Middle East”

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K