Oleh: Isa Ansori Kolumnis
Anies ini memang penuh ironi, betapa tidak? Saat memutuskan membantu Jokowi tahun 2014, keberadaannya sangat dielu elukan oleh barisan relawan pendukung Jokowi. Anies dianggap sebagai energi baru bagi keberhasilan Jokowi memenangkan pilpres saat itu melawan Prabowo. Anies memang dikenal sebagai intelektual muda, rektor dan akademisi yang berintegritas.
Pembawaannya yang tenang, terukur dan solutif, membawa dia pada posisi penting bagi kemenangan Jokowi, sebagai juru bicara tim pemenangan Jokowi. Setelah kemenangannya, Jokowi memintanya untuk membantu di kabinetnya sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan.
Namun karena integritas, kejujuran dan komitmennya yang baik dalam tugas, Anies dianggap sebagai ancaman bagi Jokowi.
Ketika menjabat gubernur Jakarta dan menjalankan janji – janji politiknya dengan baik, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Jakarta, menghentikan reklamasi yang merugikan nelayan Muara Angke Jakarta, merevitalisasi kampung – kampung kumuh agar jadi hunian yang layak dan sehat serta banyak hal yang baik dan prestisius dilakukan, tapi apa yang dilakukan oleh Anies tak ada benarnya dimata Jokowi dan pendukungnya.
Pelaksanaan Formula E dan pembangunan JIS adalah bukti nyata prestasi Anies yang mendunia selain deretan prestasi – prestasi lain yang diakui oleh mancanegara, namun prestasi baik itu justru jadi semacam candaan dan bullyan pendukung Jokowi dan para buzzernya. Meski Jokowi ikut menikmati karya Anies, tapi para buzzer dan pendukung Jokowi mencoba memutar balikkan fakta tak mau mengakui bahwa itu adalah karya Anies. Bahkan Anies terus menerus dicari cari kesalahannya.
Usai menjabat sebagai gubernur Jakarta, karya – karya dan jejak Anies dihilangkan semua oleh Heru Budi si Gubernur utusan istana. Subsidi transportasi kepada rakyat yang diberikan semasa Anies menjabat, kini dihilangkan, bantuan Anies kepada kelompok kelompok agama di Jakarta juga mulai dicari cari kesalahannya.
Purna tugas dari gubernur, dicalonkan oleh partai Nasdem menjadi bakal calon presiden 2024, bukan hanya Anies yang dimusuhi, partai Nasdem juga mendapatkan getahnya.
Langkah – langkah Anies bertemu para relawan dan pendukungnya, juga menghadapi hambatan dan ancaman dari mereka yang menganggap Anies sebagai ancaman.
Intimidasi dan teror kepada relawan dan pendukung Anies intensitasnya semakin meningkat dan telanjang menodai demokrasi, tapi semua terkesan dibiarkan, perobekam banner Anies di Tuban, meski sudah dilaporkan masih belum ada tindakan, namun untungnya relawan Anies lebih kreatif dibanding melawan, mereka lebih baik membuat lagi yang lebih besar.
Menjelang suksesi kepemimpinan 2024 yang katanya Anies tak punya prestasi, Anies tak punya keberpihakan, Anies tak panya partai dan didukung oleh partai Nasdem yang belum memenuhi parliamentary treshold, tapi perlakuan mereka sangat berbeda dibanding capres selain Anies.
Terhadap Anies perlakuannya sangat tidak adil dan tidak sportif, menodai nilai – nilai demokrasi. Bahkan seluruh instrumen untuk menjegal Anies dilakukan agar Anies gagal mendapatkan tiket capres. Kesalahan Anies yang fatal hanya satu, Anies berpihak pada rakyat dan anti terhadap keserakahan oligarki yang sedang mencengkeram istana.
Hal yang sama juga berlaku pada para relawan dan partai politik pendukung Anies, mereka perlakukan semena mena dengan kekerasan dan fitnah. Tapi apakah para relawan dan partai pendukung Anies melawan? Nggak ternyata, mereka “fine – fine” saja. Apalagi relawan Anies, tak ada satupun yang menggunakan anggaran negara sebagaimana buzzer yang dipelihara oligarki dan istana.
Relawan Anies bahkan seperti air bah, mengalir kemana mana, dirumah rumah dan relung hati rakyat sebagaimana air bah yang menerjang Semarang beberapa waktu yang lalu.
Ironi memang, Anies yang menurut mereka tak punya prestasi, elektabilitasnya merosot, bahkan tak tanggung tanggung semua alat survey dan pengamat bayaran diminta berstatemen bahwa Anies dan Partai Nasdem mengalami kemerosotan elektabilitas, mestinya mereka tak perlu merasa takut dan khawatir dengan melakukan tindakan – tindakan yang tidak bermoral, melanggar nilai nilai baik demokrasi dan Pancasila.
Istana dan kekuasaan semakin angkuh dan semena mena, oligarki juga semakin kuasa dengan serakahnya, tapi memang beginilah perjalanan runtuhnya sebuah kekuasaan. Diawali dengan kecemasan dan kepanikan, nalar tidak sehat dijalankan, kekerasan di pertontonkan, pelanggaran moral dan etika disematkan dalam kebijakan. Suara rakyat suara Tuhan sudah tak berlaku lagi kepada mereka, karena suara rakyat dan suara Tuhan adalah suara kejujuran, suara kebeningan hati tanpa keserakahan. Tuhan pasti akan menjauhi dan menghukumnya.
Apalagi praktek praktek bersosial dimasyarakat yang ditampilkan oleh pendukung istana, partai politik dan buzzer juga jauh dari nilai nilai Pancasila, nilai keserakahan, kerakusan dan mumpung berkuasa.
Suara rakyat suara Tuhan hanya akan berlaku bagi mereka yang memang berjuang untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Anies sudah membuktikan.
Beginilah Tuhan menguji kekuatan dan kesabaran para pejuang sejati dan pecinta NKRI, bukankah setelah kesulitan akan datang kemudahan, ketahuilah bahwa dihati mereka akan selalu ada kecemasan, begitulah Tuhan menumbuhkan kecemasan dihati mereka dengan melihat kalian semua yang berjuang untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai ancaman.
Tetaplah memelihara kepanikan dan kecemasan mereka, dengan aksi aksi simpatik dan beretika, tunjukan bahwa kalian adalah sebenar benar pewaris NKRI sebagaimana cita cita para pendiri bangsa. Buatlah Bung Karno, Bung Hatta, Pak Narsir, dan semua para pendiri bangsa tersenyum kembali melihat Indonesia.
Surabaya, 8 Januari 2023
EDITOR: REYNA
Related Posts

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Novel “Imperium Tiga Samudra” (13) – Perang Senyap Mata Uang

Mencermati Komisi Reformasi Polri

Cinta, Kuasa, dan Kejatuhan: Kisah Gelap Yang Menyapu Ponorogo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (12) – Meja Baru Asia



online chatNovember 19, 2024 at 12:18 pm
… [Trackback]
[…] Here you can find 199 more Info to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/isa-ansori-ironi-anies/ […]
F1 shakesDecember 27, 2024 at 7:54 am
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/isa-ansori-ironi-anies/ […]
click here nowJanuary 5, 2025 at 2:44 am
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/isa-ansori-ironi-anies/ […]
promoJanuary 11, 2025 at 6:38 am
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/isa-ansori-ironi-anies/ […]