Islam Berkemajuan Berarti Islam Yang Melek Sains & Teknologi

Islam Berkemajuan Berarti Islam Yang Melek Sains & Teknologi
Dubes Muhammmad najib memberikan pidato sambutan pada pembukaan Pelatihan Leadership dan Upgrading PCIM Muhammadiyah se- Eropa dan Mediterania, di Madrid Spanyol

MADRID – “Saya bergembira sekali Bapak Ibu sekalian khususnya adik-adik bisa menginjakkan kaki di Wisma Duta di Madrid ini karena ini milik kita dan begitu juga KBRI. Alhamdulillah sudah milik kita (sendiri) karena belum semua duta besar atau kedutaan kita di berbagai negara sudah memiliki sendiri kedutaannya maupun wismanya,” kata Dubes RI untuk Spanyol dan UNWTO (UN Tourism) Dr Muhammad Najib, dihadapan peserta Leadership dan Up Grading PCIM se- Eropa dan Mediterania.

Dubes Muhammad Najib kembali memotivasi para mahasiswa saat penbukaan acara tersebut, untuk berani bermimpi. Karena mimpi itu akan melahirkan imajinasi, sedangkan imajinasi itu akan melahirkan obsesi.

Dubes Muhammmad Najib memberikan pidato sambutan pada pembukaan Pelatihan Leadership dan Upgrading PCIM Muhammadiyah se- Eropa dan Mediterania, di Madrid Spanyol

“Dan obsesi itu akan melahirkan energi. Jadi saya sudah merasakan betul ya, saya ini kan anak kampung, orang tua saya ayah dan ibu itu tidak lulus SD.Tapi bisa sampai ke Madrid ini karena mimpi. Jadi saya perlu ceritakan, saya kira belum pernah atau jarang sekali saya menceritakan ini. Jadi waktu saya SMP dan SMA itu saya kan tinggal di Singaraja (Bali), saya itu kursus bahasa Inggris dengan orang Belanda, tapi kursus saja merasa gak cukup. Jadi saya sering praktik di pantai Lovina, pantainya Singaraja. Disana itu  yang ada turisnya banyak. Nah, setiap libur itu saya ke Sanur, satu saat saya bertemu dengan mualaf turis dari Australia kemudian saya dikasih hadiah kaset. Nah itu penyanyinya namanya Julio Iklasias. Bagi yang seusia saya tahu itu, nah ada salah satu lagu jadi favorit. Itu kan koleksi lagu-lagu terbaik Julio iklasias, yang saya sangat suka kira-kira bisa menebak enggak lagunya, judulnya apa? Yang bisa saya kasih hadiah, judulnya itu Historia,” kata Dubes Najib.

Bagi bagi yang sudah baca novel saya “Di Beranda Istana Alhamra” itu saya tulis. Nah, bagi yang belum (baca), kata Dubes Najib, sekarang coba dilihat di Youtube, sejauh mana saudara bisa merasakan, kenapa lagu itu melahirkan mimpi. Dan seja itu, saya membayangkan bagaimana saya bisa ke Spanyol. Sebetulnya, ke Spanyol itu saat menjadi Dubes disana, dia sudah yang keempat kalinya. 

Dua kali ketika dia di Komisi I DPR RI. Ditemani istri saat itu Dubes Najib turun di Maroko, kemudian nyeberang naik feri, karena niatnya itu napak tilas perjalanan perjuangan Tarik bin Ziyad. Selain itu ketika ke Amerika sendiri, dia mampir ke Spanyol. Yang terakhir, keempat saat ditugaskan menjadi Dubes di Spanyol. Cobalah berani bermimpi, katanya.

“Nah sekarang saya buka rahasia kenapa saya bisa menulis novel cukup banyak ya, yang terakhir saya kira novel saya yang kelima yang belum dipublikasikan dengan judul “Rempah-Rempah Sebagai Jembatan Antara Timur dan Barat”. Nah novel itu imajinasi ya, tanpa imajinasi tidak mungkin bisa menulis novel, dan saya juga membuka rahasia sama adik-adik sendiri, kan saya itu sangat romantis dan melankolis, ” ujarnya yang disambut tepuk tangan dan tawa peserta.

Peserta Pelatihan Leadership dan Upgrading PCIM Muhammadiyah se-Eropa dan Mediterania

“Jadi, hanya orang yang punya romantisme tinggi dan melankolis bisa menulis novel. Nah coba saudara baca “Ayat-Ayat Cinta” itu, karya Habiburahman. Kenapa dia nulis itu saya sudah tahu, dia punya imajinasi ingin punya pacar orang Mesir. Kemudian tinggal di apartemen di tepian sungai Nil itu. Apartemen yang paling mahal ditepi sungai Nil Dan itu tidak kesampaian. Nah karena itu dituangkan di dalam novel,” katanya meyakinkan, yang membuat peserta larut dalam cerita itu.

Begitu juga Andrea Herata pengarang “Laskar Pelangi” itu. Itu kan imajinasi fiksi walaupun berdasarkan pada fakta dan data-data di lapangan. Nah nanti saya akan hadiahi walaupun sebagai simbol kepada PP Muhammadiyah novel saya yang berjudul “Safari”. Dalam bahas Arabdi berarti perjalanan.

“Tapi saya memaknai itu sebagai petualangan.Sebetulnya kan imajinasi saya, mimpi saya ingin kuliah di luar negeri tidak kesampaian,” ujar Dubes Najib yang embali disambut tertawa peserta pelatihan..

Dia mengaku hanya ikut short course-short course saja di Jepang, berapa kali ke Amerika terus ke Eropa. Nah itu kemudian dia mendengarkan apa kisah suka duka teman-teman yang kuliah di luar negeri, dan itu saya rekam dan itu dia tulis sewaktu dirinya menjabat Sekjen PP Pemuda Muhammadiyah.

“Tapi yang edisi terbaru sudah saya update, nanti pak Suyuti mewakili ya karena semua itu mudah didapat di Google Playbook Store ya, murah dan gampang,” katanya.

Saya kira kalau bicara novel saya yang paling relevan dengan adik-adik coba lihat itu “Safari” itu karena bercerita tentang bagaimana seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri tapi sekaligus juga sebagai aktivis ada kisah cintanya gitu.Jadi saya mendengar dari sejumlah teman yang masih single yang kuliah di luar negeri mimpinya itu kan diambil mantu oleh Dubes. Itu saya tulis coba nanti dibaca ya,” ujar Dubes Najib.

Dalam kesempatan itu Dubes Najib juga mengingatkan potensi dakwah di Uni Eropa ini besar sekal, sangat terbuka khususnya bagi organisasi modern yang bernama Muhammadiyah. Karena paham keagamaan Muhammadiyah yang kompatibel dengan isu-isu aktual, seperti demokrasi, HAM, prinsip meritokrasi, kemudian emansipasi dan seterusnya Muhammadiyah itu kompatibel dan banyak paham keagamaan apakah di Timur Tengah ataupun di Asia Selatan itu masih tidak kompatibel.

“Dan itu yang menimbulkan persoalan-persoalan sosial yang cukup serius di sejumlah negara Eropa. Nah itu saya kira tidak terjadi kalau orang Indonesia yang apa namanya berdiaspora di Eropa apalagi Muhammadiyah. Saya sudah tes ke sejumlah pihak apalagi akhir-akhir ini saya sangat aktif untuk mendekati berbagai komunitas di sini, baik yang menamakan dirinya atau lembaganya Interfit atau Interculture itu sangat welcome dan sangat berharap ya orang-orang Indonesia bisa lebih banyak berkiprah di sini.”

“Uni Eropa ini kalau dilihat geografis itu lebih kecil dari Indonesia dan Uni Eropa ini sudah menjadi semacam negara, karena apa semua negara yang menjadi anggota Uni Eropa itu memiliki anggota parlemen di Brussel dan bahkan ada eksekutifnya. Jadi menlunya Uni Eropa yang sekarang suaranya sangat vokal didengar itu namanya Joseph Borel. Dia bahkan sudah memberikan deadline bahwa tanggal 21 Mei 2024 Spanyol dan sejumlah negara Uni Eropa akan mengakui Palestina sebagai sebuah negara (merdeka dan berdaulat),” uhar Dubes Najib.

Dubes Najib menerangkan lebih lanjut, kalau dilihat secara geografis dari satu ibukota ke ibukota lain di Uni Eropa ini rata-rata perlu waktu hanya 1-2  jam saja. Jadi kecil sekali. Karena itu dia mengajak untuk menyadari, bagi teman-teman mahasiswa yang berasal dari Indonesia apalagi belum pernah menginjakkan kaki di Uni Eropa itu, psikologinya itu tidak menyadari dan ini harus dilihat sebagai sebuah peluang untuk memperluas dakwah kita yang lain.

Dubes Muhammadiyah memberikan cinderamata 

Dubes Najib juga mengingakan bahwa bangsa Eropa atau Barat secara keseluruhan karena sekarang Australia, New Zealand, Kanada, Amerika, itu semua dianggap sebagai Barat walaupun secara geografis ada di timur. Mereka itu maju karena belajar dari umat Islam.

“Tahun 720 M umat Islam mulai injakkan kaki di Andalusia. Umat Islam saat itu membawa peradaban yang lebih maju dibanding Eropa di antara yang dibawa adalah sains dan teknologi,” jelas Dubes Najib.

Bermula dari kisah Harun al-Rasyid yang mencintai buku, kata Dubes Najib, kemudian membuat perpustakaan yang luar biasa hebat di Baghdad sebagai khalifah dari Bani Abbasiyah. Kemudian dilanjutkan anaknya yang bernama Al Makmun yang membuat apa yang disebut dengan Baitul Hikmah.

Banyak buku sejarah menuliskan, Baitul Hikmah ini oleh penulis-penulis Muslim itu disebut sebagai Lembaga Penterjemah, sebetulnya itu tidak salah tapi tidak akurat. Karena dari bacaan saya yang saya baca itu lebih tepat disebut dengan pusat riset dan salah satu produknya adalah menterjemahkan buku-buku karya dari India, Cina, dari Yunani, dari Persi dan seterusnya yang pada waktu itu ditulis sesuai dengan bahasa mereka masing-masing.

“Kemajuan khususnya bidang sains dan teknologi termasuk sosial dan lain sebagainya, seperti filsafat, kedokteran, itu tidak saling berinteraksi, jadi masing-masing jalan sendiri-sendiri. Nah sejak lembaga ini (Baitul Hikmah) didirikan semuanya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh orang India yang di pekerjakan khusus, ada orang Cina yang dipekerjakan khusus, ada orang Yunani yang dipekerjakan khusus, dan kemudian terjadi integrasi. Dan di situlah melahirkan ilmu-ilmu baru seperti ilmu astronomi, ilmu optik, ilmu Matematik, dan seterusnya. Itu ilmu-ilmu baru yang lahir di Baghdad. Nah karena kesamaan bahasa itu kemudian dibawa ke Barat oleh Bani Umayyah yang berkuasa di Cordova itu. Disitulah awal ceritanya orang Barat belajar sains dan teknologi, yang puncaknya itu Renaisans sekitar abad ke-17,” jelas Dubes Najib.

Itu sebabnya rahasianya ya, lanjutnya, kenapa yang memulai renaisans itu adalah Italia dan Prancis, karena secara geografis negera itu  sangat dekat dengan Spanyol, walaupun banyak penulis barat termasuk banyak orang Spanyol sendiri tidak mau mengakui itu, tapi fakta-fakta dan bagi mereka ilmuwan yang serius mereka mengakui.

Nah sekarang saatnya kita belajar kembali dari Barat. Tidak ada salahnya, kita harus berbesar hati apa yang diajarkan oleh umat Islam dulu sudah dikembangkan barat jauh sekali dan puncak kejayaan barat setelah Renaisans itu adalah Perang Dunia Pertama itu harus kita pahami, harus kita sadari.

“Nah karena itu saya mengajak adik-adik ya khususnya aktivis Muhammadiah untuk bagaimana sains dan teknologi ini juga menjadi perhatian bagi perguruan tinggi kita. Bagi adik-adik yang mempunyai potensi untuk mengambil S2, S3, dibidang sains teknologi ya Eropa ini masih tetap sangat unggul walaupun dalam sejumlah hal Amerika sudah lebih maju. Tetapi Jerman itu kalau bicara sain dan  teknologi. Anak saya itu sempat di Jerman kuliah di situ saya merasakan betul ya, bukan saja dari bacaan, tapi dari pengalaman dia menimba ilmu di Jerman itu kalau bicara masalah sain teknologi, coba aja lihat mobil-mobilnya ya, mobil-mobil Jerman masih sangat unggul,” kata Dubes Najib menguraikan.

Doktrin Islam berkemajuan Muhammadiyah itu menurut Dubes Najib, bisa lebih ditukikkan dan ditajamkan. Jadi kalau selama ini Islam berkemajuan menjadi Islam yang melek sains dan teknologi, karena dia berkeyakinan betul kemajuan sebuah bangsa, kemajuan ekonomi sebuah bangsa, kemajuan militer sebuah bangsa, kemajuan politik sebuah bangsa, saat ini dan ke depan tidak bisa dipisahkan dari kemampuan bangsa dan negara itu menguasai sains dan eh teknologi.

Saya kira perguruan tinggi – perguruan tinggi Muhammadiyah, ujarnya lanjut, lebih dari siap hanya saja ini harus didorong oleh PP Muhammadiyah.

“Saya sempat bercerita, tahun 95 saya sudah menjadi Ketua Hubungan Luar Negeri PP Muhammadiyah.Tapi menurut hemat saya sekarang sudah saatnya bahwa Ketua Hubungan Luar Negeri PP Muhammadiyah tidak ditaruh di bawah. Tapi diangkat sehingga menjadi bagian dari PP Muhammadiyah. Jadi rapat-rapat dalam mengambil kebijakan itu ikut bicara tidak subordinat seperti sekarang. Selain itu juga, mudah-mudahan sekarang sudah berubah tapi setahu saya belum berubah jadi hubungan luar negeri di PP Muhammadiyah itu boleh membuat program apa saja tapi enggak ada budgetnya. Iya ini ibarat disuruh mengail ikan tidak dikasih umpan. Ya mana mungkin atau kalau dapat ikan itu tidak bisa dapat ikan besar kerana kalau kita mau mengail ikan yang besar umpannya juga harus besar.

“Nah ini saya kira pesan khusus ke Pak Suyuti dan saya percaya karena beliau diutus khusus oleh ketua PP Muhammadiyah, tolong nanti disampaikan ke Pak Haidar beberapa catatan saya. Tolong urusan luar negeri tidak lagi menjadi subordinat tapi diangkat ke PP, sehingga rapat-rapat anggota PP khusus yang 13 itu ya itu bisa membicarakan masalah ini. Saya kira itu beberapa pesan saya mudah-mudahan ada manfaatnya untuk mengelaborasi,” tegasnya.

Selengkapnya saksikan vidoenya dibawah ini:

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K