Israel bersikukuh tidak akan ada gencatan senjata yang akan membuat Hamas berkuasa

Israel bersikukuh tidak akan ada gencatan senjata yang akan membuat Hamas berkuasa
Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menolak proposal kesepakatan damai yang diusulkan Hamas

GAZA/YERUSALEM/WASHINGTON Upaya mediasi internasional yang intensif berupaya untuk menukar sandera Israel dengan tahanan Palestina selama gencatan senjata yang diusulkan selama sebulan di Gaza, Reuters melaporkan pada Selasa, ketika Gedung Putih mengatakan utusannya sedang aktif meniskusikan mengenai masalah ini.

Qatar, AS, dan Mesir telah mengadakan iplomasi ulang-alik sejak 28 Desember dan Israel serta Hamas secara umum menyetujui rencana kerangka kerja tersebut, kata sumber. Hal ini tertahan oleh perbedaan pendapat antara kedua belah pihak mengenai cara mengakhiri perang Gaza secara permanen, kata sumber.

Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih, Kementerian Luar Negeri Qatar, dan Layanan Informasi Negara Mesir tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai laporan Reuters tersebut.

Pada hari Senin (22/1) Israel menderita kehilangan tentara terburuk dalam lebih dari tiga bulan konflik, yaitu 24 kematian dalam dua insiden terpisah. Para pejabat Israel menegaskan kembali bahwa tujuan perangnya melawan gerakan Hamas Palestina yang menguasai Gaza tidak berubah dan bahwa upaya sedang dilakukan untuk membebaskan lebih dari 100 sandera.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan: “Atas nama pahlawan kita, demi hidup kita, kita tidak akan berhenti berjuang sampai kemenangan mutlak.”

Juru bicara pemerintah Israel Eylon Levy mengatakan tidak akan ada gencatan senjata yang akan membuat Hamas berkuasa dan menjadi sandera di Gaza, menyusul serangan lintas batas yang dilakukan kelompok militan tersebut pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel.

Pejabat kesehatan Palestina mengatakan setidaknya 195 warga Palestina telah terbunuh dalam 24 jam terakhir, sehingga menambah jumlah korban tewas akibat serangan udara dan penembakan Israel menjadi 25.490 orang. Ribuan lainnya dikhawatirkan hilang di reruntuhan.

“Seluruh penduduk Gaza mengalami kehancuran dalam skala dan kecepatan yang tiada bandingannya dalam sejarah saat ini,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada Dewan Keamanan.

“Tidak ada yang bisa membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina,” katanya, mengecam penolakan Israel terhadap pembentukan negara Palestina yang akan berdiri berdampingan dengan Israel.

Kematian tentara tersebut terjadi pada hari militer Israel melancarkan operasi terbesarnya dalam sebulan, untuk merebut sisa wilayah Khan Younis, yang mengepung kota utama Gaza di selatan yang menampung ratusan ribu pengungsi Palestina.

Pasukan Israel telah membunuh lebih dari 100 militan di Khan Younis barat dalam 24 jam terakhir, kata juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari pada Selasa malam. Israel mengatakan pihaknya telah membunuh total sekitar 9.000 militan. Reuters tidak dapat memverifikasi nomor tersebut.

Utusan AS di KAIRO

Sebelumnya pada hari yang sama, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari mengatakan pihaknya telah “menyampaikan gagasan kepada kedua belah pihak, kami mendapat aliran balasan yang terus-menerus dari kedua belah pihak, dan hal ini merupakan alasan untuk optimis.”

Belakangan, juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan utusan AS untuk Timur Tengah Brett McGurk berada di Kairo dan akan melakukan perjalanan di wilayah tersebut untuk berdiskusi “aktif” guna memastikan pembebasan sandera dan mengamankan jeda kemanusiaan.

“Pembicaraannya sangat bijaksana dan serius mengenai upaya untuk mendapatkan kesepakatan penyanderaan lagi,” kata Kirby kepada wartawan.

Masing-masing pihak yang bertikai saling menyalahkan satu sama lain karena menyebabkan gagalnya gencatan senjata tujuh hari pada bulan November dengan menolak persyaratan untuk memperpanjang pembebasan sandera harian yang ditahan oleh militan dengan imbalan tahanan Palestina.

Perempuan, anak-anak dan sandera asing dibebaskan, namun para mediator gagal menemukan formula untuk membebaskan lebih banyak orang, termasuk tentara Israel dan laki-laki sipil pada saat-saat terakhir.


Sumber: Reuters
Editor: Reyna

 

er: ReutersEditor: Reyna

Last Day Views: 26,55 K