Oleh: Jilal Mardhani
Sederhananya, makna ‘post truth’ itu adalah kebenaran yang kamu suka. Artinya, kebenaran yang belum tentu benar. Kebenaran yang bisa jadi berbeda dengan kebenaran yang sesungguhnya (obyektif) yang kebetulan saya yakini.
Memenangkan pemilihan presiden satu putaran yang semakin kencang didengungkan belakangan ini, adalah cara untuk membangun kebenaran muslihat itu. Begitu kencang dan bertubi-tubi sehingga yang semula tak mempercayainya, jadi ragu.
Jangan-jangan dia beneran menang satu putaran nih?
Untuk semakin memggoyahkan iman, dihembuskan pula tentang segala taktik dan kemungkinan kecurangan yang bakal terjadi. Bahwa pasangan yang tak disukainya itu, bakal mudah memenangkan pemilihan satu putaran. Semua itu membuatnya sebal sekaligus kecewa. Walau kebenaran curang itu belum terbukti nyata, semangatnya sudah terpengaruh.
Untuk apa ke bilik suara jika toh pilihan dia bakal kalah juga?
Inilah sebetulnya yang diharapkan pasangan yang didengungkan bakal menang satu putaran. Apalagi juga didukung penguasa yang patut diduga bakal melakukan cara-cara curang.
Bagi pemilihnya, post truth itu jadi penambah semangat mereka. Bukan hanya semakin memastikan hadir di bilik suara. Tapi juga berupaya mempengaruhi yang lain agar memilih yang sama.
* * *
Coba simak.perhitungan ini.
Anggaplah ada 100 pemilih di Konoha. Sebetulnya cuma 40 yang memilih pasangan DK (dinasti kekuasaan). Lalu 60 yang lain memilih Bukan-DK.
Gara-gara terus didengungkan bahwa pasangan DK bakal menang dalam satu putaran — anggaplah 60 dari 100 suara — mereka jadi semakin semangat bergerilya. Berupaya mempengaruhi suara lain untuk menyerah saja dan memilih DK.
Pemilih Bukan-DK tak semua bernyali dan teguh pada keyakinannya. Paling cuma setengah yang demikian. Sisanya pragmatis. Juga masygul terhadap rumor satu putaran yang semakin nyaring. Mereka akhirnya memilih tak datang ke bilik suara. Memanfaatkan hari libur untuk bersantai di rumah saja. Toh menusuk gambar Bukan-DK yang jadi pilihannya, tetap saja bakal kalah.
Kalau pemilih Bukan-DK sebenarnya 60. Lalu yang datang ke TPS cuma setengah. Maka suara Bukan-DK cuma 30. Sementara pemilih DK yang kegirangan berbandong ke TPS dan membukukan 40 suaranya.
Dengan demikian, perjuangan mereka yang terus dan rajin mengumandangkan ‘post truth’ sejak jauh hari sebelum hari-H, bisa dengan mudah tercapai. Tanpa perlu melakukan kecurangan yang selama ini ditudingkan bakal mereka lakukan.
DK menang 40 lawan 30 suara Bukan-DK.
* * *
Ini memang pertempuran urat saraf. Jangan sampai terkecoh dengan kampanye post truth yang dilontarkan kelompok DK. Tetaplah datang ke TPS untuk membuktikan kewarasan masyarakat pemilih Konoha yang tak suka nepotisme telanjang bulat seperti yang dipamerkan DK.
Saya tak percaya pemilih republik ini begitu naif dan tertutup matanya sehingga bersedia mengelu-elukan DK yang sikap dan kelakuannya semakin hari semakin off side. Kecuali mereka ikut termakan kampanye post truth, lalu bersikap apatis, dan kemudian memutuskan tak mau datang ke bilik suara.
Untuk membuktikannya, pastikanlah menggunakan hak pilih Anda. Jangan sia-siakan.
Meski begitu, tetap saja perlu mencermati proses pemilihan hingga perhitungan suara di lapangan nanti. DK mungkin saja panik hingga betul-betul melakoni kecurangan yang selama ini sudah disangkakan kepada mereka. Bagaimana pun mereka memang berbakat untuk itu.
28 Januari 2024
Editor: Reyna
Related Posts

Dusta Yang Ingin Dimediasi

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (4): Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional Yang Menyelamatkan Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Novel “Imperium Tiga Samudra” (13) – Perang Senyap Mata Uang




No Responses