Ketergantungan pada Batu Bara: Tantangan Menuju Emisi Nol pada 2060

Ketergantungan pada Batu Bara: Tantangan Menuju Emisi Nol pada 2060
Ilustrasi : PLTU Paiton mengunakan bahan bakar batubara

JAKARTA – Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mencapai target net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Salah satu hambatan utamanya adalah ketergantungan yang tinggi pada bahan bakar fosil, khususnya batu bara, sebagai sumber utama pembangkit listrik. Meskipun batu bara memberikan kontribusi signifikan terhadap pasokan energi nasional, penggunaannya menghasilkan emisi karbon yang tinggi, yang bertolak belakang dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Ketergantungan Listrik pada Batu Bara

Hingga saat ini, batu bara masih menyumbang lebih dari 60% dari total produksi listrik di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan batu bara yang melimpah di dalam negeri dan biaya produksinya yang relatif murah dibandingkan sumber energi lainnya. Ketergantungan ini menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga menjadi penyebab utama emisi karbon yang signifikan dari sektor energi.

Selain itu, banyak pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Indonesia dirancang untuk menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utama. Investasi besar dalam infrastruktur ini membuat transisi ke energi bersih menjadi lebih sulit dan mahal.

Hambatan Menuju Emisi Nol

Transisi dari batu bara ke energi terbarukan menghadapi beberapa hambatan utama:

Ketergantungan Ekonomi

Batu bara adalah salah satu komoditas utama yang mendukung perekonomian Indonesia, baik melalui ekspor maupun penggunaan domestik. Mengurangi penggunaannya dapat berdampak pada sektor ekonomi terkait, termasuk lapangan kerja di industri tambang.

Investasi dan Teknologi

Pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan geothermal membutuhkan investasi besar. Selain itu, teknologi penyimpanan energi seperti baterai skala besar masih memerlukan biaya yang tinggi.

Infrastruktur Energi

Sebagian besar infrastruktur energi di Indonesia masih dirancang untuk mendukung penggunaan bahan bakar fosil. Modernisasi atau penggantian infrastruktur ini membutuhkan waktu dan biaya yang signifikan.

Komitmen dan Kebijakan

Meski pemerintah telah menetapkan target NZE pada 2060, kebijakan transisi energi belum sepenuhnya konsisten. Subsidi untuk bahan bakar fosil masih berjalan, dan insentif untuk energi terbarukan masih terbatas.

Strategi Mengatasi Ketergantungan Batu Bara

Untuk memastikan transisi energi yang efektif dan mencapai target emisi nol, Indonesia perlu mengadopsi strategi berikut:

Pengurangan PLTU Secara Bertahap

Membangun roadmap untuk menutup atau mengalihfungsikan PLTU batu bara yang sudah tua ke teknologi yang lebih bersih, seperti biomassa atau co-firing, dapat membantu mengurangi emisi.

Investasi Besar-Besaran dalam Energi Terbarukan

Pemerintah perlu mendorong investasi di sektor energi terbarukan dengan memberikan insentif pajak, pembiayaan yang mudah, dan subsidi untuk proyek-proyek energi bersih.

Diversifikasi Sumber Energi

Selain tenaga surya dan angin, Indonesia memiliki potensi besar dalam energi panas bumi dan hidro yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi utama.

Teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (CCS)
Mengintegrasikan teknologi CCS di PLTU batu bara dapat membantu mengurangi emisi karbon selama transisi berlangsung.

Reformasi Kebijakan Energi

Menghapus subsidi bahan bakar fosil dan mengalokasikan anggaran tersebut untuk mendukung pengembangan energi terbarukan. Selain itu, regulasi yang mendukung investasi hijau perlu diperkuat.

Kesimpulan

Ketergantungan pada batu bara memang menjadi hambatan besar bagi Indonesia untuk mencapai target emisi nol pada tahun 2060. Namun, dengan komitmen yang kuat, strategi yang tepat, dan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, transisi menuju energi bersih dapat diwujudkan. Masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan membutuhkan langkah-langkah berani, termasuk mengurangi ketergantungan pada batu bara dan mempercepat adopsi energi terbarukan.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K