Ketua Hamas menyalahkan Israel atas terhentinya perundingan gencatan senjata, dan membiarkan pintu tetap terbuka

Ketua Hamas menyalahkan Israel atas terhentinya perundingan gencatan senjata, dan membiarkan pintu tetap terbuka
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, berbicara dalam pesan yang direkam sebelumnya di layar selama acara pers untuk Lembaga Internasional Al Quds di Beirut, Lebanon 28 Februari 2024. REUTERS/Mohamed Azakir/File Photo

KAIRO – Ketua Hamas Ismail Haniyeh pada Minggu menyalahkan Israel karena menunda perundingan gencatan senjata dan menolak permintaan Hamas untuk mengakhiri perang di Gaza, namun mengatakan kelompok itu masih mencari solusi yang dinegosiasikan.

Haniyeh mengatakan Israel belum memberikan komitmen untuk mengakhiri serangan militernya, menarik pasukannya dan mengizinkan pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza.

“Kami tidak menginginkan perjanjian yang tidak mengakhiri perang di Gaza,” kata Haniyeh dalam pidatonya di televisi, satu hari sebelum bulan suci Ramadhan dimulai.

“Musuh masih menolak memberikan jaminan dan komitmen yang jelas mengenai isu gencatan senjata dan menghentikan perang agresif terhadap rakyat kami,” tambahnya, mengutip Reuters.

Haniyeh mengatakan kelompoknya bertekad untuk membela rakyatnya dan, pada saat yang sama, mencari solusi yang dapat dinegosiasikan.

“Hari ini, jika kami menerima posisi yang jelas dari para mediator, kami siap untuk melanjutkan penyelesaian perjanjian dan menunjukkan fleksibilitas dalam masalah pertukaran tahanan,” kata Haniyeh.

Hamas memicu perang dengan membunuh 1.200 orang dan menculik 253 orang dalam serangan terhadap Israel pada 7 Oktober, menurut penghitungan Israel. Sebagai tanggapan, Israel melancarkan serangan darat dan pemboman udara di Jalur Gaza yang padat penduduknya yang, pada hari Minggu, telah menewaskan sedikitnya 31.045 warga Palestina dan melukai 72.654 orang, menurut kementerian kesehatan daerah kantong yang dikelola Hamas.

Hamas ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris dan lainnya.

Haniyeh mengatakan kelompoknya terbuka untuk membentuk pemerintahan persatuan dengan gerakan Fatah yang merupakan saingan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan faksi lainnya.

Dia mengatakan langkah-langkah menuju tujuan tersebut dapat mencakup pemilihan Dewan Nasional Palestina dan membentuk pemerintahan konsensus nasional sementara dengan “tugas khusus” sampai pemilihan legislatif dan presiden diadakan.

Upaya untuk mendamaikan kedua kelompok dan mengakhiri perpecahan yang memburuk setelah pengambilalihan Gaza oleh Hamas pada tahun 2007 telah gagal. Kewenangan Abbas untuk memerintah telah berkurang di Tepi Barat yang diduduki Israel.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K