Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Kita sebagai masyarakat ketika membeli makanan seharga Rp 5.000 – 10.000 lalu karena kondisi ekonomi yang tidak baik-baik saja harga makanan itu naik menjadi Rp 25.000, maka meskipun pada awalnya kita terkaget-kaget dengan kenaikan harga itu, kita secara perlahan diajari oleh lingkungan terbiasa dengan harga yang terakhir itu, bahkan terbiasa melihat promo di IG atau Tiktok “harga murah banget gak sampe 50K”. Jujur masyarakat menderita dengan adanya kenaikan harga-harga kebutuhan, namun “dipaksa” untuk terbiasa dengan kenyataan pahit itu. Dan masyarakat kita seperti biasanya “pasrah dan sabar” menerima keadaan.
Ketika situasi perekonomian global yang kian tidak menentu – dimana sebagian besar masyarakat awam tidak faham apa yang dimaksud situasi global itu, menyaksikan nilai tukar mata uang Rupiah yang semakin melemah terhadap mata uang asing terutama US dolar, lalu lagi-lagi rakyat dipaksa oleh lingkungan untuk terbiasa menyaksikan nilai mata uang Rupiah itu menurun drastis. Saya mengalami menyaksikan saat 1 US $ itu sama dengan Rp 4.000, lalu saya naik haji tahun 1998 harga US$ = Rp 8.000, lalu ada krismon menjadi diatas Rp 15.000 dan terakhir saat ini menjadi Rp 16.000 lebih, dan rakyat terbiasa dengan nilai terakhir itu.
Masyarakat diminta terbiasa dengan kenyataan kenaikan harga-harga kebutuhan dari makanan, biaya pendidikan, biaya membeli pakaian seragam sekolah bagi anak-anaknya, biaya kesehatan dsb. Sikap terbiasa itu menjadi seperti “lumrah” atau wajar karena dibungkus oleh sikap masyarakat kita yang pasrah dan sabar tadi, sikap pemaaf dan sikap melupakan kejadian-kejadian masa lalu – yang terkahir ini masyarakat umum lupa akan kejadian laut dipagari oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang diduga oligarki. Masyarakat lupa menanyakan perkembangan hukum kasus pagar laut itu sampai dimana, siapa yang dihukum, siapa yang bertanggung jawab dan sekali lagi masyarakat harus terbiasa menyaksikan suatu perkara hukum hilang ditelan bumi.
Dalam hal sejarah bangsa Rusia diajari untuk selalu mengingat penderitaan bangsa dan negaranya ketika menderita bertempur melawan jutaan pasukan Nazi Jerman pada Perang Dunia II dimana menelan korban para pejuang mereka sekitar 26 s/d 36 juta orang. Kisah-kisah heroik perjuangan bangsa Rusia itu melekat di ingatan dan hati seluruh bangsa bahkan sampai anak-anak kecil pun ingat karena perjuangan kakek- nenek- buyut mereka itu tertulis di buku sejarah mereka. Sementara kita menjadi terbiasa lupa akan penderitaan bangsa ini ketika dijajah 350 tahun oleh Belanda, 5 tahun oleh Inggris, 5 tahun oleh Portugis dan 3,5 tahun oleh Jepang. Anak-anak kita terbiasa tidak mengetahui bahwa Kapten Raymond Pierre Paul Westerling seorang perwira militer Belanda yang bertanggung jawab membantai sekitar 40.000 Jiwa di Sulawesi Selatan pada periode Desember 1946 hingga Februari 1947. Saya tidak tahu apakah upaya pemerintah Prabowo untuk menulis ulang sejarah bangsa – pembantaian warga dan pejuang kita oleh Westerling itu ditulis; dan rakyat kita lupa bahwa si jagal Westerling itu tidak dihukum tapi melenggang bebas ke negaranya Belanda.
Dalam hal kasus korupsi uang negara, dulu kita menyaksikan besaran uang negara yang dikorupsi oleh pejabat-pejabat negara baik pusat maupun daerah sekitar puluhan dan ratusan juta Rupiah, lalu meningkat menjadi puluhan milyar misalkan kasus korupsi Rp 7,6 M yang dilakukan Mantan Kepala Dolog (Depot Logistik) Kalimantan Timur Budiaji tahun 1970, lalu meningkat ratusan milyar, kemudian Rp 1 trilliun s/d puluhan dan ratusan trilliun dan akhirnya sekarang kita menyaksikan besaran uang negara yang di korupsi itu sudah hampir mencapai Rp 1 kuadriliun atau Rp 1.000.000.000.000.000,- atau Rp 1.000 Trilliun.
Kita masyarakat ini akhirnya terbiasa dengan angka kerugian negara karena tindak pidana korupsi sejumlah 1.000 T itu sehingga kalau ada berita seorang pejabat negara pusat maupun daerah menilap uang negara sebesar misalnya Rp 3 milyar maka kita dalam hati berujar: “itu mah keciiiiil”…..”nanggung” ….”rugi korupsi segitu”.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Kementerian PKP Tertinggi Prestasi Penyerapan Anggaran dari Seluruh Mitra Komisi V

Kejati Sumut Sita Rp150 Miliar dari Kasus Korupsi Penjualan Aset PTPN I: Babak Baru Pengungkapan Skandal Pertanahan 8.077 Hektare

Dipimpin Pramono Anung Jakarta Makin Aman dan Nyaman, Ketua Umum APKLI-P: Grand Opening WARKOBI Januari 2026 Diresmikan Gubernur DKI

Refly Harun Dan RRT Walkout saat Audiensi Dengan Komisi Percepatan Reformasi Polri

Subuh, Kolaborasi, Kepedulian, dan Keberkahan

Dukung Revisi PP 50/2022, Ketua Umum APKLI-P: Praktek Tax Planing PPH 0,5% UMKM Puluhan Tahun Dibiarkan

LPG, LNG, CNG dan Kompor Induksi, Solusi Emak Emak Swasembada Energi Di Dapur

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Jokowi, Oh Jokowi

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (2): Menumpas PKI dan Menghindarkan Indonesia dari Negara Komunis


No Responses