Konflik Antar Agama, Masuknya Pengaruh India Hingga Berdirinya Prambwana Mamratipura

Konflik Antar Agama, Masuknya Pengaruh India Hingga Berdirinya Prambwana Mamratipura
Anang Harris Himawan

Oleh: Anang Harris Himawan
CEO Rumah Sejarah Indonesia

 

Perang antaragama terjadi bersamaan dengan Masuknya militer Chola India yang beragama Budha Mahayana. Serangan Chola atas Jawa yang saat itu berbasis di Dieng Pimpinan Sanjaya, pemegang kepercayaan Budha Kanung, merubah segalanya. Serangan mematikan tersebut sebagai balasan atas kematian Rsi Agastya (Aji Saka) suami Samaha di tangan Hang Tsabura suami Sima yg menganut Kepercayaan Kanung, yang oleh Chola dipandang sebagai kepercayaan kuno rendahan.

Pertempuran dua menantu Sambadra atau Badranaya (Semar) tsb dimenangkan oleh Hang Tsabura, yg kemudian menempatkannya sbg Penguasa Jawa yg membentang hingga ke Barat Dieng hingga melintasi batas Cimanuk (wilayah Tarumanegara).

Serangan balasan Dinasti Kusana dari Chola tsb dipimpin oleh Pancapana atau Rakai Panangkaran. Kekurangsolidan Pasukan Jawa akibat di internal banyak pengkhianat, menjadikan Sanjaya terdesak ke arah Timur. Temanggung atau pusat Medang Matriam Poh i Pitu yg ia tempati sejak 725-732 Masehi, ia tinggalkan dn membangun pusat kekuasaan baru di daerah Prambwana Mamratipura atau perbatasan Sleman Klaten yg kemudian lazim di sebut BRAMBANAN atau PRAMBANAN sekarang.

Kekuasaan Chola India yg berkuasa atas Dihyang itulah yg kemudian disebut Dinasti Syailendra. Artinya kekuatan yg berhasil meruntuhkan Raja Gunung. Mereka berasal dari negeri Chola atau Negeri Atas Angin.

Setelah berhasil kuasai pusat pemerintahan Jawa, sekaligus daerah yang kaya dengan tambang Belerang tersebut, keturunan Dinasti Kusana putra Kanisaka tsb membagi kekuasaan Jawa atas tiga wilayah: Pancapana berkuasa atas bumi Panangkaran (Gunung Kidul), Daranindra atau Panunggalan menjadi penguasa Medang Matriam Poh i Pitu bersama Samaragrawira atau Samaratungga.

Jawa pun terbelah: wilayah Yogya hingga kebumen dan Wonosobo bergama Budha Mahayana dan membangun tempat ibadah Borobudur.dan Mendut. Sementara dari Prambanan ke Timur menganut Kepercayaan Kanung dg Candi Prambanan dan Kalasan sebagai lambang dn tempat ibadahnya.

Sejak Jawa di kuasai Chola India itulah, Tahun Saka kokoh diterapkan sbgi penghitungan kalender Jawa menggantikan sistem kalender Jawa Kanung. Tahun SAKA diambil dari Raja Chola, Kanisaka yg meninggal 78 tahun. Jadi Tahun Saka itu bukan kalender asli Jawa. kalender bangsa asing (India).

Kebudayaan India pun menyebar dan mengakar selama ratusan abad hingga kini. Salah satunya adalah Wayang.

Sementara, pasca meninggalnya Rsi Agastya, Samaha meninggalkan wilayah Pucangsulo, Rembang dan berpindah ke Timur serta mendirikan kekuasan baru, Kerajaan Kanjuruha di Tamwalang atau Malang Selatan.

Itulah sebabnya, dalam wayang asli India tidak ada PUNAKAWAN.

Baru ada setelah Putra Malayapati atau Arya Teja III yakni Kanjeng Sunan Kalijaga alias Syekh Malaya menambahkannya dalam lakon pewayangan. Dialah Semar Badranaya yg dalam cerita Orang-orang Kanung/Hwuning disebut Sambadra.

Kanung atau Hwuning merupakan kepercayaan asli Jawa. Kepercayaan inilah yang kemudian berkembang menjadi Kapitayan dan Sunda Wiwitan. Kapitayan dari Timur hingga batas Cimanuk. Dan Sunda Wiwitan dari Cimanuk ke Barat hingga Banten.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K