Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

JAKARTA – Perdebatan mengenai kelayakan Presiden Soeharto menerima gelar Pahlawan Nasional terus mengemuka. Namun, di tengah ragam pandangan itu, sejarawan Anhar Gonggong menyampaikan sebuah argumen historis yang jarang disentuh publik: bahwa ketika Soeharto naik menjadi Presiden, ia mewarisi sebuah negara yang secara ekonomi nyaris runtuh, dengan inflasi mencapai 600%—sebuah angka yang hampir mustahil dibayangkan dalam pengelolaan negara modern.

Menurut Anhar, banyak generasi sekarang tidak mengetahui betapa parahnya kondisi perekonomian Indonesia pasca 1965. Negara bukan hanya tidak stabil secara politik, tetapi juga benar-benar bangkrut, lumpuh, dan kehilangan arah. Dalam situasi kacau seperti itu, Soeharto mengambil keputusan strategis yang kelak mencetak sejarah: menggunakan keahlian akademisi ekonomi dari Universitas Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Mafia Berkeley.

Peran Mafia Berkeley dan Jejak Prof. Soemitro

Di balik langkah Soeharto tersebut, terdapat hubungan intelektual yang menarik dengan Prof. Soemitro Djojohadikusumo, tokoh ekonomi sekaligus ayah dari Presiden Prabowo Subianto. Kelompok ekonom muda UI yang direkrut Soeharto merupakan bagian dari lingkungan pemikiran yang sejalan dengan pendekatan ekonomi Prof. Soemitro.

Anhar Gonggong menegaskan bahwa pilihan Soeharto untuk tidak mengandalkan kekuatan politik semata, tetapi justru merangkul kaum intelektual ekonomi, adalah langkah berani sekaligus visioner. “Terserah Anda menilai bagaimana,” kata Anhar, “tetapi ekonomi dibangkitkan oleh dia dengan menggunakan ahli-ahlinya.”

Keputusan tersebut menjadi fondasi lahirnya kebijakan stabilisasi makro, rehabilitasi ekonomi, dan pembukaan kerja sama internasional yang mendorong Indonesia kembali berdiri.

Dari Bangkrut Menjadi Negara Berkembang

Dengan inflasi 600%, APBN defisit, industri tidak bergerak, dan cadangan devisa di titik kritis, Soeharto dan tim ekonominya harus mencari jalan keluar yang realistis. Dan dari sinilah rangkaian langkah diplomatik dan ekonomi dijalankan.

Soeharto berhasil mengusahakan pinjaman internasional dari sejumlah negara dan lembaga, antara lain:

  • IGGI (Inter-Governmental Group on Indonesia),

  • Pemerintah Belanda,

  • Amerika Serikat,

  • Australia,

  • serta Jepang yang memberi bantuan dalam skala besar.

Bantuan-bantuan tersebut bukan sekadar pinjaman finansial, tetapi juga dukungan politik internasional yang menjadi kunci pemulihan ekonomi Indonesia. Tidak hanya stabil, ekonomi Indonesia memasuki fase pertumbuhan tinggi (high growth) selama lebih dari tiga dekade, yang kemudian melahirkan berbagai program pembangunan: swasembada pangan, infrastruktur dasar, industrialisasi, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Alasan Mengapa Soeharto Layak Mendapat Gelar Pahlawan Nasional

Sejarawan Anhar Gonggong menyimpulkan bahwa keberhasilan Soeharto mengangkat Indonesia dari jurang ekonomi menuju status negara berkembang merupakan alasan kuat mengapa ia layak dipertimbangkan sebagai Pahlawan Nasional. Gelar tersebut tidak diberikan untuk manusia yang tanpa cela, tetapi untuk kontribusi besar yang mengubah arah bangsa.

“Dari bangkrut bisa menjadi negara berkembang, berhasil membangun ekonominya kembali,” tegas Anhar.

Dalam perspektif sejarah, kemampuan Soeharto menstabilkan ekonomi Indonesia setelah inflasi 600% bukan hanya capaian teknis, tetapi sebuah tonggak penyelamatan bangsa pada salah satu periode paling gelap dalam perjalanan republik.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K