Oleh: Budi Puryanto
Dalam seri pertama, kita melihat bagaimana Presiden Soeharto mewarisi negara yang bangkrut dengan inflasi 600% dan kemudian berhasil menstabilkan ekonomi nasional. Namun di balik keberhasilan ekonomi tersebut, ada satu peristiwa besar lain yang menurut sejarawan Anhar Gonggong menjadi alasan kuat mengapa Soeharto layak dipertimbangkan sebagai Pahlawan Nasional: perannya menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI), sebuah kekuatan politik yang telah dua kali melakukan upaya kudeta terhadap Republik ini dan berusaha mendirikan negara komunis di Indonesia.
PKI: Dua Kali Melakukan Pemberontakan
Anhar mengingatkan publik bahwa PKI bukan sekadar partai politik biasa. Sejak awal kemerdekaan, PKI membawa agenda ideologis yang bertentangan dengan dasar negara, Pancasila. Bahkan, PKI tercatat dua kali melakukan pemberontakan untuk merebut kekuasaan:
1. Pemberontakan Madiun 1948, yang menewaskan ratusan aparat dan warga sipil, serta menjadi upaya serius mendirikan negara komunis di Jawa.
2. Gerakan 30 September 1965 (G30S), yang menculik dan membunuh sejumlah jenderal TNI dalam rangka menggulingkan pemerintahan dan membuka jalan menuju dominasi politik PKI.
Menurut Anhar Gonggong, fakta historis tersebut tidak boleh dipisahkan dari penilaian terhadap peran Soeharto. Ia menegaskan, “PKI sudah dua kali melakukan kudeta, 1948 dan 1965. Dan tujuannya jelas: mendirikan negara komunis di Indonesia.” Dalam konteks ini, tindakan Soeharto bukan sekadar langkah politik, tetapi langkah penyelamatan negara.
Peran Krusial Soeharto Setelah G30S
Setelah para jenderal diculik dan dibunuh pada 30 September 1965, situasi nasional memasuki fase kacau. Pemerintahan kehilangan kendali, ketakutan menyebar, dan ancaman perang saudara sangat nyata. Dalam momen kritis itu, Soeharto sebagai Panglima Kostrad bergerak cepat:
1.Mengambil alih komando dan mengamankan Jakarta.
2.Menumpas pasukan pemberontak
3.Memulihkan kendali atas markas strategis, termasuk RRI dan telekomunikasi.
4.Mengkoordinasikan stabilisasi nasional
5.Menangkap dan membubarkan organisasi serta jaringan PKI.
Langkah-langkah tersebut memulihkan keamanan nasional dalam waktu relatif singkat, menghindarkan Indonesia dari kekacauan yang lebih besar. Tanpa tindakan cepat itu, menurut banyak sejarawan termasuk Anhar Gonggong, Indonesia berisiko berubah menjadi negara komunis—atau terjerumus dalam perang saudara berdarah seperti yang terjadi di beberapa negara lain pada era Perang Dingin.
Mengapa Peran Ini Layak Diapresiasi?
Anhar menilai bahwa keberhasilan Soeharto menumpas PKI bukan sekadar kemenangan militer, tetapi kemenangan ideologis yang menentukan masa depan Indonesia. PKI adalah partai yang secara ideologis sepenuhnya bertentangan dengan Pancasila. “Mereka ingin mengganti dasar negara,” tegas Anhar. Upaya dua kali kudeta itu adalah bukti nyata.
Soeharto berperan sentral dalam memastikan bahwa:
1.Indonesia tetap menjadi negara Pancasila
2.Ancaman komunis tidak menguasai pemerintahan
3.Tatanan sosial tidak runtuh dalam konflik ideologi global
4.Stabilitas nasional terjaga sehingga pembangunan ekonomi di era berikutnya bisa berlangsung.
Dalam kerangka inilah Anhar melihat tindakan Soeharto sebagai langkah penyelamatan bangsa—sebuah kontribusi besar yang layak masuk dalam kriteria penilaian gelar Pahlawan Nasional.
Keberhasilan Soeharto mengatasi ancaman dua kali kudeta PKI adalah salah satu momen paling menentukan dalam sejarah republik. Tindakan cepat, tegas, dan strategisnya, menurut pandangan sejarawan Anhar Gonggong, telah menyelamatkan Indonesia dari kemungkinan menjadi negara komunis.
Jika kontribusi besar terhadap keselamatan bangsa menjadi salah satu dasar pemberian gelar Pahlawan Nasional, maka peran Soeharto dalam episode paling gelap ini tidak bisa diabaikan.
Anhar Gonggong mengingatkat, seperti disampaikan dalam wawancara dengan Abraham Samad di channel Tiktokdan Youtube, bahwa dimanapun didunia partai komunis selalu menggunakan cara “berdarah” dalam merebut kekuasaan. Dalam perebutan kekuasaan di Rusia, partai komunis pimpinan Stalin dan Lenin, tidak kurang dari 3 juta rakyat Rusia dibunuh. Begitu pula di China dan Vietnam, dan negara-negara komunis lainnya.
“Jadi, makna pembubaran PKI oleh Pak Harto harus dimaknai dalam konteks seperti itu. Menyelamatkan bangsa Indonesia dari upaya PKI merebut kekuasaan dengan cara-cara kekerasan an berdarah,” tegas Anhar Gonggong.
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
BACA JUGA:
Kontroversi Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%
Related Posts

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Jokowi, Oh Jokowi

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Rusia mengatakan resolusi PBB tentang Gaza bertentangan dengan keputusan internasional tentang Negara Palestina

Fondasi Hubungan Antara Manusia dalam Perspektif Islam

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Ijazah Ada–Tidak Ada: Realisme Magis di Republik Arsip yang Menguap

Habib Umar Alhamid: Pernak Pernik Permasalahan Setahun Pemerintahan Prabowo

SKK Migas-HCML Kembali Gelar Festival Pesisir, Bupati Sumenep: Momentum Tepat Gairahkan Ekonomi dan Pariwisata

HUT ke- 43 tahun, Walikota Tebingtinggi Iman Irdian Saragih santuni 250 anak yatim piatu dengan dana pribadi


No Responses