Oleh: Budi Puryanto, Jurnalis
Layanan Pos dan Komunikasi Militer
Dr Muhammad Najib mengatakan, Merpati Pos pertama kali digunakan oleh seorang Sultan Baghdad yang bernama Nuruddin pada tahun 1146 untuk mengirimkan pesan di sekitar kerajaannya.Pada masa perang dunia pertama (1914-1918) merpati pos digunakan oleh pasukan perang Amerika sebagai media komunikasi.
Selain penggunaan merpati pos, peradaban Islam juga telah berhasil meletakkan sistem layanan pos modern di jamannya, dengan sistem yang telah tertata rapi dalam organsasi negera. Para sejarawan mengakui kepeloporan dalam pelayanan pos ini, seperti yang akan diuraikan dibawah.
Ketika Dinasti Umayyah berkuasa (661M-750 M), wilayah kekuasaan Islam terbentang semakin luas. Guna menjalin komunikasi dengan para gubernur yang berkuasa di berbagai provinsi, Kekhalifahan Umayyah mulai membentuk sistem perposan di dunia Islam. Dinasti ini tercatat sebagai salah satu pencipta sistem perposan yang sangat penting dalam sejarah dunia.
Sejarawan Paul Lunde dalam tulisannya berjudul, The Appointed Rounds, mengungkapkan bahwa jasa pos telah mulai dikenal peradaban manusia Mesir Kuno sejak tahun 2000 SM. Selain itu, peradaban Cina dan Romawi pun sudah menerapkannya jauh sebelum Islam hadir di muka bumi.
Meski begitu, Lunde memaparkan bahwa jasa perposan mulai dibangun secara mutakhir pada abad ke-9 M— era kejayaan Islam.
Departemen pos era Bani Umayah
Secara khusus, Adam Silverstein dalam bukunya bertajuk, Postal System in Pre Modern Islam, mengungkapkan sejarah awal mula jasa pos berdiri di dunia Islam. Menurut Silverstein, dalam peradaban Islam sistem perposan dikenal dengan nama barid. Bangsa Romawi menyebut jasa per posan sebagai cursus publicus.
“Khalifah Muawiyyah bin Abi Sufyan meru pakan orang pertama yang membentuk barid atau layanan pos di dunia Islam,” papar Silverstein. Muawiyyah membentuk barid untuk mempercepat kedatangan informasi dari provinsi kekuasaan Umayyah yang terpencil. Sejak itu, jasa perposan terus berkembang pesat di dunia Islam yang dikuasai oleh Dinasti Umayyah.
Salah satu kontribusi penting Kekhalifahan Umayyah bagi dunia perposan dilakukan oleh Ziyad bin Abi Sufyan—salah seorang gubernur penting di era itu. Menurut Akbar Shah Najeebabad dalam bukunya, History of Islam, ketika Ziyad berkuasa, Dinasti Umayyah mulai mendirikan departemen pos. Pada masa itu sudah mulai diangkat para petugas pos dan dibangun sistem perposan.
Segel pertama, bergambar Ka’bah
“Untuk pertama kalinya, Ziyad memperkenalkan sistem pemasangan segel pada surat atau dokumen yang dikirimkan melalui pos,” ungkap Akbar. Hal itu dilakukan untuk menjaga kerahasiaan surat atau dokumen yang dikirim melalui pos. Menurut Akbar, pada segel yang dipasang di setiap surat dan dokumen yang dikirim tercantum kalimat, ‘setiap amal ada pahalanya’.
Selain itu, ciri khas segel yang terpasang pada dokumen atau surat yang dikirim melalui jasa pos pada waktu itu terdapat gambar Ka’bah. Gambar Ka’bah terpampang dalam segel surat bertahan hingga kekuasaan Dinasti Umayyah tumbang pada 750 M. Selain itu, setiap surat yang dikirim akan dibuatkan salinannya dan disimpan di kantor kekhalifahan.
Menurut Silverstein, pembangunan infrastruk tur umum jasa pos— seperti rute dan kantor pos—di zaman Dinasti Umayyah dilakukan pada awal kepemimp inan Khalifah Marwan bin Al-Hakam. Tak heran, jika selepas kekuasaan Marwan berakhir, jasa perposan berkembang pesat di bawah AlWalid bin Abdul-Malik bergelar Al-Walid I (668 M-715 M).
“Sumber literatur, bukti dokumen, dan catatan arkeologi menunjukkan pada waktu itu sistem perposan sudah sangat mutakhir. Sistem perposan dikelola secara terpusat dan berhubungan lang sung dengan khalifah,” imbuh Silverstein.
Ketika rezim penguasa dunia Islam mulai berganti di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah, pada tahap awal jasa perposan tak mengalami perubahan secara sistem.
Saat itu, hanya terjadi perubahan penguasa yang mengelola departemen pos.
Sejarawan Muslim dari abad ke-10 M, Alt Mas’udi, menyatakan bahwa barid untuk pertama kali melayani pengantaran surat pada zaman kekuasaan Abbasiyah. Sejarah mencatat, pengelolaan sistem perposan yang efektif dan efisien juga dilakukan di era kekuasaan Dinasti Seljuk pada abad ke-9 M.
Seljuk merupakan dinasti Islam yang pernah menguasai Asia Tengah dan Timur Tengah. Wilayah kekuasaan Kekaisaran Seljuk Agung terbentang dari Anatolia hingga ke Rantau Punjab di Asia Selatan. Dinasti ini didirikan oleh suku Oghuz Turki yang berasal dari Asia Tengah.
Menurut Lunde, pengelolaan sistem perposan pada era Dinasti Seljuk mendapat perhatian penuh dari Perdana Menteri Kesultanan Seljuk Turki, Nizam Al-Mulk. Jasa perposan dikembangkan penguasa Dinasti Seljuk agar dapat memperoleh informasi yang cepat dan akurat.
“Adalah tugas seorang raja untuk mengetahui secara benar kondisi para petani dan tentaranya, baik jauh maupun dekat. Seorang raja harus mengetahui informasi mengenai hal itu sebanyak-banyaknya,” tutur Lunde, mengutip pernyataan Nizam Al-Mulk. Untuk menguasai informasi itulah, AlMulk mengangkat pejabat yang khusus mengurusi bidang perposan.
Pada masa itu, Dinasti Seljuk sudah memiliki seorang Diwan Al-Barid—Menteri Pos dan Komunikasi. Bagi pemerinta han Al-Mulk, layanan perposan merupakan lembaga negara yang penting. Departemen Pos dan Telekomunikasi dijadikannya sebagai sebuah agen informasi. Melalui layanan pos, seorang perdana menteri bisa berkomunikasi dengan gubernur di berbagai provinsi yang terbentang begitu luas.
“Pejabat inspektur pos pada masa itu tak hanya memastikan surat-surat yang dikirim sampai di setiap kantor pos,” cetus Lunde. Namun, imbuh dia, para inspektur pos juga bertugas untuk mengumpulkan informasi bagi pemerintah pusat. Secara periodik mereka harus menyampaikan laporannya.
Menurut Lunde, laporan yang harus disampaikan inspektur pos itu berkisar pada kondisi dan hasil panen para petani di daerah, situasi politik, serta kinerja para gubernur di provinsi. “Pengelolaan barid di era Seljuk sebenarnya sangat mirip dengan Pony Express di Amerika Barat,” tegas Lunde.
Namun, di era kekuasaan Seljuk, unta dan kedelai menjadi alat transportasi. Sedangkan di Amerika Barat menggunakan kuda. Lunde mengungkapkan, di setiap empat hingga enam mil sebuah wilayah terdapat kantor pos.
Untuk menghindari kelelahan, petugas penyampai pesan akan diganti di kantor pos berikutnya. Pemerintah Seljuk menggaji ribuan pegawai pos.
Saat itu, yang boleh mengirim pesan hanya pemerintah. Warga negara biasa yang ingin mengirimkan pesan harus menitipkannya pada rombongan pedagang atau menyewa kurir khusus untuk hal-hal mendesak. Pada masa itu, surat baru akan sampai dalam waktu beberapa hari ke tujuan. Jika seseorang mengirim surat dari Kairo dengan tujuan Damaskus, akan sampai dalam empat hari.
Berbeda dengan Pony Express yang hanya dapat bertahan selama 16 bulan, dari tahun 1860 M hingga Oktober 1861 M. Sistem perposan Islam alias barid mampu bertahan hingga beberapa abad. Bahkan, mampu menjangkau hinga ke India. Penjelajah Muslim dari Maroko, Ibnu Batutta, dalam catatan perjalanannya mengungkapkan aktivitas layanan pos di Sind, India, tahun 1333 M. Begitulah layanan pos di dunia Islam berlangsung.
Bersambung ke halaman berikutnya
Related Posts

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Pertemuan “Rahasia” di PTIK (Bagian 2): Guncangan di Ruang Reformasi dan Bayang-Bayang Operasi Garis Dalam

Pertemuan “Rahasia” di PTIK (Bagian 1) : Walkout, Ketegangan, dan Polemik Komisi Reformasi Polri

Sikap Arogan Ketua Tim Reformasi Polri Justru Tak Hendak Mendengarkan Suara Rakyar

Sutoyo Abadi: Memusingkan

Tantangan Transformasi Prabowo

Kementerian PKP Tertinggi Prestasi Penyerapan Anggaran dari Seluruh Mitra Komisi V

Kejati Sumut Sita Rp150 Miliar dari Kasus Korupsi Penjualan Aset PTPN I: Babak Baru Pengungkapan Skandal Pertanahan 8.077 Hektare

Dipimpin Pramono Anung Jakarta Makin Aman dan Nyaman, Ketua Umum APKLI-P: Grand Opening WARKOBI Januari 2026 Diresmikan Gubernur DKI

Refly Harun Dan RRT Walkout saat Audiensi Dengan Komisi Percepatan Reformasi Polri



Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (21) - Berita TerbaruAugust 6, 2022 at 2:02 pm
[…] Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (20) […]
Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (22) - Berita TerbaruAugust 9, 2022 at 9:00 am
[…] Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (20) […]
รับทำ BacklinkOctober 24, 2024 at 10:05 am
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/nasional/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaissance-islam-20/ […]