Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (36)

Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (36)
Dubes Muhammad Najib menghadiri seminar di Madrid yang membahas isu-isu terkini tentang perang Rusia-Ukraina dan dampaknya

Jejak awal peradaban Ilam 

Baru sejak jaman Bani Abasyiah, khususnya sejak jaman Khalifah Harus Al Rasyid, dan di teruskan oleh anaknya Al Makmun, umat Islam mulai banyak menekuni ilmu-ilmu Qauniyah.

“Apa indikasi atau yang bisa dirujuk, sehingga saya mengatakan seperti itu?,” kata dia, lalu menguraikan awal mula umat Islam memiliki ketertarikan besar mendalami ilmu-ilmu Qauniyah.

Harun Al Rasyid itu gemar mebaca dan mengoleksi banyak buku, buku-bukunya itu ditata, sehingga kita sering menyebutnya sebagai sebuah perpustakaan. Maka anaknya, Khalifah Al Makmun lebih jauh lagi. Perpustakaan ini dikembangkan dengan cara mengumpulkan buku-buku dari Yunani, dari Romawi, buku-buku Persia, buku-buku China, dan buku-buku India.

“Karena dia hanya menguasai bahasa Arab, maka dipanggilah para penterjemah dari berbagai negara untuk menterjemahkan semua buku-buku yang dikumpulkan itu. Nah, lembaganya ini kemudan disebut dengan nama Baitul Hikmah,” jelas Dr Muhammad Najib.

Dia menguaraikan lebih jauh. Dari lembaga semacam perpustakaan, kemudian berkembang menjadi lembaga penterjemahan, dan lalu berkembang menjadi semacam perguruan tinggi. Karena disitu tidak hanya terjadi penterjemahan saja, tetapi juga ada upaya untuk kait-mengaitkan satu ilm dengan ilmu yang lain. Nah disitulah terjadi integrasi ilmu yang bersumber dari negara-negara yang berbeda yang selama ini tidak saling mempengaruhi, jalan sendiri-sendiri itu lalu diintegrasikan.

“Dari situlah kemudian lahir ilmu-ilmu baru, semacam ilmu optik, astronomi, dan termasuk ilmu kedokteran itu berkembang luar biasa. Salah satu indikator yang bisa dikaji adalah Ibnu Sina, sebagai ahli kedokteran modern, yang ilmunya kemudian diikuti oleh bangsa-bangsa Eropa,” kata Dubes Najib.

Begitu juga Ibnu Khaldun yang dikenal sebagai bapak ilmu sosiologi, sejarawan modern, dan juga sebagai ahli ekonomi.

Karena awalnya dimulai di Baghdad, karena persamaan bahasa – mereka menggunakan bahasa Arab – kemudian buku-buku ini dikirim ke Cordova, yang waktu itu menjadi ibukota Andalusia, yang dipimpin oleh umat Islam. Dari Cordova kemudian menyebar ke kota-kota yang lainnya seperti Sevila, Malaga, Granada,Toledo, dan sebagainya, disleuruh kawasan itu.

Dubes Najib menerangkan, orang-orang Eropa melihat kemajuan Andalusia waktu itu, kemudian mereka belajar kesini. Menurut Wikipedia, tahun 1000 Masehi ada 3 kota yang paling maju peradabannya, paling maju ilmu pengetahuannya, paling maju sain dan teknologinya, yaitu yang pertama Baghdad, kedua Cordova, dan ketiga Kaifeng (China). Eropa diluar dunia Islam masih tertinggal jauh pada saat itu.

Setelah itu bangsa Eropa datang berduyun-duyun karena kesamaan kawasan, kesamaan wilayah, mereka datang ke Andalusia untuk belajar.

Ilmu-ilmu yang didapat dari umat Islam, yang disebut ilmu Qauniyah kemudian dibawa ke Eropa. Abad ke-16 dan puncaknya abad ke-17. Artinya kalau dihitung ada sekitar 6-7 abad bangsa Eropa itu belajar dan puncaknya itu dalam bentuk Revolusi Sosial di Perancis dan Revolusi Industri di Inggris.

“Sejak abad itu bangsa Eropa mengenal apa yang disebut Reanissance, dari bahasa Perancis yang artinya “penemuan kembali atau kebangkitan kembali, atau pencerahan kembali” bangsa Eropa setelah lelap didalam tidur yang panjang sejak runtuhnya Romawi. Sampai sekarang bangsa Eropa terus menguasai dunia, mengendalikan dunia, diikuti bangsa-bangsa lain seperti Jepang, Korea, China dan terakhir India,” jelasnya.

Pertanyaannya, dimana umat Islam dalam lomba ini? Umat Islam berada paling belakang.

Oleh karena itu, kata Dubes Najib, umat Islam harus manyadari, kejayaan umat Islam dimasa lalu, apakah di Baghdad atau di Timur Tengah secara keseluruhan, atau di Andalusia ini sehingga tahu dimana ruhnya, dimana rahasianya. Sehingga bagaimana Renaissance of Islam itu bisa kembali muncul didunia Islam.

Dr Muhammad Najib mengaku bergembira kalau akhir-akhir ini ditanah air ada perubahan dari IAIN menjadi UIN. Bukan hanya perubahan nama tetapi implikasinya. UIN Syarif Hidayatullah di Ciputat punya jurusan ilmu kedokteran. Mengembangkan juga ilmu informatika.

“Saya berharap ilmu-ilmu yang masuk kategori Qauniyah tadi bisa dikembangkan, sehingga mahasiswa dan dosen bisa saling berinteraksi melakukan riset bersama, sehingga jembatan atau gap diantara keduanya itu bisa didekatkan,” harapnya.

Dubes Najib menegaskan, harus diakui umat Islam selama ini lebih terfokus ilmu-ilmu Qauliyah sehingga “ilmu-ilmu duniawi” seperti sain dan teknologi menjadi tertinggal. Ini berimplikasi kepada kekalahan umat Islam dibanyak hal, baik dalam ekonomi, sain dna teknologi, maupun dlaam memproduksi persenjataan modern, yang semuanya berbasis pada ilmu-ilmu Qauniyah.

“Saya gembira karena sekarang di Depok sudah didirikan Universitas Islam Internasional Indoesia (UIII/U3I). Saya sering berinteraksi dengan Rektornya Profesor Komarudin Hidayat. Kita harus bangga karena kita menjadi bagian dari dunia Islam yang memancarkan ilmu. Saya harapkan kerangka fikir ini jga bisa berkembang disana. Karena itu tidak ada salahnya kalau PTIQ berkolaborasi dengan UIII atau U3I. Saya juga bergembira kebijakan Menteri Pendidikan kita Mas Nadiem Makarim, yang meggunakan istilah Merdeka Belajar. Ini menyebabkan mahasiswa PTIQ mengambil 1-2 semester di ITB, di UI atau UGM, sehingga membuka pandangan kita, bagaimana orang-orang sain dan teknologi itu berfikir melakukan riset-riset ilmiah,” katanya.

Bersambung ke halaman berikutnya

Last Day Views: 26,55 K

2 Responses

  1. คลินิก สุขภาพจิตNovember 21, 2024 at 6:32 am

    … [Trackback]

    […] There you can find 65327 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaissance-of-islam-35/ […]

  2. กระเบื้องปูพื้น ภายนอกNovember 28, 2024 at 6:04 pm

    … [Trackback]

    […] Here you can find 20833 more Information on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaissance-of-islam-35/ […]

Leave a Reply