Mengunjungi Satu-Satunya Masjid Di Kota Tua di Granada

Mengunjungi Satu-Satunya Masjid Di Kota Tua di Granada
Dubes RI untuk Spanyol Dr Muhammad Najib di masjid Granada. Dibelakang tampak jelas Istana Alhambra

ZONASATUENWS.COM, GRANADA – Duta Besar RI untuk Spanyol Dr Muhammad Najib mengunjungi masjid yang berada di kota tua Granada dan dekat sekali dengan istana Alhambra. Itu adalah satu-satunya masjid di Granada saat ini.

Dubes Muhamma Najib mengatakan, masjid ini diakui oleh pemerintah Spanyol dan diterima keberadaannya oleh masyarakat.

“Masjid ini sangat strategis. Dari masjid ini bisa melihat istana Alhambra tanpa penghalang sama sekali. Masjid ini cukup luas dan dibangun dengan arsitektur Islam dimasa jayanya. Ada taman-tamannya, yang meniru taman-taman istana Granada. Mereka membuat aktivitas ekonomi (diluar kompleks masjid), membuka Cafe atau semacam restoran yang halal (halal food cafetaria,” kata Dubes Najib.

Dr Muhammad Najib di masjid Granada, dibelakang tampak jelas Istana Alhambra

Dubes Najib menilai, dakwah mereka sudah multi dimensi. Ada tempat belajar membaca Al Quran, bahasa Arab untuk anak-anak, dan mereka saat ini sedang merintis madrasah.

Restoran yang dibuat berada diluar kompleks masjid, tetapi dekat sekali karena hanya berada diluar pagar masjid. Kalau cuaca bagus, dipasang kursi-kursi ditempat terbuka. Orang-orang sangat meyukai makan diluar.

Seperti namanya “Teteria Restaurante Marrakesh”, restuaan itu menyajikan makanan Maroko. Tetapi sekarang mereka juga sudah menyajikan masakan dari negera lain seperti Pakistan dan India. Dubes menujukkan suasan bagiandalam restauran yang cukup unik dan menarik.

Masjid ini dibangun dengan bantuan dana dari Uni Emirat Arab. Ekosistem masjid ini sangat bagus. Dengan komunitas muslim yang masih relaitf kecil, kegiatan masjid berupa kegiatan ekonomi seperti cafetaria makanan halal, pertanian, dan kegiatan belajar bahasa Arab dan membaca AL Quran, perpustakaan, menjadi sarana mengenalkan Islam di sana.

Teteria Restaurante Marrakech, restauran yang dikelola oleh masjid Granada

Perpustakaan di masjid itu cukup banyak menyajikan buku-buku, semuanya dalam bahasa Arab.

“Istana Alhambra itu masa lalu, tapi masjid ini masa sekarang dan masa depan. Di Granada ini ada 60.000 warga muslim. Dari jumlah itu 3000 lebih warga Spanyol yang mualaf. Umar ini blateran, ayahnya Spanyol muslim mualaf, ibunya Marroko. Dia lahir sudah dalam keadaan Islam. Umar itu generasi kedua. Ayahnya generasi pertama. Dia mengembangkan dakwahnya untuk menunjukkan, begini lho Islam,” ungkap Dubes Najib menirukan Umar, tokoh yang dipercaya menjadi pengelola masjid tersebut.

Dubes Najib sekaligus berperan sebagai penerjemah. Rombongan Komisi VIII DPR RI yang mengikuti Dubes Najib tampak gembira mendengarkan uraian Umar yang diterjemahkan langsung dalam bahasa Indonesia.

Umar menyatakan, seperti ditirukan Dubes Najib, anda (orang Indonesia) sangat beruntung karena berasal dari negara yang mayoritas muslim. Sementara Spanyol ini bukan negara muslim. Wilayah di Eropa secara keseluruhan penting untuk diketahui, mereka adalah bangsa yang menjajah negara-negara muslim seperti Inggris di Pakistan, Belanda di Indonesia, Spanyol di Filipina, dan seterusnya.

“Nah, sekarang bangsa-bangsa muslim yang dijajah itu bergerak ke Eropa menjadi Imigran, dan sekarang sudah generasi ke-3. Yang dihadapi masyarakat Barat sekarang adalah rasa keengganan untuk berkeluarga, bahkan keengganan untuk memiliki anak. Bagi orang Islam karena punya Allah, memiliki anak tidak perlu takut. Karena Allah akan menjamin rezeki kita,” kata Umar.

Umar mengatakan, sebenarnya suasana masyarakat Kristiani disleuruh dunia itu bisa menerima umat Islam. Ini sebenarnya datang sangat cepat. Hampir setiap hari ada yang datang ke masjid ini untuk masuk Islam (mualaf). Ini terjadi tidak hanya di sini (Spanyol) tetapi juga diseluruh Eropa. Karena itu cepat atau lambat Islam akan kemali ke negeri ini.

Umar menerangkan, banyak sekali orang barat ingin tahu Islam datang kesini. Karena dimasa Renaisance yang menang adalah kelompok anti agama, maka Eropa menjadi sekuler. Masyarakat seperti ini secara lahiriah kebutuhan fisiknya terpenuhi. Kemudian mereka kehilangan kebahagiaan, tidak tahu apalagi yang mau dicari, lalu mereka datang kesini untuk mencari sesuatu yang hilang.

“Ini sebenarnya opurtunity untuk melakukan dakwah dan memberikan sesuatu yang mereka cari. Paling tidak Inggris, Perancis, dan hampir semua dinegara Eropa suasananya sama,” ungkap Umar, dan ditermahkan oleh Dubes Najib.

Sejarah berdirinya masjid

Dikatakan oleh Umar, pengelolaan masjid ini dilakukan oleh orang-orang Spanyol asli. Tentu saja, tidak mudah untuk mendirikan masjid disini.

Lalu Umar mengisahkan. Dimulai dari kelompok muslim kecil, sekitar 8-15 orang, termasuk anak-anak. Syeh Abdul Kadir adalah tokoh yang memulainya. Lalu bergabung jamaah dari Pakistan, sehingga menjadi lebih banyak lagi sekitar 80 orang jamaah muslim.

Semula mereka melakukan shalat di masjid Cordoba, tetapi karena menimbulkan ketakutan dari pihak gereja, maka kemudian komunitas itu pindah ke Granada.

Mereka melakukan hal yang sama, yaitu shalat berjamaahh di istana Alhambra. Lama-lama disinipun terjadi hal yang sama, masyarakat menjadi takut. Meskipun kemudian mereka akhirnya minta maaf.

Di perpustakaan masjid Granada, Umar (disebelah Dubes Najib) menjelaskan sejarah berdirinya masjid Granada kepaa rombongan Komisi VIII DPR RI

Akhirnya diputuskan untuk mencari tempat untuk membangun masjid. Setelah dicari kemana-mana, tempat yang kosong cuma disini, yang sekarang manjadi masjid di Granada ini.

“Dari semua area semua penuh rumah.Hanya area ini yang kosong,” kata Umar.

Syeh Abdul Kadir lalu mulai mencari orang yang bisa membantu mewujudkan itu. Kemudian mereka mengirimkan orang ke berbagai negara untuk mencari bantuan. Yang pertama merespon adalah Muamar Kadafi (mantan presiden Libya).

“Dia yang membeli tanah ini,” ungkap Umar.

Ketika minta ijin untuk mendirikan bangunan, saat diketahui akan didirikan masjid ditanah ini, proposal ijin ditolak. Kemudian menjadi isu besar dan kontroversial: ini orang Islam mau kembali setelah 500 tahun.

“Oleh karena itu mereka cooling-down, menunggu sampai 12 tahun, untuk menunggu suasan reda. Jadi,sekedar menunggu untuk mendapatkan ijin selama 12 tahun,” tutur Umar.

Karena kesabaran Syeh Abdul Kadir ini, dan tidak mau menyerah, terus mencari cara, berjuang terus akhirnya bisa terwujud.

Raja Hasan dari Maroko (ayahnya raja yang sekarang) mulai membantu bangunan ini. Ketika tiang-tiang pondasi sudah nampak, strukturnya, dia meninggal. Dan prosesnya berhenti.

Karena suasana suksesi di Maroko, sehingga tidak bisa bicara masalah ini. Mereka minta agar Maroko mau melanjutkan bangunan ini.

“Karena tidak kunjung ada jawaban, akhirnya Syeh Abdul Kadir bertemu dengan Syeh Hasyimi dari Sarjak. Sarjak ini bagian dari Uni Emirat Arab,” apapr Umar.

Dari Syeh Hasyimi tersebut akhirnya bisa bertemu dengan Emir dari UEA, dan disanggupi untuk melanjutkan pembangunan masjid itu. Dan ditanggung semua keperluan.

Karena itu waktu peresmian masjid, Emir UEA diundang kesini.Seorang tokoh Spanyol bernama Romero, orang Spanyol asli yang membantu memfasilitasi kedatangan Emir UEA kesini, karena dia raja memerlukan protokoler diplomatik resmi.

Dubes Muhammad Najib (kanan) bersama Umar di taman masjid Granada.

Setelah melihar masjid ini, Emir menyanggupi semua kekurangannya. Lalu setelah itu berdatangan bantuan, misalnya dari Erdogan,. Presiden Turki itu bahkan sudah dua kali datang ke masjid ini dan juga memberikan bantuan.

“Kaligrafi yang ada didalam masjid adalah bantuan dari Erdogan. Bantuan juga datang dari Khadafi, Presiden Libya, dan dari muslim berbagai penjuru dunia,” kata Umar.

“Insyaalah juga akan datang dari Indonesia. Insayaallah,” kata Dubes Najib, yang disambut senyum gembira oleh Umar.

Umar juga mengatakan merasa terhormat bisa menerima rombongan muslim dari Indonesia. Negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.

Dubes Najib juga menjelaskan bahwa rombongan ini adalah Anggota Komisi VIII DPR. RI, merupakan tokoh-tokoh politik dan tokoh masyarkat di Indonesai.

“Di Indonesia, kami semua bersaudara, baik yang muslim maupun non muslim. Kami sedang membuat jembatan kolaborasi antara Indonesia dan Spanyol (Poros Indonesia-Spanyol) untuk menunjukkan kepada semua manusia bahwa Islam Rahmatan Lil Alamin. Kepada mereka saya tunjukkan proyek saya ini, dan mereka (anggota DPR RI) sangat mendukung, termasuk yang bukan muslim,” tegas Dubes Najib.

EDITORl: REYNA

Last Day Views: 26,55 K