Oleh: M. Isa Ansori
Mencari Pemimpin Visioner untuk Melanjutkan Kejayaan Porprov Surabaya
Sebagai warga Surabaya, kita memiliki kebanggaan besar terhadap konsistensi prestasi olahraga Kota Pahlawan dalam dua dekade terakhir. Rekor sembilan kali berturut-turut menjadi juara umum Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur, dengan puncaknya meraih 198 medali emas pada Porprov 2025, bukan hanya statistik kemenangan. Ia adalah bukti bahwa Surabaya memiliki ekosistem pembinaan yang matang, manajemen olahraga yang efektif, dan kepemimpinan yang mampu menggerakkan seluruh elemen secara sinergis.
Keberhasilan ini merupakan warisan berharga yang dibangun dengan kerja keras, perencanaan jangka panjang, dan visi kepemimpinan yang konsisten. Namun, di tengah euforia prestasi, muncul pertanyaan penting: bagaimana memastikan dinasti juara ini tetap bertahan? Suksesi kepemimpinan KONI Surabaya untuk periode 2025–2029 menjadi titik krusial dalam menjaga keberlanjutan tersebut. Sebab keberhasilan masa lalu bukan jaminan bagi masa depan jika tidak ditemani kepemimpinan yang visioner dan kolaboratif.
Kepemimpinan Visioner: Arsitek Prestasi Berkelanjutan
Kepemimpinan visioner dalam konteks KONI Surabaya bukan sekadar kemampuan meraih medali pada satu atau dua event. Lebih dari itu, ia adalah kemampuan membayangkan masa depan olahraga Surabaya secara utuh—melampaui siklus Porprov. Pemimpin visioner merancang peta jalan pembinaan jangka panjang, memastikan regenerasi atlet berjalan sistematis, dan memodernisasi metode latihan sesuai perkembangan sport science.
Tulisan ini dimaksudkan sebagai peringatan bagi para pemangku kepentingan olahraga: suksesi KONI bukanlah agenda rutin, tetapi pertaruhan masa depan. Dengan target ambisius 250 medali emas di Porprov 2027, Surabaya membutuhkan figur yang tak hanya memahami administrasi olahraga, tetapi mampu memimpin transformasi.
Pertama, kepemimpinan visioner harus menempatkan pembinaan usia dini sebagai fondasi utama. Program Pusat Latihan Cabang Olahraga (Puslatcab) tidak boleh hanya aktif menjelang turnamen. Sinergi dengan Dinas Pendidikan, sekolah, dan komunitas olahraga harus diperkuat agar pemetaan bakat berjalan secara ilmiah dan berkesinambungan. Hasilnya mungkin baru tampak pada Porprov 2029 dan 2031, tetapi inilah investasi paling strategis.
Kedua, kesejahteraan atlet harus dipandang sebagai investasi jangka panjang. Bonus setelah kejuaraan memang penting, tetapi tidak cukup. Pemimpin KONI ke depan harus berani memperjuangkan beasiswa pendidikan, asuransi kesehatan, dan akses pekerjaan bagi atlet berprestasi. Atlet yang merasa aman secara sosial–ekonomi pasti lebih fokus, loyal, dan memiliki motivasi intrinsik yang kuat.
Ketiga, integrasi sport science dan teknologi harus menjadi standard baru. Analisis performa berbasis data, monitoring kebugaran, psikologi olahraga, hingga teknologi video analisis semestinya menjadi bagian dari sistem pembinaan. Tanpa modernisasi ini, Surabaya akan tertinggal dari kota-kota lain yang mulai agresif membangun ekosistem olahraga berbasis sains.
Kepemimpinan Kolaboratif: Menggerakkan Ekosistem Olahraga Kota
Sebagus apa pun visi seorang pemimpin, ia tidak akan berjalan tanpa kolaborasi. KONI Surabaya membutuhkan figur yang mampu menjadi connector—penghubung antara pemerintah kota, cabang olahraga (cabor), dunia usaha, dan masyarakat.
Kolaborasi dengan Pemerintah Kota menjadi sangat penting mengingat tidak adanya dana hibah APBD dalam beberapa tahun terakhir. Pemimpin KONI harus kreatif mencari sumber pembiayaan alternatif, membangun kemitraan dengan swasta, serta memastikan pengelolaan anggaran berjalan transparan dan akuntabel. Tanpa integritas, kolaborasi hanya akan menjadi jargon kosong.
Relasi dengan pengurus cabor juga menjadi penentu keberhasilan. Pemimpin yang dibutuhkan bukan “panglima” yang hanya memerintah, tetapi fasilitator yang mendengar kebutuhan cabor dan mampu merespons secara proporsional. Pengurus cabor adalah pihak yang paling memahami karakter dan kebutuhan atlet; karena itu, dialog intensif harus menjadi basis perumusan kebijakan.
Menggandeng sektor swasta sebagai sponsor dan mitra program dapat memperluas ruang gerak pembinaan, sekaligus mengurangi ketergantungan pada anggaran pemerintah. Model ini umum dilakukan kota olahraga besar di dunia.
Menakar Figur Suksesi: Siapa yang Layak Mewarisi Estafet?
Jika kita menghubungkan seluruh narasi di atas, maka figur ideal pemimpin KONI Surabaya adalah mereka yang selama ini menjadi arsitek di balik layar kesuksesan sebelumnya. Figur yang memahami teknis pembinaan, menguasai administrasi, memiliki basis data yang kuat, dan memiliki hubungan emosional yang baik dengan para ketua cabor. Bukan pemimpin populis, tetapi pemimpin arsitektural.
Beberapa nama yang muncul dalam bursa suksesi memperlihatkan spektrum kapasitas tersebut.
Arderio Hukom, Pengurus Bidang Hukum KONI Jatim dan pengurus HIPMI, membawa perspektif manajerial dan jaringan yang luas.
Eri Hartanti, ST, Sekretaris Umum KONI Surabaya 2021–2025, adalah figur yang paling memahami sistem yang telah dibangun dan menjadi bagian integral dari fondasi kesuksesan saat ini.
Sunar, Ketua KORMI Surabaya, mewakili perspektif olahraga komunitas yang kini semakin penting dalam ekosistem olahraga kota.
Ketiganya memiliki kapasitas berbeda. Namun figur yang paling tepat memimpin KONI Surabaya adalah mereka yang memiliki rekam jejak konsisten dalam pembinaan prestasi, memahami detail operasional KONI, dan sudah teruji dalam hubungan interpersonal dengan cabor-cabor yang menjadi tulang punggung prestasi. Mereka yang bisa melindungi dan merawat suasana yang sudah terbangun selama ini, hal ini penting kesepahaman dan ikatan batin untuk saling menguatkan menuju 250 emas di Porprov 2027. Ibarat keluarga butuh karakter tidak hanya seorang bapak, tapi juga harus menjadi ibu bagi semua. Seorang yang bisa merawat, melindungi, lemah lembut , dan bisa memahami apa yang dirasakan oleh para cabor yang merupakan anak anaknya.
Penutup
Suksesi kepemimpinan KONI Surabaya 2025–2029 adalah momentum strategis. Ini kesempatan untuk memilih pemimpin yang bukan hanya merayakan kejayaan masa lalu, tetapi berani membangun inovasi untuk masa depan. Hanya dengan kepemimpinan yang visioner dan kolaboratif, dinasti juara KONI Surabaya dapat dipertahankan bahkan diperkuat, sehingga kota ini tetap menjadi kiblat olahraga Jawa Timur dan Nasional.
Surabaya, 19 November 2025
M. Isa Ansori
Kolumnis dan Akademisi, Fokus pada kemampuan transaksional analisis dan psikologi komunikasi, Dewan Pakar LHKP PD Muhammadiyah Surabaya dan Wakil Ketua ICMI Jatim
EDITOR: REYNA
Related Posts

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Jokowi, Oh Jokowi

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (2): Menumpas PKI dan Menghindarkan Indonesia dari Negara Komunis

Rusia mengatakan resolusi PBB tentang Gaza bertentangan dengan keputusan internasional tentang Negara Palestina

Fondasi Hubungan Antara Manusia dalam Perspektif Islam

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Ijazah Ada–Tidak Ada: Realisme Magis di Republik Arsip yang Menguap

Habib Umar Alhamid: Pernak Pernik Permasalahan Setahun Pemerintahan Prabowo

SKK Migas-HCML Kembali Gelar Festival Pesisir, Bupati Sumenep: Momentum Tepat Gairahkan Ekonomi dan Pariwisata



No Responses