Muhammad Chirzin: Politik Berkeadaban Dalam Al-Quran

Muhammad Chirzin: Politik Berkeadaban Dalam Al-Quran
Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag

Oleh: Muhammad Chirzin

 

Politik (bahasa Arab: siyasah) artinya proses pembentukan dalam masyarakat yang antara lain berwujud pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Politik pada dasarnya adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Masyarakat mengatur kehidupan kolektif dengan baik, mengingat masyarakat sering menghadapi terbatasnya sumber daya alam, atau mencari satu cara distribusi sumber daya, agar semua warga merasa bahagia dan puas.

Politik adalah usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik yang akan hidup bahagia, karena memiliki peluang untuk mengembangkan bakat, bergaul dengan rasa kemasyarakatan yang akrab, dan hidup dalam suasana moralitas yang tinggi. Politik mengadung unsur interaksi antara pemerintah dengan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama, berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara, proses perumusan, dan pelaksanaan kebijakan publik. Kegiatan politik menyangkut cara bagaimana kelompok mencapai keputusan kolektif dan mengikat melalui pendamaian perbedaan-perbedaan di antara anggotanya. Kegiatan politik suatu bangsa bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya yang tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama.

Konsep-konsep pokok politik meliputi negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan, dan pembagian/alokasi. Beberapa kunci berkenaan dengan aktivitas politik yaitu legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan partai politik.

Politik adalah usaha untuk menentuan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis. Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan umum menyangkut peraturan dan alokasi sumber daya alam, perlu dimiliki kekuasaan dan wewenang, guna membina kerja sama maupun menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini.

Cara-cara yang dipakai dapat bersifat persuasi, dan jika perlu bersifat paksaan. Tanpa unsur paksaan, kebijakan ini hanya merupakan perumusan keinginan belaka. Politik pada dasarnya dapat dilihat sebagai usaha penyelesaian konflik atau konsensus. Perasaan manusia beraneka ragam sangat mendalam dan sering saling bertentangan, mencakup rasa cinta, benci, setia, bangga, malu, dan marah. Pelaksanaan kegiatan politik mencakup segi-segi yang positif maupun negatif, karena politik mencerminkan tabiat manusia yang nalurinya baik maupun buruk.

Politik dalam bentuk paling baik adalah usaha mencapai suatu tatanan sosial yang berkeadilan. Persepsi adil itu dipengaruhi oleh nilai-nilai serta ideologi dan zaman yang bersangkutan. Politik dalam bentuk yang paling buruk adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan sendiri. Politik adalah perebutan kuasa, tahta, dan harta.

Pengelolaan kebinekaan merupakan aspek penting dalam kehidupan berbangsa untuk mewujudkan kohesivitas sosial yang akan membuat penduduk lintas agama dan lintas etnis nyaman. Setiap warga negara harus mempercayai sesama warga dan pemerintah untuk merancang dan menerapkan kebijakan yang bermanfaat secara inklusif.

Politik identitas adalah alat politik suatu kelompok, seperti etnis, suku, budaya, agama atau lainnya untuk tujuan tertentu, sebagai untuk menunjukkan jati diri suatu kelompok tersebut. Politik identitas dapat memunculkan toleransi dan kebebasan, namun juga akan memunculkan pola-pola intoleransi, kekerasan verbal-fisik, dan pertentangan etnik dalam kehidupan. Politisasi identitas berbasis SARA dapat mengganggu harmoni sosial dan integrasi nasional, dan merestriksi kesetaraan hak seluruh warga negara yang menjadi cita ideal Pancasila dan cita hukum UUD 1945.

Politik identitas merupakan penjabaran dari identitas politik yang dianut oleh warga negara berkaitan dengan arah politik yang kerap dikerucutkan menjadi dua kelompok, yaitu nasionalis dan agamis. Antara nasionalisme dan agama sesungguhnya tidak bisa dibenturkan. Agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama, dan keduanya saling menguatkan.

Konsep politik dalam Al-Quran termuat dalam ayat-ayat tentang kepemimpinan dengan kosakata mulk, imam, khalifah, dan ulul amri sebagai berikut.

Katakanlah, Ya Allah, Pemilik Kekuasaan! Kau beri kekuasaan kepada yang Engkau kehendaki, dan Kaucabut kekuasaan dari siapa saja yang Engkau kehendaki. Engkau memberikan kemuliaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau memberi kehinaan kepada siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu segala yang baik. Sungguh, Engkau berkuasa atas segalanya. Kaumasukkan malam ke dalam siang dan Kaumasukkan siang ke dalam malam. Kaukeluarkan yang hidup dari yang mati, dan Kaukeluarkan yang mati dari yang hidupl dan Kauberi rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa dapat dihitung. (QS Ali Imran/3:26-27)

Allah swt Pemilik kekuasaan. Dia berikan kekuasaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan sekaligus mencabutnya dari siapa saja yang dikehendaki-Nya. Boleh jadi kekuasaan itu memuliakan seseorang, dan bisa jadi menghinakannya. Kebaikan tertinggi adalah kehendak Allah swt. Kejahatan berarti pengingkaran terhadap kehendak Allah swt, dan kebaikan adalah sejalan dengan kehendak-Nya.

Terang dan gelap secara simbolis berarti ilmu dan kebodohan, kesenangan dan kesedihan, kesadaran rohani dan kebutaan rohani. Takdir dan kehendak Allah swt juga berlaku seperti dalam dunia lahir. Di tangan-Nya segala kesempurnaan.
Ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan perintah-perintah tertentu, lalu ia menunaikannya. Ia berfirman: “Akan kujadikan engkau imam umat manusia”. Ia bermohon: “Dan juga imam-imam dari keturunanku?” Allah berfirman: “Janji-Ku tak berlaku bagi orang yang zalim”. (QS Al-Baqarah/2:124)

“Kalimat” secara harfiah berarti “kata-kata”. Dalam pengertian rohani bermakna Kehendak, Keputusan, atau Rencana Allah swt. Dalam segala hal Nabi Ibrahim memenuhi kehendak Allah swt. Ia menyucikan rumah Allah, membangun tempat suci Ka’bah, dan menyerahkan segala keinginan kepada kehendak-Nya. Ia telah menjadi pola Islam. Maka Allah swt menjanjikan kepemimpinan dunia. Ia pun bermohon untuk keturunannya juga, dan doanya pun dikabulkan Allah swt, dengan ketentuan bahwa bilamana keturunannya itu mendustai Allah, maka janji Allah-Nya tidak akan sampai kepada orang-orang yang terbukti berdusta.

Hai Daud! Kami jadikan engkau khalifah (penguasa) di bumi, laksanakanlah hukum di antara manusia berdasarkan kebenaran dan keadilan, dan janganlah memperturutkan hawa nafsu, karena itu akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sungguh, orang yang sesat dari jalan Allah, akan mendapat hukuman azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS Shad/38:26)

Khalifah yang sempurna ialah yang mempunyai kemampuan inisiatif sendiri, tetapi kebebasan kehendaknya memantulkan adanya kehendak penciptanya dengan sempurna. Kekuasaan Nabi Daud sebagai raja, dan bakat kearifan, keadilan, dan kerasulannya dianugerahkan Allah swt kepadanya sebagai amanat. Bakat-bakat besar yang diberikan ini bukan untuk dibangga-banggakan.

Hai orang-orang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan mereka yang memegang kekuasaan di antara kamu. Jika kamu berselisih mengenai sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul-Nya (sunah), kalua kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Itulah yang terbaik dan penyelesaian yang tepat. (QS An-Nisa`/4:59)

Ulul amri yakni orang yang memegang kekuasaan atau orang yang bertanggung jawab, yang dapat mengambil keputusan – mereka yang menangani berbagai macam persoalan. Sungguhpun begitu, keputusan terakhir di tangan Tuhan. Dari Dialah para nabi mendapat wewenang. Oleh karena itu di dalam Islam tidak ada pemisahan secara tajam antara soal-soal yang sakral dan sekular. Adanya suatu pemerintah biasa diharapkan berjalan di atas kebenaran, dan dapat bertindak sebagai pemimpin yang saleh, benar, dan bersih pula. Kita harus menghormati dan mematuhi pemegang kekuasaan yang demikian.

Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kamu adalah seorang pemimpin, dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya…”

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. live nude girlsNovember 20, 2024 at 5:01 am

    … [Trackback]

    […] Read More Information here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/muhammad-chirzin-politik-berkeadaban-dalam-al-quran/ […]

  2. บาคาร่าเกาหลีNovember 23, 2024 at 1:44 pm

    … [Trackback]

    […] Here you can find 21504 more Information to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/muhammad-chirzin-politik-berkeadaban-dalam-al-quran/ […]

  3. sourceDecember 26, 2024 at 6:16 am

    … [Trackback]

    […] Here you can find 63788 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/muhammad-chirzin-politik-berkeadaban-dalam-al-quran/ […]

Leave a Reply