Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-18): Hubungan Perang Salib dengan Rempah-Rempah

Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-18): Hubungan Perang Salib dengan Rempah-Rempah
Dr Muhammad Najib, Duta Besar RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).

Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.

Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.

Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.

Foto Ilustrasi: Jalur Sutra (garis merah), jalur Rempah (garis biru)

**********************************************************

SERI-18

Hubungan Perang Salib dengan Rempah-Rempah 

Setelah mengikuti sejumlah kuliah dan melakukan riset lapangan, Aku jadi bertanya-tanya mengapa Kami harus membahas isu Perang Salib secara mendalam. Cukup banyak tenaga dan waktu tersita. Biaya juga keluar lumayan banyak untuk studi lapangan. Lantas, apa hubungannya dengan disertasiku?

Ah, Aku betul-betul bingung. Sesudah beberapa kali berpikir, Aku memutuskan bertanya langsung ke Usted. Aku menghubungi Sekretaris untuk mengatur waktu konsultasi. Esoknya Aku mendapat jawaban melalui WA. Usted bersedia menerimaku sesudah makan siang.

“Buenas tardes, Usted,” sapaku mengucapkan selamat siang.

“Buenas tardes, y que tal?” Usted merespons sambil tersenyum.

“Bien y muy bien,” jawabku menyatakan bahwa kabarku sangat baik.

“Encantado, por favor.” Usted menyatakan senang bertemu dan kemudian mempersilakanku duduk.

Aku pun mulai bertanya. “Apa sebenarnya hubungan Perang Salib dengan disertasi yang sedang saya susun?”

Usted memandangku sejenak, lalu mengambil napas panjang sebelum mulai berbicara.

“Sekilas memang tidak ada hubungannya. Tapi sejatinya, keduanya memiliki koneksi yang kuat. Ketika bangsa Moor memasuki wilayah Iberia dan mengalahkan etnik Visigoth, Islam mulai berkuasa di sana. Selama ratusan tahun, berbagai kemajuan terjadi di Andalusia, misalnya ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, musik, sastra sistem dan teknologi pertanian hingga kuliner. Jadi umat Islam masuk ke Andalusia dengan membawa berbagai pengetahuan dan budaya, termasuk budaya pangan dan kuliner. Andalusia sendiri memiliki musim yang berbeda dari wilayah asal bangsa Moor ini. Semenanjung Iberia mengenal empat musim. Tidak semua musim bisa untuk bercocok tanam. Maka perlu ada makanan yang diawetkan untuk bertahan hidup selama musim dingin. Bayangkan saja… waktu itu belum ada kulkas atau mesin pendingin seperti sekarang. Nah, di sini bangsa Moor memperkenalkan rempah-rempah untuk mengawetkan makanan. Para pelaut Moor biasa melakukannya. Lantas, dari manakah rempah-rempah berasal? Sudah pasti dari Timur. Bangsa Asia telah lama memanfaatkannya untuk bahan kecantikan, obat-obatan dan tentu saja, bumbu masak.Budidaya sejumlah rempah-rempah di Andalusia mulai berkembang walau sebagian besar gagal karena faktor alam.”

Baca Juga:

Terus-terang Aku baru paham seujung kuku penjelasan Usted ini. Dengan rasa tidak sabar akumenanti kelanjutannya. Untunglah Usted segera meneruskan uraiannya.

“Sebelum Perang Salib, hanya sedikit interaksi bangsa Eropa dengan budaya rempah-rempah. Orang Iberia mendapatkannya sejak Moor masuk ke semenanjung itu. Kekaisaran Bizantium mengenal rempah-rempah dari bangsa Turki dan Arab. Lalu saat Perang Salib terjadi, hampir seluruh bangsa Eropa berinteraksi dengan bangsa-bangsa pengguna rempah-rempah.”

Kini Aku baru mengerti ke arah mana penjelasan Usted, “Adakah contoh transfer budaya ini?”

Usted mengangguk, lalu meneruskan penjelasannya.

“Bangsa Spanyol belajar membudidayakan saffron – yang kini merupakan bumbu masak termahal di dunia dengan harga belasan ribu dollar per kilogram – dari bangsa Moor. Bangsa asal Afrika Utara ini mendapatkan saffron dari Persia dan Asia Tengah. Selain rempah-rempah, budaya pertanian lain juga dibawa bangsa Moor. Contohnya zaitun. Orang Spanyol belajar teknik budidaya pohon zaitun agar lebih produktif dari Bani Umayah. Demikian juga padi, yang hingga kini banyak tumbuh di pantai Timur Spanyol, seperti Valencia. Orang-orang di sini belajar pertanian dan sistem irigasi padi dari kaum Muslim generasi awal yang bermukim di Spanyol.”

“Tahun 1453 Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Usmani. Keruntuhan Dinasti Bizantium ini otomatis menghentikan suplai rempah-rempah ke Eropa. Ingat, Konstantinopel letaknya sangat strategis karena wilayahnya merupakan pertemuan benua Asia dan Eropa. Kota ini menjadi lintas perdagangan darat antara kedua benua ini. Dari Konstantinopel, rempah-rempah dibawa ke Eropa oleh pedagang Genoa dan Venesia. Namun sejak Konstantinopel jatuh, mereka tidak leluasa bergerak karena pengetatan perdagangan oleh Turki Usmani. Sementara, rempah-rempah, yang hanya bisa tumbuh di Asia, merupakan komoditas primadona di Eropa saat itu. Hasil bumi ini digunakan untuk berbagai hal, dari ramuan minuman penghangat tubuh sampai bahan pengawet makanan. Blokade Turki Usmani ini tentu saja berakibat pada kelangkaan rempah-rempah di Eropa. Harga komoditas ini pun melambung tinggi.”

“Kerajaan-kerajaan di Eropa lalu memutuskan melakukan penjelajahan samudra ke dunia Timur untuk langsung mengakses rempah-rempah. Bangsa Portugis dan Spanyol menjadi pionir penjelajah lautan dan berlomba mencapai India. Maka abad ke-15 menandai era dimulainya penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa ke Timur.”

Mendengar ini semua perasaanku membuncah senang. Kini Aku paham tali-temali antara Perang Salib, rempah-rempah dan perjalanan Columbus. Aku sangat puas.

Karena kupikir sudah cukup lama Aku mengganggunya siang ini, maka Aku ingin berpamitan. Tapi Usted menahanku.

“Bolehkah saya bertanya?”

“Oh, tentu.” Aku kembali duduk.

“Bisakah Anda menjelaskan siapa sebenarnya bangsa Arab itu?” tanyanya serius.

“Bukankah Usted pernah mengenyam pendidikan di Mesir? Usted tentu juga banyak membaca buku tentang negeri ini,” komentarku untuk menguji keseriusannya.

“Banyak teori tentang ini. Tapi saya ingin tahu pandangan Anda.”

Maka Aku pun memberi penjelasan kepada Usted. “Pertama, bangsa Arab bisa disebut sebagai keturunan Ismail, putra Ibrahim dari istrinya Hajar. Ismail adalah adik tiri Ishaq atau Isaac, anak dari Ibrahim dengan istrinya yang lain, Sarah. Sebelum Nabi Muhammad lahir, bangsa Arab tidak terlalu diperhitungkan bangsa-bangsa lain. Berbeda halnya dengan keturunan Isaac, yang melahirkan Yacob dan generasi penerusnya, yakni bangsa Yahudi. Di era modern, bangsa Arab juga mengacu pada mereka yang ‘ter-Arab-kan’, baik dalam hal bahasa, pakaian, selera makan, musik dan berbagai unsur budaya lainnya. Jadi sesungguhnya , dalam perkembangannya bangsa Arab menjadi sangat plural. Secara fisik ada yang berkulit hitam, seperti orang Sudan dan sejumlah tetangganya di Afrika. Ada pula yang berkulit putih seperti Yordania, Lebanon, Suriah dan Palestina. Ada yang kecil secara fisik, seperti Yaman. Semua keragaman ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh ajaran Islam yang sangat egaliter dan plural, serta kosmopolitan. Semua orang bisa dirangkul tanpa dibeda-bedakan warna kulit, asal keturunan atau kedaerahan.”

Usted lanjut bertanya, “Anda tadi menyinggung persoalan egalitarianisme dan equality dalam masyarakat Islam. Tetapi saya mendengar bahwa di negara Anda posisi Habib atau Habaib sangat tinggi di masyarakat. Apakah ini bukan kasta di dalam Islam?”

“Sejauh yang saya tahu, fenomena ini hanya terjadi di Yaman dan Indonesia. Sangat mungkin ini dipengaruhi oleh tradisi India akibat hubungan dagang dan berbagai interaksi lain sejak dulu. Kita tahu, di samping ada konsep kasta yang rigid, di India juga dikenal istilah orang suci. Selain itu, di Iran juga ada tradisi penghormatan terhadap ‘Ahlul Bait’, yaitu mereka yang dianggap keturunan Husain bin Ali bin Abi Thalib. Tapi ini semua hipotesis saya. Diperlukan riset khusus untuk menjawabnya,” ujarku menjelaskan.

Usted diam memperhatikan wajahku seperti menunggu penjelasan tambahan.

“Namun sebenarnya di Indonesia orang-orang lebih dihormati karena ilmu dan jasanya dalam berdakwah, bukan keturunan,” tegasku.

“Oh, begitu… Tetapi benarkah mereka yang disebut Habaib memang keturunan Nabi Muhammad?” tanya Usted lagi.

“Dalam Islam, juga dalam tradisi Arab, yang disebut keturunan itu menurut garis ayah. Rasulullah tidak punya anak laki-laki yang hidup hingga dewasa dan memberikan keturunan. Semua cucu Rasulullah lahir dari anak perempuannya. Maka sebenarnya, secara objektif dan rasional, mereka yang disebut Habib atau Habaib sebenarnya lebih merupakan komunitas yang memiliki silsilah paling dekat dengan Rasulullah,” lanjutku sembari menanti respons Usted.

Tapi Usted hanya menatapku serius, lalu berkomentar singkat, “Baiklah. Saya kira sudah cukup.’

Aku mengucapkan terima kasih dan langsung berpamitan. “Muchas gracias.”

“De nada,” jawabnya singkat.

“Adios.” Ucapan sampai jumpa ini mengantarkanku ke depan pintu keluar.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ

Buku-buku novel karya Dr Muhammad Najib juga bisa dibeli di Shopee melalui link: https://shopee/ks65np4
Last Day Views: 26,55 K