Orang Jawa Sebagai “Bani Jawi” Adalah Keturunan Nabi Ismail: Perspektif Prof. Menachem Ali

Orang Jawa Sebagai “Bani Jawi” Adalah Keturunan Nabi Ismail: Perspektif Prof. Menachem Ali

JAKARTA – Siapa Prof. Menachem Ali? Menachem Ali (nama pena dari Mochammad Ali) adalah pakar filologi dari Universitas Airlangga (UNAIR), yang dikenal karena keahliannya dalam manuskrip Islam Nusantara. Dia menguasai banyak bahasa kuno dan suku kata (Ibrani, Arab, Sanskerta, Latin, bahkan Madura), dan juga aktif dalam kajian dialog lintas tradisi religius.

Inti Gagasan: Bani Jawi dan Asal-usul Nabi Ismail

Prof. Ali menyampaikan sebuah pemikiran menarik dan provokatif: bahwa orang Jawa (“Bani Jawi”) dalam memori kolektifnya memang melihat dirinya sebagai keturunan Nabi Ismail, dan ini bukan sekadar mitos lokal, melainkan bangunan naratif yang diwariskan dari generasi ke generasi melalui manuskrip tradisional.

Beberapa poin penting menurut Ali:

Memori Kolektif Ajisoko / Aji Soko

Orang Jawa mengenal tokoh bernama Aji Soko (nama asli Joko Sengkolo) sebagai nenek moyang atau leluhur.

Dalam manuskrip-manuskrip tradisional di Jawa, Madura, bahkan Sunda, figur Aji Soko muncul berulang. Ali menekankan bahwa ini bukan kebetulan: ia adalah “memori kolektif” yang diturunkan antar generasi dan melintasi waktu.

Silsilah Ismail dan Prabu Sarkil

Menurut Ali, dalam Serat Paramayugo karya Ki Bagus Burhan (alias Ronggo Warsito, 1802–1873) dituliskan bahwa Aji Soko adalah keturunan Prabu Sarkil.

Dan Prabu Sarkil adalah keturunan Nabi Ismail, berdasarkan tradisi-manuskrip seperti “Kitab Jitabsoro” dan “Kitab Miladuniren” yang disebutkan Ronggo Warsito.

Dari situ, jika Aji Soko adalah leluhur orang Jawa dan Aji Soko muncul dari garis keturunan Ismail, maka orang Jawa (Bani Jawi) dalam narasi ini bisa dikatakan “keturunan Nabi Ismail.”

Implikasi Agama dan Identitas

Prof. Ali berargumen bahwa jika identitas kolektif Jawa terhubung dengan memori leluhur Ismail, maka “sangat sulit” membayangkan seorang Jawa yang sepenuhnya melepaskan identitas Islam dalam narasi tradisional ini.

Lebih jauh, Ali bahkan menyebutkan bahwa dalam tradisi lokal ada yang menyatakan Aji Soko pernah bertemu Nabi Muhammad ﷺ, sehingga menegaskan hubungan spiritual dan historis dalam garis Ismail → Muhammad → Aji Soko.

Kesimpulannya menurut Ali: bagi sebagian orang Jawa, menjadi “Jawa” dan merasa keturunan Aji Soko = merasa bagian dari warisan Ismail, dan dengan begitu, “tak mungkin non-muslim” dalam kerangka memori tradisional ini.

Kenapa Pandangan Ini Menarik dan Relevan

Identitas Lokal dan Agama

Narasi ini memperlihatkan bagaimana identitas Jawa bukan hanya soal etnis atau budaya, tetapi juga dibingkai dalam kerangka religius besar (Islam). Bagi Ali, memori leluhur seperti Aji Soko bukan sekadar “kisah rakyat,” tetapi bagian dari struktur keagamaan yang sangat dalam.

Filologi sebagai Alat Kritik

Sebagai filolog, Ali menggunakan manuskrip lama sebagai bukti historis (atau setidaknya sebagai cerminan pemikiran kolektif). Dia membaca Serat Pramayugo dan teks tradisional lain, dan menyajikannya sebagai jembatan antara tradisi lokal dan narasi agama besar.

Politik Identitas di Masa Kini

Dalam konteks modern, gagasan Bani Jawi sebagai “keturunan Ismail” bisa dipakai dalam diskursus identitas Islam di Nusantara: untuk mengokohkan bahwa orang Jawa memiliki akar religius sangat dalam, bahkan “bawaan leluhur”. Ini bisa jadi memperkuat rasa kebersamaan umat Islam Jawa, sekaligus jadi bahan debat di kalangan cendekiawan.

Catatan Kritis

Klaim Ali sangat bergantung pada manuskrip tradisional seperti Serat Pramayugo dan teks-teks seperti Kitab Jitabsoro atau Miladuniren. Namun, keberadaan literal Prabu Sarkil sebagai keturunan Ismail belum tentu diterima secara historis oleh semua kalangan akademik.

Selain itu, penafsiran filologi bisa bersifat subjektif: membaca kembali teks lama tidak selalu berarti membuktikan klaim genealogis dalam arti biologis.

Karena sifat “memori kolektif”, identitas semacam ini mungkin lebih berfungsi simbolis — sebagai cerita pendukung identitas budaya-religius — daripada fakta silsilah objektif.

Kesimpulan

Prof. Menachem Ali menawarkan pandangan yang memikat bahwa Bani Jawi (orang Jawa) dalam tradisi mereka sendiri melihat leluhur mereka sebagai Aji Soko, yang silsilahnya konon mengarah ke Nabi Ismail. Untuk Ali, ini bukan sekadar dongeng: narasi ini adalah bagian dari memori kolektif yang diwariskan antar generasi, memperkuat identitas Islam orang Jawa.

Dengan mengangkat klaim ini, Ali membuka diskusi penting tentang bagaimana mitos leluhur, manuskrip tradisional, dan kajian filologi dapat bersinggungan dengan identitas keagamaan dan sejarah komunitas lokal.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K