Orek-Orek (2): Komeng, manusia 5 juta suara

Orek-Orek (2): Komeng, manusia 5 juta suara
Curi start: Komeng dan beberapa anggota DPD terpilih buka puasa bersama dengan Ketua DPD RI LaNyalla M Mattalitti.

Oleh: Budi Puryanto

 

Komeng, komedian top itu tiba-tiba menggebrak dunia politik. Gak kaleng-kaleng, dia mendapatkan suara 5,3 juta lebih. Dia maju sebagai calon anggota DPD RI dari Daerah Pemilihan Jawa Barat. Dan memastikan diri mendapatkan kursi.

Banyak kekagetan yang dibuatnya. Kaget pertama dia menyeberang dari kuadran komedian ke kuadran politik. Tentu saja ekosistemnya berbeda. Sebagai komedian dia dituntut untuk membuat tawa orang banyak. Sebagai politisi, dia tidak boleh lucu.

Kaget kedua, tanpa babibu kampanye, tanpa pasang gambar besar-besaran, dia dapat suara yang wah. Terbanyak di Jabar, mungkin juga di Indonesia. Setidaknya salah satu yang suaranya mengagetkan banyak orang.

Ini fenomena, kalau tidak boleh disebut sebagai anomali. Karena, dengan effort minim, bahkan bisa dikatakan tidak ada effort, dia berhasil tampil beda. Hasilnya sangat, sangat maksimal. 

Bertanam lama

Komeng bukan kebetulan meraih suara besar itu. Sebenarnya dia telah bertanam cukup lama, dan sekarang masa dia panen. Dia terkenal. Disukai masyarakat, karena lawakannya khas. Celotehannya khas, lucu. Bahkan tidak salah kalau dia dijuluki “legend” di dunia lawak.

Sejak tahun 1980-an, saat dia berusia sekitar 19 tahun, dia sudah terjun didunia lawak, dengan bergabung di group lawak top sat itu Diamor, pimpinan Rudi Sipit. Disitu sudah ada Jarwo yang lebih senior. Pendadarannya sebagai pelawak tidak bisa dianggap enteng. Dia harus melawak di acara resepsi pernikahan, secara mendadak dan tiba-tiba. Tanpa dibayar. Hanya untuk mengejar jam terbang. Lalu harus melawak jam 1-2 malam ditempat klub-klub malam, tempatnya orang-orang mabuk.

Untuk menjadi pelawak profesional, dia sangat rajin berlatih, membaca dan menulis. Satu hal kebiasaan bagusnya adalah menuliskan materi-materi lawak yang lucu, lalu dia baca dan dihafal. Untuk mengisi otaknya.

“Apa saja harus bisa dibuat lucu. Lalu saya tuliskan dibuku, dan dibaca. Itu terus saya lakukan sampai saat ini. Sehingga materi lawakan saya sudah banyak tersimpat di otak. Makanya saya cepat merespon, karena otak sudah saya isi banyak materi lelucon,” katanya, saat diwawancarai Rosi Kompas TV.

Strategi dia untuk mempertahankan polularitas sebagai pelawak bisa dibilang hebat. Saat acaranya disukai dan ratingnya tinggi, dia justru menghentikan acara. Meskipun dibayar mahal.

“Saat dipuncak, disukai, ratingnya tinggi, saat itu acara harus dihentikan. Biar orang tidak bosan,” kata Komeng, sembari menyebut contoh acara TV yang dia bidani: Spontan, Wara-wiri, Komeng acak adul, dll.

Pengalaman saya sendiri saat di TPS, untuk memilih calon anggota DPD Dapil Jawa Barat, saya lihat daftar calonnya. Begitu saya lihat nama Komeng ada disitu, nomor 10, saya dan keluarga memilih Komeng. Dasarnya saya seneng. Saya termasuk mengidolakan dia untuk seorang pelawak, disamping Cak Lontong. 

Jadi, disukai karena lawakannya lucu. Terkenal karena sudah lama berkarier dan legend. Itu dasarnya mengapa dia bisa mendulang suara besar. Dan itu, tidak dibangun dalam waktu singkat. Butuh waktu 43 tahun berkarier di dunia lawak. Dia juga dipercaya sebagai Ketua Paski (Persatuan Artis Komedi Indonesia) Jawa Barat beberapa periode.

Ke Senayan “otak tidak kosong”

Kalau diperhatikan saat wawancara dengan berbagai stasiun TV, kita tahu bahwa Komeng ke Senayan dengan “otak tidak kosong”. Meskipun disampaikan dengan cara khas komedian, dia punya misi besar untuk membangkitkan seni budaya Indonesia. Dia mengakui, karena seni budaya yang dia paham dan digelutinya bertahun-tahun. Komeng membayangkan tiap daerah dibangun gedung kesenian. Dibuat pertunjukan rutin dari semua jenis karya seni daerah itu. Seni hidup, seniman hidup, dan masyarakat bahagia.

“Nah, masyarakat yang bahagia, hidupnya akan bersemangat dan kreatif. Itu kunci untk menjadi sejahtera, bahagia,” kata Komeng. Seni budaya juga bisa menjadi komoditas yang menguntungkan bagi negara. Dia mencontohkan Korea. Lagu-lagu K-Pop digandrungi dunia. Drama Korea (Drakor) digemari emak-emak Indonesia dan dunia. Ujungnya, budaya Korea disukai. Pakaian, , makanan, fashion, semua tentang Korea disukai.

Dia juga seorang aktivis mahasiswa. Pernah terlibat aksi demo di gedung DPR MPR. Meskipun dia sampaikan dengan cara canda. “Masak pernah jadi aktivis mahasiswa,” tanya Rosi tidak percaya.

“Hidup saya ini banyak ketidak sengajaan Bu. Dulu masuk HMI, Himpunan Mahasiswa Islam karena tidak sengaja. Di kampus ditulis “10 ribu, 10 hari di villa”, siapa yang tidak mau.Saya pikir apa, saya disiksa disana. Kalau tahu mau dilatih leadership, dan lain-lain, pasti saya tidak mau (masuk HMI),” kata Komeng, disambut ketawa penonton.

“Emang pernah ikut demo juga di DPR,” kejar Rosi.

“Tidak sengaja Bu. Saya naik bis, ternyata bisnya disewa mahasiswa menuju DPR,” jawab Komeng, geerr.

Selamat, Komeng. Masyarakat menunggu anda berkarya melalui DPD RI. Jangan menambah kelucuan lagi di Senayan. Saatnya serius membangun bangsa. Sekali-seklai melawak bolehlah.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K