Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-181)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-181)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi
IX. Nabi Muhammad

Religioustleftlaw.com Lukisan dari sebuah bibiliografi yang mengilustrasikan Muhammad membantu parapimpinan bani di Makkah meletakkan hajar aswad pada Ka’bah.

Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam mengkisahkan kehidupan rumah tangga Muhammad dan Khadijah berlanjut dengan menunjukkan kemulian dan kehormatan, antara lain ditunjukkan dengan bagaimana mereka memperlakukan Zaid. Dari perkawinannya dengan Khadijah Muhammad mempunyai 3 anak laki laki namun semuanya meninggal di usia balita, yaitu Al – Qasim, Ath – Thayib dan Ath – Thahir, serta 4 anak perempuan yaitu 1) Ruqayyah, 2) Zainab, 3) Umm Kultsum, 4) Fatimah. Muhammad tidak membeda bedakan perlakuan antara anak anaknya dengan Zaid bin Haritsah yang berasal dari suku Kalb.

Zaid menjadi budak karena desanya dijarah dan kemudian dia dijual sebagai budak. Zaid mengetahui bahwa ayahnya, yaitu Haritsah masih hidup. Zaid bahkan pernah mengirim pesan kepada bapaknya agar tidak bersusah payah berusaha memerdekakan dirinya, karena dirinya meskipun sebagai budak namun diperlakukan dengan kasih sayang layaknya sebagai keluarga. Namun bapak, paman dan keluarganya tetap datang ke Makkah menemui Muhammad untuk membebaskan Zaid dengan harga sesuai yang diminta Muhammad. Diluar dugaan Haritsah anaknya justru menolak untuk di merdekakan sebagai budak Muhammad, sehingga terjadi perselisihan antara Zaid dengan ayahnya.

Muhammad kemudian membawa Zaid dan Haritsah beserta keluarganya menuju Ka’bah. Di tempat itu kemudian Muhammad membuat pernyataan di depan orang banyak : “ Wahai semua yang hadir ! Saksikanlah bahwa Zaid adalah anakku. Aku ahli warisnya dan ia ahli warisku “. Zaid dengan demikian telah terlepas dari statusnya sebagai budak, menjadi orang yang merdeka dengan status sebagai anak Muhammad. Sejak saat itu Zaid dipanggil dengan Zaid bin Muhammad dan resmi sebagai warga bani Hasyim. Haritsah dengan keluarganya
menerima dengan lega, dan ketika pulang hal itu diceritakan kepada sukunya sebagai suatu peristiwa yang terhormat, yaitu peristiwa adopsi anak dengan didasari rasa kecintaan.

Reputasi Muhammad sebagai Al – Amin semakin dikenal luas, dan mulai menarik perhatian kaum Yahudi, Nashara dan Kristen. Banyak pemimpin pemimpin agama mulai datang ke Makkah mengamati Muhammad dan diam diam mencocokkannya dengan ciri ciri utusan terakhir yang dinubuwahkan dalam kitab mereka yang dikenal dengan beberapa nama yaitu Adonai Dawud, Himda, Ahmad, Peryclitos.

1. Muhammad dilantik menjadi Rasul.

Ibnu Ishaq mengkisahkan, sudah lama terjadi praktik religius penyembahan berhala di Ka’bah yang kemudian menyebabkan munculnya kelompok pencari kebenaran yang disebut kelompok hanifiyyah atau hanif, yaitu kelompok pencari agama Ibrahim. Orang orang arab Makkah mengetahui bahwa Ka’bah dan ibadah haji yang mereka ptaktikkan adalah ritual ajaran leluhur mereka yaitu Ibrahim dan Ismail. Melihat praktik ritual di Ka’bah dan ritual haji yang bermacam-macam serta penyembahan berhala maupun penyembelihan hewan kurban untuk dipersembahkan kepada berhala yang bermacam macam, kelompok ini memahami bahwa telah terjadi penyimpangan yang jauh dari ajaran Ibrahim dan Ismail, dan mereka berusaha mencari kebenarannya.

Anggota kelompok ini antara lain Waraqah bin Naufal bin Abdul Uzza bin Qushay, Ubadillah bin Jahsy bin Ri’ab bin Ya’mar, Utsman bin Al Huwarits bin Asad bin Abdul Uzza bin Abdullah bin Qushay, Zaid bin Amr bin Nufail bin abdul Uzza bin Abdullah bin Qurth. Salah satu anggota Hanfiyyah yang gigih mencari kebenaran ajaran Ibrahim adalah Zaid bin Amr bin Nufail. Dalam puisinya dia pernah mengecam Al – Uzza dan Hubal sebagai sembahan utama orang orang arab. Hal itu menjadi sebab dirinya dianiaya oleh saudaranya sendiri yaitu Al – Khattab. Setelah itu di campakkan di kota Makkah atas di sekitar gua Hira’, namun diam diam kembali ke ka’bah pada malam hari. Ketika ketahuan kemudian diusir dari Makkah. Dirinya dinggap membahayakan agama suku suku arab saat itu.

iamfatima.medium.com Lukisan ilustrasi kelompok hanifiyah sedang diskusi

Zaid bin Amr kemudian pergi menelusuri kebenaran agama Ibrahim ke wilayah Yerusalem dan Syam, melintasi wilayah Al – maushil, berdiskusi dengan pendeta agama yahudi, nashara dan Kristen. Zaid mempelajari agama tersebut namun tidak ada yang memuaskannya. Zaid akhirnya bertemu dengan seorang pendeta Kristen di wilayah al – Balqa’ yang mengatakan :

“Engkau mencari agama yang belum muncul di zaman ini. Tapi ketahuilah telah dekat zaman kemunculan Nabi yang berasal dari negerimu. Ia diutus dengan membawa agama Ibrahim. Kembalilah engkau ke negerimu, karena Nabi itu telah diutus, dan sekarang masa kemunculannya. Setelah memperoleh nasihat tersebut, Zaid kembali pulang ke Makkah, namun ketika baru sampai di wilayah bani Lakhm, dia dibunuh oleh penduduk setempat.

Setelah beberapa lama, Waraqah mendengar kematian sahabatnya tersebut kemudian membuat puisi untuk mengenangnya. Jauh hari kemudian, anak Zaid yaitu Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail, bersama sepupunya yaitu Umar ibn Khattab menghadap Muhammad Rasulullah SAW, kemudian bertanya kepada Rasul “ Bolehkah kita memohonkan ampunan untuk Zaid bin Amr ?”. Kemudian dijawab oleh Rasul “ Boleh. Sungguh, dia akan sendirian sebagai satu umat “.

Muhammad telah berkembang menjadi keluarga kaya dan terhormat karena masyarakat qurays maupun rekan dagangnya sangat percaya pada Muhammad. Semua barang yang dititipkan dipercayakan kepada Muhammad untuk diperdagangkan selalu laku terjual dengan harga yang baik sedang yang hanya untuk disimpan karena pemiliknya pergi dalam waktu lama selalu dalam keadaan aman dan terpelihara dengan baik. Namun demikian, sering kali dalam waktu senggangnya, Muhammad semakin merasakan penyimpangan dalam kehidupan religius kaumnya. Terkadang Muhammad terlibat dalam diskusi dengan kelompok hanifiyah, namun tidak memuaskannya.

Jika sudah tidak ada jawaban atas berbagai keraguan dan kegelisahannya, Muhammad kemudian seringkali melakukan Khalwat (menyendiri) menghindar dari keramaian menyepi merenung di gua hira’ melakukan tahannuts yaitu usaha membersihkan diri dan mencoba mencari tuhan yang direnungkan dan dicarinya. Seringkali Muhammad mengajak istri dan anaknya melakukan tahannuts yang kemudian menjadi salah satu kebiasaannya, jika tidak sedang berdagang.

(bersambung …………)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

2 Responses

  1. เว็บหวย cat888December 12, 2024 at 6:25 am

    … [Trackback]

    […] There you can find 26606 more Info to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-181/ […]

  2. Solana blockchainDecember 16, 2024 at 2:02 am

    … [Trackback]

    […] Find More on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-181/ […]

Leave a Reply