Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-214)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-214)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

Ibnu Isahq berkisah, dari berbagai peristiwa yang dialami Nabi Muhammad dengan kaum Yahudi, dimana pernah berdialog dengan orang Yahudi ahli Taurat di Madinah yaitu Abdullah bin Shuriya, ketika diketahui ada seorang lelaki Yahudi yang masih dalam status menikah kemudian menikah dengan seorang wanita Yahudi yang telah menikah pula, kemudian para rabi Yahudi menyuruh membawa kedua orang itu kehadapan nabi Muhammad dengan maksud mencoba pengetahuan nabi Muhammad. Nabi Muhammad berkata : “ Wahai anak Shuriya, aku bersumpah kepadamu dengan nama Allah, dan dengan hari hari Allah yang ada di bani Israel, tidakkah engkau paham bahwa Allah menetapkan hukum rajam bagi seorang muhshan (lelaki atau perempuan yang telah menikah) yang berzina di dalam taurat ?“. Abdullah bin Shuriyah menjawab : “ Benar, demi Allah, memang demikian ! Ketahuilah wahai Abu Al – Qashim, sesungguhnya orang – orang Yahudi telah tahu bahwa engkau adalah nabi yang diutus, hanya saja mereka dengki padamu “. Abdulah bin Suriya meskipun telah mengatakan seperti itu, tetapi tidak bersegera beriman dan tetap kafir terhadap nabi Muhammad. Atas peristiwa tersebut turun wahyu sebagaimana Qs Al-Maidah 41.

pecihitam.org ilustrasi tentang dialog nabi Muhammad dengan tokoh tokoh yahudi Madinah.

Kaum yahudi meskipun sudah terikat dengan perjanjian Madinah, namun juga masih berbuat dzalim dalam membayar diyat sehingga sering menimbulkan perselisihan. Atas peristiwa tersebut turun wahyu kepada nabi Muhammad sebagai mana Qs Al-Maidah 42. Para rabi yahudi juga berusaha memfitnah dengan cara mendatangi nabi Muhammad untuk minta tolong menyelesaikan persoalan diantara mereka. Mereka bermaksud melecehkan nabi Muhammad yang apabila berusaha menolong, mereka akan beramai ramai menolak pertolongan tersebut. Namun nabi Muhammad menolak permintaan tolong tersebut, hingga kemudian turun wahyu sebagaimana Qs Al-Maidah 49 – 50.

Beberapa rabi Yahudi juga bertanya tentang rasul dan nabi yang diimani nabi Muhammad. Namun ketika nabi Muhammad menyebut nabi ‘Iysaa mereka menolaknya. Atas peristiwa tersebut kemudian turun wahyu sebagaimana Qs Al – Baqarah 136 dan Qs Al – Maidah 59, 68. Bahkan ada diantara kaum yahudi yang berkata kepada nabi Muhammad bahwa Uzair adalah anak Allah, yang hal itu menjadi sebab turunnya wahyu sebagaimana Qs At-taubah 30 – 33. Ada orang – orang yahudi yang membuat marah nabi Muhammad karena bertanya tentang siapa yang menciptakan Allah, sehingga karena peristiwa tersebut kemudian turun
wahyu sebagaimana Qs Al-Ikhlas 1 – 4.

Masih sangat banyak peristiwa yang terjadi pada nabi Muhammad terkait dengan kaum Yahudi dan Kristen, yang menjadi sebab banyak turunnya wahyu kepada nabi Muhammad.

26. Pernikahan dengan Aisyah.

Setelah beberapa lama di Madinah, Nabi Muhammad mengutus Zaid ke Makkah untuk membawa putrinya Ummu Kultsum dan Fatimah ke Madinah. Abu Bakar menitip pesan untuk anaknya Abdullah bin Abu Bakar agar pindah ke Madinah dengan membawa Umm Ruman, Asma’ dan Aisyah, sedang saudara perempuan Abu bakar yaitu Quraybah tetap di Makkah untuk merawat ayahnya yang sudah tua dan buta yaitu Abu Qufafah yang saat itu belum masuk Islam. Quraybah juga belum masuk Islam. Ketika Zaid balik ke Madinah, rombongannya menjadi cukup besar karena Zaid juga membawa istrinya yaitu Umm Ayman dan anak laki lakinya yaitu Usamah bin Zaid, kemudian bersama dengannya adalah romobongan Abdullah bin Abu Bakar dan pamannya yaitu Thalhah dan keluarganya. Thalhah ikut hijrah setelah menjual semua hartanya.

Baca Juga:

Sampai di Madinah, Abu Bakar menikahkan Asma’ dengan Zubayr. Zayd oleh nabi Muhammad dinikahkan lagi dengan Zaynab yang dikenal cantik sepupu Abdullah bin Jahsy. Nabi Muhammad tinggal bersama putri -putrinya di bilik-bilik Masjid Nabawi. Setelah sekitar satu bulan kepindahan Aisyah, diputuskan pernikahan nabi Muhammad dengan Aisyah yang saat itu masih berumur enam tahun. Karena masih kecil, Aisyah belum mengerti jika dirinya telah dinikahkan. Bahkan ketika peristiwa pernikahan tersebut, Aisyah sedang bermain.

Namun Aisyah sudah sangat akrab dengan nabi Muhammad karena nabi sering datang kerumahnya untuk bertemu ayahnya. Aisyah juga mengenal nabi Muhammad sebagai orang yang istimewa karena pernah naik ke langit dan turun lagi. Bahkan Aisyah yang masih kecil juga mengetahui ada keistimewaan nabi Muhammad yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ketika semua orang sedang kepanasan dan dirinya juga kepanasan oleh udara yang terik, namun ketika dirinya dipegang oleh nabi Muhammad dirinya merasa tangannya nabi Muhammad sangat dingin dan menjalarkan rasa dingin ke tubuhnya. Tangan nabi Muhammad juga selalu menebarkan bau harum. Aisyah yang kecil juga melihat sosok nabi Muhammad yang terlihat awet muda dengan matanya yang tajam, rambut dan janggutnya yang hitam mengkilap, tubuh tegap seperti tubuh anak anak muda. Setelah pernikahan itu, Aisyah tinggal di rumah nabi Muhammad yang letaknya sangat dekat. Sehari hari teman temannya bermain datang kerumahnya. Namun Nabi Muhammad belum menggaulinya hingga umur sembilan tahun ketika Aisyah sudah mengalami haid.

Suatu ketika, kota Madinah terserang wabah penyakit. Banyak kaum muslim yang terserang wabah termasuk Abu Bakar. Ketika Aisyah mengunjungi ayahnya, dilihatnya ayahnya tergelak dalam keadaan demam parah sehingga kadang mengigau. Aisyah yang belum mengerti tentang bahayanya wabah bertanya kepada ayahnya mengapa ayahnya tergolek lemah tak berdaya. Karena Aisyah belum mengerti, Abu Bakar menjawab dengan dua baris puisi yang tidak dimengerti oleh Aisyah namun dapat dihafalnya. Ketika pulang, Aisyah menceritakan keadaan ayahnya kepada nabi dan menirukan puisi ayahnya. Mendengar cerita Aisyah, nabi Muhammad kemudian berdo’a memohon agar menjadikan Madinah menjadi tempat yang nyaman, di karuniai air dan buah buahan sebagaimana Makkah dan menjauhkan wabah yang melanda sejauh Mahya’ah. Allah mengabulkan do’a nabi Muhammad, dan penduduk Madinah yang terserang wabah kemudian sembuh dan sehat kembali.

Aisyah meskipun masih kanak kanak, tapi perjodohannya dengan nabi Muhammad disampaikan oleh Malaikat Jirbil kepada nabi. Oleh karena itu Aisyah menjadi terpelihara kemuliaannya. Perkataan atau pertanyaan Aisyah kepada nabi Muhammad sering menjadi sebab turunnya wahyu Allah kepada nabi Muhammad. Sebaliknya Aisyah adalah satu satunya wanita yang menjadi saksi atas turunnya banyak wahyu kepada nabi Muhammad dikala hanya berdua dirumah. Banyak hadist nabi Muhammad yang sumbernya dari Aisyah.

27. Klaim wilayah dan jalur perdagangan Madinah.

Karena aktifitas perdagangan, jika kabilah kaum muslim Madinah bertemu dalam suatu perjalanan dengan kabilah dagang Qurays Makkah bisa terjadi konflik berdarah. Kota Madinah juga sangat mungkin terlibat konflik berdarah dengan kota Makkah. Atas kemungkinan tersebut, telah turun wahyu kepada nabi Muhammad sebagaimana Qs Al-Hajj 39 – 40 : Diizinkan (berperang) bagi orang orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah didzalimi. Dan sungguh Allah Maha Kuasa menolong mereka itu, yaitu orang orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata – Tuhan kami hanyalah Allah –“. Dengan wahyu tersebut, maka Allah yang memerintahkan untuk perang kepada kaum muslim ketika mereka diperangi karena mereka adalah kaum yang menyatakan bahwa Allah adalah satu satunya Tuhan dan kemudian terusir dari kampung halamannya, terampas mata pencahariannya.

Pada bulan bulan musim semi dan panas adalah bulan ketika kaum Qurays berdagang ke wilayah Syam, yang akan melewati jalur perdagangan kota Madinah. Sebagai lazimnya suatu kota, Madinah harus diuntungkan dengan kegiatan perdagangan yang melalui wilayahnya. Suatu ketika dan untuk pertama kalinya, nabi Muhammad menyiapkan pasukan ekspedisi dari kaum muhajirin tanpa melibatkan kaum anshar. Mungkin karena akan menghadapi saudara saudara kaum muhajirin dari kaum qurays Makkah, kemudian nabi Muhammad membentuk pasukan ekspedisi tanpa menyertakan kaum anshar.

Pasukan ekspedisi yang menunjukkan bahwa Madinah telah menjadi suatu negeri yang mempunyai pemerintahan yang harus ditaati oleh kabilah yang memasuki wilayahnya. Pasukan ekspedisi ini dipimpin oleh Ubaidah bin Al-Harits bin Al-Muthalib bin Abdu Manaf bin Qushay, dengan jumlah pasukan sekitar enam puluh orang.

(bersambung ………………)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K