Tulisan berseri ini diambil dari buku menarik berjudul “Rihlah Peradaban, Perjalanan Penuh Makna di Turki dan Spanyol” yang ditulis oleh Biyanto, Syamsudin, dan Siti Agustini. Ketiganya adalah fungsionaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Buku ini mengisahkan perjalanan di Turki dan Spanyol, dua tempat yang penuh dengan memori kejayaan Islam dimasa lalu. Buku ini sangat menarik. Selamat mengikuti serial ini.
SERI-11
Kota Bursa tergolong daerah kuno dan sangat bersejarah bagi Kesultanan Turki Utsmani. Seperti diketahui, Kesultanan Turki Utsmani pernah menguasai hampir sepertiga belahan dunia. Daratan Eropa, Afrika, dan Asia pernah menjadi daerah taklukan Turki Utsmani. Hanya benua Amerika yang belum terjamah kekuasaan Turki Utsmani. Dari berbagai sumber sejarah dikatakan bahwa Kota Bursa merupakan ibukota pertama
kekaisaran Turki Utsmani.
Ada juga sumber yang menyatakan bahwa sebelum Kota Bursa, ibukota Dinasti Turki Utsmani adalah Sogut. Ibukota Turki Utsmani kemudian pindah ke Adrianopel. Pada akhirnya, dinasti Turki Utsmani menetapkan Konstantinopel sebagi ibukota. Nama Konstantinopel, Ibu Kota Byzantium, kemudian berubah menjadi Istanbul.
Wilayah Konstantinopel pada mulanya merupakan bagian dari kekuasaan Kekaisaran Romawi atau Byzantium. Setelah Kaisar Mahmud II mampu menaklukkan Konstantinopel pada 1453, maka sejak itu pula bentuk kekaisaran berubah menjadi kesultanan.
Kota Bursa adalah sebuah kota di barat laut Turki dan pusat administrasi Provinsi Bursa. Kota Bursa menjadi salah satu pusat industri negara. Sebagian besar produksi otomotif Turki berada di Bursa. Kota Bursa dikelilingi oleh Balikesir di sebelah barat, Izmit, Yalova dan Istanbul di bagian utara, Bilecik dan Adapazari di bagian timur serta Eskisehir dan Kutahya di bagian Selatan.
Baca Juga:
- Rihlah Peradaban, Perjalanan Penuh Makna Di Turki Dan Spanyol (Seri-9): Makam Abu Ayyub al Anshari
- Rihlah Peradaban, Perjalanan Penuh Makna Di Turki Dan Spanyol (Seri-10): Identifikasi Batu Nisan
Penduduk kota Bursa berjumlah sekitar 3.200.000 jiwa (data 2022). Bursa menjadi kota terbesar keempat di Turki setelah Istanbul, Ankara, dan Izmir. Luas Kota Bursa mencapai 11.034 m2. Pada era Turki modern sekarang ini, Bursa menjadi kota terus berkembang. Bahkan, Bursa sukses meraih penghargaan sebagai kota paling layak huni ke-12 di dunia.
Jejak Peradaban
Sejumlah jejak peradaban Islam masa lalu yang tetap terjaga dengan baik di Kota Bursa. Jika Anda berwisata ke Turki dan mengunjungi kota Bursa, maka disarankan untuk tidak melewatkan beberapa destinasi menarik, diantaranya: Pertama adalah Green Tomb (Makam Hijau).
Makam Hijau merupakan ikon terkenal dari Kota Bursa. Tempat peristirahatan terakhir Sultan kelima Kekaisaran Utsmaniyah, Mehmed I, ini memiliki arsitektur bangunan yang sangat cantik dengan ubin hijau pada interiornya.
Makam ini terletak di kompleks Yeşil Cami atau Masjid Hijau. Masjid ini dibangun pada 1422 yang kemudian dianggap sebagai contoh terbaik dari gaya arsitektur Ottoman yang dikembangkan demi menggantikan gaya Seljuk.
Kedua adalah Grand Mosque of Bursa (Masjid Agung Bursa). Masjid Agung Bursa adalah destinasi utama yang tak boleh dilewatkan tatkala rihlah di kota tua ini. Masjid bergaya Seljuk yang sudah dibangun sejak akhir abad ke-14 ini memiliki arsitektur menawan.
Letaknya yang berada di kawasan pasar wisata Bursa menjadikan masjid ini selalu ramai dipenuhi pengunjung, baik untuk beribadah ataupun sekedar mengagumi keindahannya. Masjid ini cukup populer karena memiliki 20 kubah yang bercahaya ketika malam hari tiba.
Nama lain Masjid Agung Bursa adalah Masjid Hijau (Green Mosque). Masjid Agung Bursa merupakan satu dari tiga masjid yang terkenal di Kota Bursa. Dua masjid lainnya adalah Masjid Alaaddin Bey dan Masjid Orhan Gazi.
Meski begitu, Masjid Agung Bursa tetap istimewa. Masyarakat menyebutnya Masjid Ulu Jami. Masjid ini tergolong yang terbesar di Bursa dan merupakan landmark dari arsitektur Turki Usmani awal yang menggunakan banyak elemen dari arsitektur Seljuk. Masjid ini terletak di pusat kota tua Bursa di Ataturk Boulevard (Republika, 18 November 2019).
Selain Masjid Hijau, di kompleks ini juga ada Makam Hijau. Makam Hijau merupakan tempat pemakaman keluarga Dinasti Turki Utsmani dan para abdi dalemnya. Begitu banyak situs bersejarah yang ada di kompleks Masjid Hijau, hingga kota tua ini termasuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO. Kompleks ini menjadi salah satu komponen dari Situs Warisan Dunia “Bursa dan Cumalikizik: Kelahiran Kekaisaran Ottoman” pada tahun 2014 (Rayhaber, 14 Oktober 2022).
Selain dua destinasi utama tersebut, kota Bursa sejatinya masih memiliki tempat yang layak dikunjungi, yakni: (1) Central Bazaar. Central Bazaar merupakan pasar bersejarah yang hingga kini masih menjadi pusat perbelanjaan hingga kuliner utama di kota Bursa. Gang-gang kecil yang diapit bangunan tua abad pertengahan menjadi pemandangan terbaik dan daya tarik tersendiri.
(2) Turkish and Islamic Art Museum. Terletak di sebuah kompleks bangunan bekas madrasah pada 1419, Turkish and Islamic Art Museum bisa menjadi destinasi wisata edukasi terbaik di Bursa.
(3) Uludağ Teleferik. Menjadi salah satu kereta gantung terpanjang di dunia, Uludağ Teleferik melintas di atas lereng Uludağ dengan panjang jalur 8,2 kilometer. Jika kita menaiki kereta ini, kita akan disuguhkan pemandangan spektakuler kota Bursa dari atas di sepanjang perjalanan.
Mengunjungi Kota Bursa
Rombongan Rihlah Peradaban beruntung bisa mengunjungi Kota Bursa pada Kamis (13 Oktober 2022). Dengan mengendarai bus wisata, perjalanan dari Istanbul ke Bursa ditempuh selama sekitar tiga jam. Kami sangat menikmati perjalanan ini.
Di tengah perjalanan bus, secara bergantian Dr Syamsudin dan Prof Achmad Jainuri menyampaikan kesan-kesan penting dalam Rihlah Perdaban di Turki. Pak Syam, sapaan akrab Dr Syamsudin, yang kaya bacaan menceritakan pengalaman tatkala mengunjungi kompleks Masjid Hagia Sophia.
Pengalaman itu dipadukan dengan bacaan dari banyak referensi sehingga menjadi cerita menarik. Sementara Pak Jain, sapaan akrab Prof
Jainuri, menambahi perspektifnya terhadap sejarah peradaban Islam. Menurut Pak Jain, puncak peradaban Islam sangat potensial terkembali. Itu karena umat Islam dan dunia Islam memiliki modal yang sangat memadai untuk mewujudkan renaissance peradaban.
Tetapi, itulah yang ditakuti dunia Barat. Perjalanan ke kota tua Bursa pun seakan menjadi perkuliahan tentang sejarah peradaban Islam dari dua dosen yang sangat otoritatif di bidangnya. Hingga tanpa terasa, rombongan sampai di Masjid Hijau Kota Bursa. Rombongan sempat shalat jamak qashar Duhur dan Ashar di masjid yang sangat indah ini.
Setelah puas menyaksikan dan mendokumentasikan jejak peradaban di
kompleks Masjid Hijau dan Makam Hijau, rombongan kembali ke tempat menginap selama di Istanbul, yakni Hotel Parkinn by Radisson. Esok harinya, Jumat pagi (14 Oktober 2022), rombongan Rihlah Peradaban bergerak ke Madrid untuk menuntaskan sejumlah agenda yang menanti di Negeri Matador, Spanyol.
Dari bandara internasional Sabiha Gokcen Istanbul, rombongan menuju bandara internasional Adolfo Suares Barajas Madrid. Perjalanan udara dengan maskapai Pegasus itu ditempuh selama kurang lebih 3,5 jam. Rombongan akhirnya sampai di Madrid pada sore hari dengan selamat. !
EDITOR: REYNA
Related Posts

Perihal Donasi Soros Untuk Kampaye Zohran

Perubahan iklim akan berdampak parah pada ekonomi dan keamanan Belgia

Kemenangan Zohran Mamdani Bukan Simbolis Tapi Transformasional

Laporan rahasia AS menemukan ‘ratusan’ potensi pelanggaran hak asasi manusia Israel di Gaza

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang

Prancis dan Spanyol menuntut pembatasan hak veto PBB untuk memastikan keadilan di Gaza

Mesir sepakat dengan Iran, AS, dan IAEA untuk melanjutkan perundingan guna menemukan solusi bagi isu nuklir Iran

Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mencalonkan diri sebagai Sekretaris Jenderal PBB

Laporan PBB: Sebagian besar negara gagal dalam rencana iklim yang diperbarui

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon







No Responses