Serangan Terbesar Dalam Sejarah

Serangan Terbesar Dalam Sejarah

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Ahmad Cholis Hamzah

Dunia dibuat geger dengan serangan besar-besaran pihak Iran ke Israel pada hari Sabtu tanggal 13 April 2024. Disebut besar-besaran karena tidak hanya Iran yang melakukan serangan itu namun bersamaan pula pihak Houthi di Yaman, Hisbullah di Libanon, Siria dan Iraq melancarkan serangan ke Israel. Ini merupakan a coordinated attack atau serangan yang terkoordinasi.

Serangan itu berskala besar juga dalam hal senjata yang digunakan, berbagai media menyebutkan Iran melancarkan serangan “ratusan” drone ke wilayah Israel. Sementara pemeritah Israel menyebutkan ada lebih dari 300 drone Iran yang menghantam Israel. Richar Medhurstaktivis dari London kelahiran Damaskus Siria malah menyebutkan bahwa jumlah drone Iran dan sekutunya itu mencapai 500. Karena itu ada yang mengatakan bahwa ini adalah merupakan serangan terbesar dalam sejarah.

Serangan itu dilakukan dalam tiga gelombang, pertama Iran mengirim ratusan drone, Hesbollah di Lebanon, Siria dan Irak juga mengirim drone. Gelombang kedua lebih banyak drone diluncurkan dan terakhir gelombang ke tiga Iran meluncurkan “ballistic missiles” atau rudal balistik jarak jauh yang bisa menjangkau jarak Iran – India atau Iran- Israel.

Ratusan drone itu diluncurkan merupakan taktik Iran untuk menerobos sistim pertahanan udara canggih milik Israel yang dibangun Amerika Serikat seperti Iron Dome atau Kubah Besi yang dirangcang untuk menghalau dan menghancurkan roket jarak pendek, lalu lapisan pertahanan Israel berikutnya adalah David Sling atau “Ketapel Daud” yang berfungsi mencegat roket dan terakhir Arrow yang merupakan rudal kelas dunia.

Kalau drone atau roket yang diluncurkan Iran dan sekutunya itu cuma satu-satu maka tentu akan jatuh dirontokkan ketiga sistem pertahanan udara Israel itu. Namun bila ratusan yang diluncurkan maka meskipun ada beberapa yang dicegat atau dihancurkan Israel, ada beberapa yang lolos menembus pertahanan udara canggih Israel itu. Taktik ini tentu memperhitungkan timing yang teliti dan tepat serta presisi yang tinggi. Ada celah sekian detik dari pertahanan udara Israel maka masuklah roket atau drone nya Iran itu.

Iran dalam surat resminya kepada sekretaris Jendral PBB mengatakan bahwa itu bukan serangan, namun merupakan tindakan self-defence atau mempertahankan diri akibat dari serangan Israel ke wilayah kedaulatannya. Jadi itu merupakan “retaliatory attacks” atau serangan balasan atas serbuan tentara Israel ke gedung Konsulat Iran yang bersebelahan dengan gedung Kedutaan Besarnya.

Seperti diketahui dunia digegerkan dengan serangan udara tentara Israel IDF pada tanggal 1 April 2024 yang menghancurkan gedung konsulat Iran yang bersebelahan dengan kantor Kedutaan Besar Iran di ibukota Damaskus Siria, menewaskan sedikitnya tujuh pejabat termasuk Mohammed Reza Zahedi, seorang komandan tinggi di Pengawal Revolusi elit Iran (IRGC), dan komandan senior Mohammad Hadi Haji Rahimi, menurut Kementerian Luar Negeri Iran.

Karena itu Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) mengkonfirmasi serangan tanggal 13 April itu, dimana pihaknya meluncurkan drone dan rudal di bawah Operasi True Promise sebagai bagian dari hukuman atas “kejahatan entitas Zionis yang menargetkan konsulat Iran di Suriah” pada 1 April.

Sekutu abadi Israel Amerika Serikat, dibantu Inggris dan Perancis mengirimkan kapal-kapal perang ke wilayah Israel untuk membantu negeri Zionis ini mencegat serangan rudal Iran. Ketiga negara besar ini mengutuk serangan Iran itu dan menjadikannya Iran sebagai negara Agresor, namun mereka diam seribu bahasa ketika Konsulat Iran di Damaskus Siria dibom oleh Israel dimana tindakan Israel ini jelas-jelas melanggar peraturan dan hukum internasional.

Kalau eskalasi berbahaya ini tidak dihentikan maka dikhawatirkan akan dimulainya Perang Dunia III di kawasan Timur Tengah karena akan ada banyak negara terlibat didalamnya.

Editor : Reyna
Artikel sama dimuat di Optika.id

Last Day Views: 26,55 K