Soegianto: Knowledge is Not Knowingness

Soegianto: Knowledge is Not Knowingness
Soegianto, Pengajar di Universitas Airlangga Surabaya

Oleh: Soegianto@fst.unair.ac.id

 

Dalam dunia yang semakin kompleks dan terhubung, kita sering kali mengagungkan pengetahuan sebagai sumber utama kekuatan dan kebijaksanaan. Namun, ada perbedaan mendasar antara pengetahuan (knowledge) dan knowingness, yang perlu kita pahami untuk menjalani kehidupan dengan lebih bijaksana. Mengetahui sesuatu melalui pengetahuan sering kali terjebak dalam kerangka berpikir teknis, sementara knowingness, atau kesadaran intuitif, menawarkan cara pandang yang lebih dalam dan holistik terhadap kehidupan.

Pengetahuan: Pedang Bermata Dua

Pengetahuan adalah alat yang sangat kuat. Melalui pendidikan formal, penelitian, dan pengalaman, kita mengumpulkan informasi yang dapat diverifikasi dan diuji kebenarannya. Pengetahuan membantu kita memahami dunia fisik, memecahkan masalah teknis, dan membuat keputusan berdasarkan data dan logika. Namun, ada batasan yang jelas pada pengetahuan. Pengetahuan sering kali bersifat fragmentaris, hanya mencakup aspek-aspek tertentu dari kenyataan yang dapat diukur dan dianalisis.

Terjebak dalam Pengetahuan

Ketika kita terlalu bergantung pada pengetahuan, kita dapat terjebak dalam pola pikir analitis yang kaku. Kita mulai melihat segala sesuatu dalam kehidupan sebagai masalah yang harus dipecahkan, sering kali menggunakan metode teknis yang sama yang berhasil dalam konteks terbatas. Misalnya, dalam dunia kerja, kita mungkin berhasil menyelesaikan masalah teknis dengan pengetahuan kita, tetapi ketika menghadapi tantangan emosional atau moral, pendekatan ini sering kali gagal.

Terlalu Terjebak dalam Berpikir

Selama ini, kita sangat terjebak dengan pola berpikir untuk menyelesaikan masalah, tanpa banyak melatih knowingness. Berpikir dan analisis logis telah menjadi cara utama kita untuk menghadapi tantangan hidup. Sistem pendidikan dan lingkungan profesional kita menekankan pentingnya pengetahuan teknis dan keterampilan berpikir kritis, yang memang sangat bermanfaat. Namun, hal ini sering kali membuat kita mengabaikan kekuatan intuisi dan knowingness.

Dalam menghadapi masalah kehidupan yang kompleks dan tidak selalu rasional, seperti hubungan pribadi, pencarian makna, dan kesejahteraan emosional, knowingness menawarkan pendekatan yang lebih mendalam. Berpikir semata-mata melalui lensa pengetahuan dapat membuat kita kehilangan pandangan akan aspek-aspek kehidupan yang tidak dapat diukur atau dianalisis dengan mudah. Hubungan antarmanusia, tujuan hidup, dan makna eksistensial adalah contoh-contoh dari hal-hal yang tidak dapat sepenuhnya dipahami melalui pengetahuan teknis.

Knowingness: Jalan Menuju Kebijaksanaan

Knowingness, atau kesadaran intuitif, adalah bentuk pemahaman yang berbeda. Ini adalah kesadaran mendalam yang datang dari dalam diri kita, sering kali tanpa bukti yang jelas atau logika yang dapat dijelaskan. Knowingness melibatkan perasaan, intuisi, dan kesadaran akan hal-hal yang lebih besar dari sekadar fakta-fakta terpisah.

Misalnya, seseorang mungkin memiliki knowingness bahwa hubungan tertentu tidak sehat bagi mereka, meskipun semua tanda-tanda eksternal mungkin tampak baik-baik saja. Ini adalah jenis kesadaran yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya dengan pengetahuan teknis tetapi sangat nyata dan bermakna bagi individu yang mengalaminya.

Mengapa Kita Harus Menghargai Knowingness

Menghargai knowingness tidak berarti kita harus mengabaikan pengetahuan. Sebaliknya, kita perlu memahami kapan harus mengandalkan pengetahuan teknis dan kapan harus mendengarkan intuisi kita. Pengetahuan sangat penting untuk menyelesaikan masalah teknis, seperti memperbaiki mesin, menyusun anggaran, atau merancang bangunan. Namun, untuk menghadapi tantangan kehidupan yang lebih mendalam, seperti menemukan makna hidup, membangun hubungan yang sehat, dan mencapai kebahagiaan, kita perlu melibatkan knowingness.

Antara Pengetahuan dan Knowingness

Untuk mencapai kehidupan yang seimbang dan bermakna, kita perlu mengintegrasikan pengetahuan dan knowingness. Ini berarti kita menggunakan pengetahuan untuk menangani aspek-aspek teknis dari kehidupan sambil tetap terbuka terhadap intuisi dan kesadaran mendalam untuk menghadapi tantangan yang lebih kompleks dan subjektif.

Sebagai contoh, dalam pengambilan keputusan besar, seperti memilih karir atau pasangan hidup, penting untuk tidak hanya bergantung pada data dan logika, tetapi juga mendengarkan suara hati dan intuisi kita. Knowingness memberi kita pandangan yang lebih holistik dan terintegrasi tentang kehidupan, membantu kita membuat keputusan yang lebih bijaksana dan bermakna.

Kesimpulan

“Knowledge is not knowingness” mengingatkan kita bahwa meskipun pengetahuan teknis sangat penting, ia bukanlah satu-satunya bentuk pemahaman yang kita butuhkan. Untuk menjalani kehidupan yang penuh makna dan kebijaksanaan, kita harus menghargai knowingness—kesadaran intuitif yang memberikan pandangan lebih dalam tentang diri kita dan dunia di sekitar kita. Selama ini, kita terlalu terjebak dalam berpikir untuk menyelesaikan masalah, tanpa banyak melatih knowingness. Jangan terjebak dalam berpikir bahwa pengetahuan teknis adalah jawaban untuk semua masalah kehidupan. Sebaliknya, peliharalah komposisi yang baik antara pengetahuan dan knowingness untuk mencapai kebijaksanaan sejati.

Sementara berfikir itu hanya untuk masalah teknis bukan untuk menyelesaikan masalah kehidupan.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K