Oleh : Agus Mualif Rohadi
IX. Nabi Muhammad
Disisi lain, kaum para rabbi yahudi di kota kota jazeerah Arabiya mulai dari Sana’a, Najran di Yaman, kemudian di Makkah, Yatsrib, Khaybar hingga Tabuk dan Dumatul Jandal di wilayah utara, bahkan di Busra di Syam dekat Damascus, sering kali mereka berbicara pada penduduk Arab maupun sesama kaum yahudi, bahwa sudah dekat waktunya akan turun nabi terakhir.
Ibnu Ishaq mengkisahkan yang kisahnya berasal dari Ashim bin Umar bin Qatadah dimana penduduk arab mengetahui dari para rabbi yahudi yang berkata berdasar kitab sucinya, menjuluki penduduk arab sebagai kaum musyrik. Para rabbi yahudi mengatakan bahwa sebentar lagi akan muncul nabi terakhir, yang bersama nabi tersebut kaum yahudi akan memerangi kaum musyrik dan membunuhnya seperti membunuh kaum Aad dan Iram. Rabbi yahudi sebelum kedatangan nabi Muhammad, di kota Yatsrib sering berkhutbah kepada kaum arab yang musyrik tentang hari kiamat, hari kebangkitan, hitungan amal, surga dan neraka, sambil tangannya menunjuk arah datangnya nabi terakhir yaitu arah Makkah. (Namun ketika ternyata nabi tersebut muncul dari kaum arab, lalu kami segera menghadap dan beriman kepada beliau, sedang mereka, kaum yahudi tetap kafir).
Ibnu Ishaq juga berkisah tentang riwayat Salman al – Farisi dengan pendeta Kristen. Salman adalah orang dari sebuah desa Persia yang awalnya beragama majusi. Pekerjaannya sehari hari adalah menunggu api yang harus terus menyala untuk disembah. Suatu ketika, ayahnya menyuruhnya menggantikan pekerjaan mengolah ladang, dalam perjalanan pulangnya dia tertarik ketika mendengar suara orang Kristen sedang shalat. Di Persia kebanyakan Kristen Nestorian. Dia kemudian berdialog dengan pendeta Kristen sehingga membuatnya terlambat pulang kerumah. Di rumah, dia menceritakan apa yang dialaminya kepada ayahnya yang kemudian menjadi takut anaknya berganti agama sehingga mengurungnya di rumah. Suatu ketika ketika datang pedagang beragama Kristen dari Syam yang melewati rumahnya, dan dia melihat itu sebagai kesempatan dirinya melarikan diri dari rumah ikut rombongan dagang dari Syam tersebut.
Ketika sampai di Syam dia bertanya kepada rombongan dagang tersebut mengenai siapa yang paling paham dengan agama Kristen, yang dijawab yang paling mengerti adalah Uskup Syam. Kemudian Salman mendatangi Uskup dan menyampaikan maksudnya untuk belajar agama Kristen dan memohon dapat mengabdi pada uskup Syam. Permohonannya diterima. Namun Salman kecewa dengan Uskup Syam yang lebih mementingkan kehidupan pribadinya yang kerjanya hanya menumpuk harta untuk dirinya saja. Ketika uskup tersebut meninggal dan digantikan uskup yang baru, Salman merasa menemukan orang yang dicarinya. Uskup baru tersebut hidupnya taat pada agama dan harta yang diperolehnya lebih banyak digunakan untuk melayani dan mengembangkan agamanya. Salman tinggal dalam waktu yang lama, dan ketika uskup tersebut akan meninggal, Salman bertanya lagi kepada siapa dia harus ikut untuk lebih memperdalam ilmu agamanya. Uskup tersebut menunjukkan seseorang yang tinggal di al Mausil.
Baca Juga:
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-180)
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-181)
Salman pun pergi ke al Mausil dan kemudian ikut pada orang yang ditunjukkan uskup tersebut. Namun tidak lama kemudian orang tersebut meninggal dan sebelumnya menyuruh Salman pergi agar ikut uskup di Nashibin. Namun ketika telah bertemu, tidak lama kemudian uskup tersebut meninggal, dan sebelum meninggal memerintahkan Salman ikut pada uskup di Ammuriyah yang masuk wilayah Romawi. Salman pun ikut pada uskup tersebut.
Namun tidak lama kemudian, ketika uskup tersebut akan meninggal, berkata kepada Salman, yaitu : “ Anakku, demi Allah, aku tidak tahu apakah kini masih ada orang-orang yang seperti kita yang bisa aku perintahkan engkau pergi kepadanya. Namun demikian kini telah dekat kedatangan seorang nabi. Ia diutus dengan membawa agama Ibrahim a.s. dan akan muncul di negeri Arab. Tempat hijrahnya adalah daerah diantara dua tanah berbatu hitam dan diantara dua daerah tersebut terdapat banyak sekali pohon kurma. Nabi tersebut mempunyai tanda tanda yang tidak mungkin bisa disembunyikan, ia menerima hadiah dan tidak menerima sedekah. Diantara kedua bahunya terdapat stemple kenabian. Jika engkau sanggup pergi ke negeri tersebut, pergilah !”.
Uskup tersebut menyebutkan keadaan umum kaumnya saat itu, yang tidak terlampau mempunyai kepedulian untuk mengamati dan mencari kebenaran hakiki yang akan dibawa oleh nabi baru, sedang waktu kedatangannya sudah dekat. Uskup tersebut bahkan menunjukkan ciri-ciri tempat hijrahnya nabi baru tersebut. Hijrah memang merupakan salah satu fenomena kenabian sejak masa nabi Ibrahim, bahwa semua nabi akan menngalami peristiwa hijrah.
Salman pun pergi ke arab mengikuti kafilah dagang ke Arabiya dengan memberikan lembu dan kambingnya agar dapat mengikuti rombongan tersebut. Namun ketika sampai di lembah wadi Al – Qura’, Salman di khianati rombongan dagang tersebut dan dijual pada orang yahudi bani quraidzah dari yatsrib. Salman akhirnya menjadi budak orang yahudi bani quraidzah.
Dari perjalanan Zaid dan Salman tersebut, dapat di pahami bahwa dua orang tersebut pergi dari negerinya untuk menuntut dan mencari agama yang benar yang kemudian bertemu dengan pemuka agama yahudi dan Kristen namun kedua agama yang ditemuinya itu belum juga memuaskan kebenaran yang mereka cari. Salman beberapa kali ikut uskup Kristen, yang para uskup tersebut mempunyai jalur atau sanad ilmu yang sama dan mempunyai kitab yang sama yang meyakini akan datangnya nabi terakhir yang masa kedatangannya telah hampir tiba. Nabi tersebut mempunyai tanda tertentu di badannya dan akan muncul di negeri Arabiya atau orang Arabiya, dan akan hijrah disuatu tempat dengan ciri ciri tertentu. Dalam akhir perjalanan pencariannya tersebut, Salman sampai ke Yatsrib untuk menunggu kedatangan nabi terakhir dan perjalanannya menjadi terhenti di Yatsrib karena dirinya menjadi budak yang tidak mungkin dirinya bisa memerdekakan dirinya sendiri, kecuali jika dimerdekakan oleh tuannya atau dimerdekakan oleh orang lain.
Ibnu Ishaq berkata sesuai dengan yang dikatakan Abdul Malik bin Ubaidillah bin Abu Suf bin Al – Ala’ bin Jariyah Ats – Tsaqafi bahwa “ Sesungguhnya Rasulullah SAW, ketika Allah berkehendak memuliakannya dan menganugerahkan kenabian padanya, dan beliau ingin keluar untuk buang hajat, beliau pergi ketempat yang jauh dari rumah rumah penduduk hingga berhenti di Syi’ab Makkah, dan lembah lembahnya. Dan tidaklah sekali kali Rasulullah melewati sebongkah batu dan sebatang pohon kecuali keduanya pasti berkata Assalamu’alaika ya Rasulullah, sehingga membuatnya menoleh kesekitarnya, kanan dan kiri dan belakang namun tidak melihat apapun kecuali pohon dan batu. Keadaan tersebut terus berlanjut dalam mimpinya dan mendengar salam hingga Jibril (Namus) datang menemui beliau di Gua Hira’.
Ibnu Ishaq berkata dari Wahb bin Kaisan yang bercerita kepadanya bahwa Ubaid berkata, ketika nabi Muhammad berumur empat puluh tahun, pada bulan ramadhan di gua Hira’ bersama Khadijah istrinya. Malam itu malaikat Jibril datang dengan membawa perintah Allah menemui Muhammad. Rasulullah bersabda “ Jibril mendatangiku saat aku tidur dengan membawa secarik kain sutera yang terdapat ditulisan “. Kemudian malaikat Jibril berkata “Bacalah ! “. Aku menjawab “ Aku tidak bisa membaca “. Malaikat Jibril mendekapku dengan kain sutera tersebut hingga aku merasa seolah – olah sudah mati kemudian ia melepasku dan berkata “ bacalah ! “ . Aku menjawab “ Apa yang mesti aku baca ? “Malaikat Jibril mendekapku lagi dengan kain sutera itu hingga aku merasa seolah olah sudah mati, kemudian ia melepasku kembali dan berkatab” bacalah ! “. Aku berkata “ Apa yang mesti aku baca ? “Jibril kembali mendekap dengan sangat kencang dengan kain sutera tersebut hingga aku merasa seolah olah sudah mati, kemudian ia melepasku, dan berkata “bacalah !”. Aku berkata “ Apa yang mesti aku baca ? “. Aku katakan itu dengan harapan ia melepasku sebagaimana sebelumnya ia lakukan terhadap diriku. Lalu ia berkata :
(bersambung ……………)
EDITOR: REYNA
Related Posts

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Novel “Imperium Tiga Samudra” (13) – Perang Senyap Mata Uang

Novel “Imperium Tiga Samudra” (12) – Meja Baru Asia

Novel “Imperium Tiga Samudra” (11) – Dialog Dibawah Menara Asap

Novel “Imperium Tiga Samudra” (9) – Prometheus

Novel Imperium Tiga Samudra (8) – Horizon 3

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Novel Imperium Tiga Samudara (7)- Kapal Tanker di Samudra Hindia

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Seni Tergores, Komunitas Bangkit: Bagaimana Dunia Seni Indonesia Pulih Usai Protes Nasional




สมัครเว็บตรง168October 23, 2024 at 10:15 am
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-182/ […]
click nowJanuary 4, 2025 at 4:32 pm
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-182/ […]