Suteki: Waspada, Keturunan PKI Dapat Menjadi Anggota TNI. Inikah Strategi Moderasi Komunisme Dalam Kebijakan Publik?

Suteki: Waspada, Keturunan PKI Dapat Menjadi Anggota TNI. Inikah Strategi Moderasi Komunisme Dalam Kebijakan Publik?
Pierre Suteki

Keempat, penerbitan SKKPH oleh Komnas HAM

Antaranews.com Jatim 1 Oktober 2019 memberitakan bahwa Yayasan Pusat Kajian Komunitas Indonesia atau “Center for Indonesian Community Studies” (CICS) menyatakan keberatan terhadap penerbitan Surat Keterangan Korban Pelanggaran HAM (SKKPH) bagi orang-orang eks-Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketua CICS Arukat Djaswadi kepada wartawan di Surabaya menjelaskan SKKPH bagi orang-orang eks-PKI disetujui untuk diterbitkan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). 

CICS khawatir SKKPH yang telah diterbitkan nantinya dibawa ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan selanjutnya bisa menjadi jalan bagi PKI untuk kembali mendapatkan legitimasi di Indonesia. 

Menurut pengakuan Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965 Bedjo Untung, sampai hari ini sudah 3.000-an SKKPH yang diterbitkan. CICS, lanjut Arukat, mempertanyakan konsekuensi dari SKKPH yang telah diterbitkan.

Jadi, melalui SKKPH, eks-PKI diakui lembaga negara sebagai korban, berarti pelaku pemberontakan 1965 bukan PKI, dengan begitu mereka bersih.

Selanjutnya menuntut kompensasi, ganti rugi, rehabilitasi dan mendesak negara minta maaf, TAP MPRS XXV 1966 dicabut, akhirnya PKI hidup lagi.

Kelima, upaya Rekonsiliasi PKI sebagai “Korban”.

Balairung tanggal 27 Juli 2019 menurunkan suatu pawarta tentang rekonsiliasi korban “pembantaian 1965”. Upaya untuk melakukan rekonsiliasi antara pihak “korban” pemberontakan PKI terus dilakukan.

Namun demikian, dari pihak pendukung rekonsiliasi, ada dua kelompok yang saya kira cukup sulit untuk menerima upaya rekonsiliasi seperti angkatan bersenjata dan beberapa kelompok keagamaan. Mengapa perlawanan tersebut terjadi?

Menurut versi pendukung rekonsiliasi, ada 2 kelompok penolak upaya rekonsiliasi. Kelompok pertama adalah militer dan keluarganya. Tentu saja karena merekalah yang ikut memproduksi penyeragaman sejarah. Mereka memproduksi narasi tidak seimbang bahwa PKI adalah dalang tunggal penculikan dan pembunuhan perwira militer.

Kelompok kedua mereka sebut Islam Konservatif. Kesalahan memahami sejarah juga terjadi dalam faksi Islam konservatif. Mereka masih mewarisi pandangan sejarah yang manipulatif baik setelah maupun sebelum kemerdekaan Indonesia.

Dapat diambil kesimpulan bahwa beberapa elite yang terang-benderang menolak agenda rekonsiliasi ini memang tidak memiliki jarak dengan masa lalu.

Sehingga rekonsiliasi menjadi sulit terwujud selain karena larangan resmi terhadap komunisme dalam TAP MPRS No. XXV 1966 dan Kepres No. 28 Tahun 1975, disebabkan juga karena dua kubu itu. Militer, khususnya TNI AD, dan Islam “konservatif” masih tidak berjarak dengan masa lalu. 

Ada yang berpandangan bahwa rekonsiliasi itu mustahil dilakukan bahkan dikatakan penyelesaian kasus Penumpasan PKI 1965-1966 adalah pekerjaan yang pelik hingga saat ini.

Penumpasan itu terjadi tidak dapat dipisahkan dari makar PKI khususnya pada tahun 1956. Rupanya di Indonesia, lebih mudah untuk memasukkan unta ke dalam lubang jarum daripada menyelesaikan kasus Penumpasan PKI ’65.

Rekonsiliasi yang berusaha mengklaim bahwa PKI adalah korban, bukan pelaku makar pada 30 September 1965 tampaknya akan sulit terwujud bahkan akan terus membuka luka lama, berupa dendam politik yang tidak berkesudahan.

Sejarah telah membuktikan bahwa makar partai yang berpaham komunisme telah merenggut ribuan jiwa di negeri ini. Ini sebuah fakta yang tidak dapat dipungkiri. Jadi, masih perlukah kita melakukan rekonsiliasi?

Halaman Berikutnya

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. kado bar blueberry cakeOctober 26, 2024 at 5:50 pm

    … [Trackback]

    […] Find More Info here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/suteki-waspada-keturunan-pki-dapat-menjadi-anggota-tni-inikah-strategi-moderasi-komunisme-dalam-kebijakan-publik/ […]

  2. massage near meOctober 26, 2024 at 5:53 pm

    … [Trackback]

    […] Here you can find 78272 more Info to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/suteki-waspada-keturunan-pki-dapat-menjadi-anggota-tni-inikah-strategi-moderasi-komunisme-dalam-kebijakan-publik/ […]

  3. Bassetti Bettwäsche im SaleNovember 16, 2024 at 9:29 pm

    … [Trackback]

    […] Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/suteki-waspada-keturunan-pki-dapat-menjadi-anggota-tni-inikah-strategi-moderasi-komunisme-dalam-kebijakan-publik/ […]

Leave a Reply